Perempuan Tangguh Penakluk Machu Picchu

Baca Juga

MATA INDONESIA, MACHU PICCHU – Kegelisahan tergambar jelas di raut perempuan itu. Hatinya gelisah memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi atas keputusannya. Menyingkirkan segala keraguan, ia berangkat pada esok harinya sebagai asisten pemandu di Inca Trail, jalur terjal menuju kuil Inca yang terkenal di Machu Picchu, bangunan abad ke-15.

Zamalloa, perempuan kelahiran desa San Martin, yang terletak di pegunungan di atas hutan Amazon. Ia adalah perempuan yang mencintai pekerjaannya. Selain penghasilan yang jauh lebih besar dari pekerjaan sebelumnya, Zamalloa melihat bahwa pekerjaan itu dapat memberdayakannya sebagai seorang perempuan.

Melalui Incha Trail, ia merasa seperti bisa mencapai apa saja yang ia impikan.

Awal dari semua ini adalah ketika ia bertemu dengan Miguel Angel Gongora, salah satu pemilik Evolution Treks Peru, sebuah perusahaan Trekking yang berbasis di Cusco, yang kala itu mengundangnya untuk bergabung dalam program khusus porter perempuan di Inca Trail. ”Saya ingat tanggal trek pertama saya dengan sangat baik. 27 Maret 2018,” ujarnya.

Inca Trail menuju Machu Picchu adalah bagian dari jaringan trekking yang luas di Amerika Latin yang mengintegrasikan Tahuantinsuyo – Kekaisaran Inca – yang berkuasa pada abad ke-15 dan ke-16. Dahulu, hanya suku Inca dan kaisar kerajaan saja yang punya izin berjalan di bagian jalan setapak ini.

Pada dekade berikutnya para trekker menggunakan peta buatan warga lokal dalam misinya menemukan jalan ke “Kota Emas yang Hilang”. Di era 1970an, pria-pria dari Desa Sakral bekerja sebagai porter untuk memimpin perjalanan pendaki gunung ke rute ini. Namun kala itu hanya sedikit wisatawan yang berani berkunjung ke Inca Trail, sebagai akibat dari situasi politik yang tidak stabil di Peru.

Jalur pendakian tersebut mulai ramai pada awal 1990. Perizinan baru di dapatkan untuk trekker dan juga porter pada tahun 2001, oleh peraturan Inca Trail. Sampai hari ini, 300 porter dan pemandu mendukung sekitar 200 wisatawan setiap harinya.

Untuk menikmati keindahan Machu Picchu, pendakian Inca Trail harus ditempuh. Perjalanan dalam pendakian ini juga bukan hal yang mudah. Para pendaki harus menempuh perjalanan sejauh 42 kilometer dari jalan setapak ke Machu Picchu. Waktu tempuh sekitar empat hari tiga malam. Pendakian dan berkemah di sepanjang jalan setapak yang kasar dan berliku-liku.

Perempuan Pertama

Dari kesulitan-kesulitan itu, hanya para pria lah yang bekerja dalam pekerjaan menjadi porter. ”Di negara kami, pelecehan terhadap perempuan kerap kali terjadi ,” ujar Sonaly Tuesta, jurnalis dan produser televisi di Peru.

Ia mendapati para porter perempuan harus terus berjuang saat mereka bertarung dengan sistem patriarkal yang mengabaikan, menyerang, dan melakukan kekerasan terhadap perempuan.

Kehadiran Evolution Treks Peru pada tahun 2015 sebagai operator tur yang beretika oleh Gongora, mantan porter, dan mitra bisnisnya, Amelia Huaraya Palomino, membawa pembaharuan untuk para perempuan yang selalu mendapatkan diskriminasi.

Pada tahun 2017, munculah porter perempuan pertama Inca Trial oleh Evolution Treks Peru. “Kami ingin perempuan menyadari pentingnya mereka dalam masyarakat,” kata Palomino.

“Dalam sejarah Inca kami, perempuan selalu penting. Sudah waktunya untuk menunjukkannya dengan memberi kesempatan pada porter dan pemandu perempuan.”

Di tahun ini, Evolution Treks memulai debut trek yang semuanya, baik porter, pemandu dan klien, adalah perempuan. ”Kami melanjutkan perspektif menggunakan pariwisata sebagai alat untuk perubahan sosial,” kata Gongora.

Melihat perubahan itu, Zamalloa meyakini untuk tidak menyerah pada perjalanan trek pertamanya. Ia melihat hal yang ia lakukan adalah hal yang penting dan sangat membantu kehidupannya. Sampai akhirnya kini, ia telah menjadi asisten pemandu wisata dan belajar bahasa Inggris untuk menjadi pemandu wisata yang lengkap.

Apa yang dikerjakan Zamalloa dan 17 portir dan pemandu perempuan lainnya adalah sebuah sejarah yang akan tercatat di Inca Trail.  Mereka menapaki jalan di atas batu-batu poles yang sama, yang dahulu disediakan untuk kaisar Inca, seorang pria.

Reporter: Sheila Permatasari

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini