Pertamina Pernah Jadi Ladang KKN Terbesar era Orde Baru

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTAPertamina di era Orde Baru pernah membuat heboh negeri ini.

Pasalnya mantan bos Pertamina, Ibnu Sutowo pada tahun 1975 diketahui mempunyai simpanan mencapai Rp 90,48 milyar (kurs rupiah saat itu Rp 400/dolar).

Saat itu, Pertamina nyaris bangkrut dan memiliki utang sekitar 10,5 miliar dolar AS pada 1975.

Sejumlah pihak mencurigai Ibnu Sutowo terlibat korupsi. Di masa kepemimpinan Ibnu Sutowo Pertamina dilaporkan menyebabkan kerugian negara mencapai 1.554.590,28 dolar AS. Di duga akibat melakukan kerja sama dengan perusahaan Jepang.

Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi, dan Sosdial (LP3ES) menilai, di masa kepemimpinan Presiden Soeharto, PT Pertamina menjadi ladang praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) terbesar.

LP3ES juga mengakui bahwa di masa Orde Baru, Pertamina menjadi bagian inti dari sistem ekonomi dan politik yang menunjang kekuasaan Orde Baru.

Di era Orde Baru juga tidak ada kelangkaan BBM yang menjadi salah satu sisi positif saat kepemimpinan Soeharto.

Ibnu Sutowo saat itu bahkan “diserang” media dan sejumlah tokoh intelektual. Namun ia tetap tak menanggapi dan membantah melakukan korupsi.

Kecurigaan-kecurigaan bahwa Ibnu Sutowo melakukan korupsi saat memimpin Pertamina adalah kebiasaannya bagi-bagi uang hingga 500.000 setiap tahun.

Tak sampai situ, Pertamina mempunyai kontrak-kontrak yang janggal hingga laporan keuangan yang sangat tertutup.

Lebih menarik lagi diketahui bahwa Ibnu Sutowo juga mempunya perusahaan tembakau yang disebut-sebut sangat besar, perkebunan karet, dan beberapa apotek. Dia juga mengaku mempunyai enam hingga tujuh perusahaan yang diurusnya saat waktu senggang.

Pertamina sebelumnya nmerupakan perusahaan yang sangat besar di tahun 1970 -an yang memiliki barisan kilang minyak dan armada kapal tanker.

Di sekitar tahun itu Pertamina bahkan memperoleh untung besar saat harga minyak dunia melambung tinggi.

Masih di tahun yang sama, Pertamina jor-joran berinvestasi hingga ke pengolahan baja Krakatau Steel, perhotelan, real estate, angkutan udara, dan lainnya.

Namun saat harga minyak turun, investasi itu berubah menjadi deretan aset utang perusahaan plat merah tersebut.

Ditambah dugaan para pejabatnya sangat gemar melakkukan praktik korupsi sehingga Pertamina hampir bangkrut di masa itu.

Ibnu Sutowo diberhentikan dari posisi Dirut Pertamina pada 1975 dan digantikan Piet Harjono.

Ibnu yang sejatinya adalah seorang dokter di Palembang dan Martapura itu meninggal dunia pada 2001 dan tidak pernah tersentuh hukum. Bahkan semua pihak juga tidak mendapat kejelasan mengenai praktik korupsi yang dilakukan Ibnu Sutowo di Pertamina ini. (Indah Suci Raudlah)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Bersinergi Menjaga Netralitas Pemilu Demi Pilkada yang Berkualitas

Jakarta - Netralitas aparatur sipil negara (ASN) menjadi perhatian utama dalam menjaga kualitas Pilkada Serentak 2024. Badan Pengawas Pemilu...
- Advertisement -

Baca berita yang ini