MATA INDONESIA, JAKARTA – Petra adalah sebuah situs akreologikal di Ma’an, Yordania. Tempat ini terkenal dengan sebutan “The Red Rose City” yang dipahat pada bebatuan yang masuk ke dalam situs warisan dunia yang dinobatkan UNESCO.
Situs ini ditemukan pertama kali oleh penjelajah dari Swiss, Johann Ludwig Burckhardt pada tahun 1812. Petra sebagai ibu kota dari Nabath yang sekarang menjadi simbol dari Yordania dan menjadi kunjungan favorit para turis. Tempat ini terletak pada di dataran rendah di antara Gunung Hor yang membentuk sayap timur Wadi Araba, lembah besar yang berawal dari Laut Mati sampai Teluk Aqaba.
Waktu tempuh dari Amman, ibu kota Yordania kurang lebih tiga jam yang berjarak sekitar 233 kilometer.
Antara tahun 400 SM hingga 106 M, dulu berkembang pesat sebagai pusat perdagangan. Selain itu, Petra ibu kota kerajaan Nabath yang berjaya. Masyarakat Nabath mendiami Petra sejak tahun 312 SM, jauh sebelum kekaisaran Romawi berada. Mereka mengendalikan jalur perdagangan kuno yang membentang dari Tepi Barat di Yordania sampai perbatasan utara di Semenanjung Arab.
Suku Nabatea membangun kawasan ini ribuan tahun lalu begitu terampil dan detail. Komplek ini diperkirakan dibangun dua ribu tahun yang lalu.
Kehidupan mereka termasuk maju pada masa itu. Teknologi transportasi dan sistem irigasi sistematik sudah ada, dan masih berfungsi hingga sekarang. Pada masa keemasan Nabath, masyarakatnya ada sekitar 20 ribu jiwa.
Lokasi kota ini pada zaman dahulu begitu strategis, banyak pedagang dengan kereta beroda unta yang penuh rempah-rempah serta tekstil melewati wilayah ini. Petra juga sebagai pusat perdagangan yang menghubungkan perdagangan Cina, India, dan negara di selatan Arab, Mesir, Suriah, Yunani, dan Roma.
Pada 100 M, Petra jatuh ke tangan Roma dan kondisi ini berlangsung selama 300 tahun sampai pemerintahan Bizantium dan Kaisar Roma mengalihkan fokusnya ke Konstatinopel. Sejak saat itu Petra tidak terurus. Gempa pernah melanda Petra yang membuat kota ini sempat terkubur.
Kota ini mencapai kepunahannya ketika kekaisaran Romawi membuat seluruh Nabath tinggal sejarah untuk selamanya yang berlangsung sekitar tahun 700 M. Sekarang yang menempati kota batu megah ini adalah masyarakat Badui setempat. Mereka mencari nafkah dengan menjadi pemandu wisata dan menjual suvenir.
Meski masa kejayaan Petra telah hilang, kota ini menyimpan begitu banyak sejarah yang begitu indah. Masih banyak yang belum terpecahkan di kota ini. Kota ini begitu unik, karena arsitektur bangunannya yang diukir di tebing batu dan gunung.
Detail batu pada kota ini sangat memukau, warna batunya sangat memesona dengan warna kecoklatan bercampur semburat jingga, di beberapa spot bahkan merona hingga merona merah. Beberapa ukiran yang terpahat oleh batu itu berbentuk The Treasury. (Laita Nur Azahra)