MATA INDONESIA, JAKARTA – Perang Falkland atau Malvinas merupakan perang yang terjadi antara Argentina dan Inggris yang memperebutkan Kepulauan Falkland. Argentina mengklaim Falkland berdasarkan kedekatan kepulauan ini dengan daratan Argentina dan menganggap kepulauan ini sebagai warisan kedaulatan dari pemerintahan Spanyol.
Argentina memutuskan untuk melakukan invansi pada April 1982 karena ancaman yang dirasakan oleh Jenderal Leopaldo Galtieri – junta militer yang berkuasa pada saat itu. Ia merasa ketidaksetabilan internal yang terjadi di Argentina saat itu mengancam pemerintahannya.
Untuk itu, Galtieri membutuhkan pengalihan perhatian yang mempersatukan. Salah satunya adalah menghembuskan konflik luar demi mengalihkan perhatian publik dan mempertahankan kontrol dalam negeri.
Perang Falkland diawali pada 19 Maret 1982, ketika Argentina membuka konflik dengan mendaratkan 30 kapal rongsokan di Pulau Georgia Selatan dan mengibarkan bendera Argentina. Keesokan harinya sebanyak 22 Marinir Kerajaan Inggris dan seorang letnan diperintahkan untuk mengusir kapal-kapal rongsokan itu kembali ke Argentina. Mereka mendarat pada 23 Maret.
Tiga hari setelahnya 100 pasukan Argentina tiba melalui jalur laut dalam usaha menyelamatkan kapal-kapal mereka. Pasukan Inggris yang kalah jumlah kemudian menyerah.
Pengalihan agresi ke Georgia Selatan kemudian membawa Argentina untuk melakukan invasi di Pulau Falkland Timur pada 2 April. Para pasukan Argentina yang berjumlah 4,000 pasukan melakukan pendaratan secara teratur di pulau-pulau itu dalam kurun waktu 24 jam.
Inggris kemudian mengumumkan Zona Eksklusif Maritim 200 mil di sekitar pulau-pulau itu pada 12 April. Hal itu dimaksudkan untuk memperlemah pasukan Argntina dan upaya mereka memperkuat pasukannya. Inggris terus melakukan berbagai operasi blokade sementara menggunakan tiga kapal selam.
Pada akhir April, Inggris mengirim sebanyak 65 kapal ke Pulau Falkland, termasuk 20 kapal perang, 8 kapal amfibi, dan 40 kapal logistik dari Pasukan Tambahan Angkatan Laut Kerajaan dan Angkatan Laut Perdagangan. Inggris juga membawa 15,000 orang gugus tugas, termasuk kekuatan pendaratan yang terdiri atas 7,000 Marinir Kerajaan dan tentara.
Sebuah himpunan sikap yang dibuat atas air Inggris yang terdiri atas dua kapal perusak, 6 helikopter dan 230 pasukan, menaklukkan pasukan Argentina yang berjumlah 156 orang di Georgia Selatan.
Angkatan Laut Kerajaan Inggris tiba di timur Falkland pada 1 Mei dengan rencana mendirikan keunggulan laut dan udara, dengan memikat kapal-kapal perang dan pesawat-pesawat Argentina keluar dari daratan dan menghancurkan mereka dengan melakukan pendaratan amfibi di Stanley.
Dua kapal selam penyerang Inggris diletakkan di utara Falkland guna mengamati seluruh kapal Inggris dalam menghadapi gugus tugas Angkatan Laut Argentina yang utama dan kapal induk Veinticinco de Mayo, yang telah beroperasi di wilayah itu sejak 20 April.
Kapal selam ketiga diletakkan di selatan Falkland untuk memantau Exocet yang dipasang di kapal penjelajah Argentina General Belgrano dan dua kapal perusak yang mendampinginya. Kapal selam Inggris HMS Conqueror mentorpedo kemudian menenggelamkan General Belgrano, yang kehilangan 368 dari 1042 awaknya.
Gugus tugas Argentina di sebelah utara kemudian kembali ke pangkalan dan tetap tinggal di sana sampai perang selesai. De Mayo menurunkan pesawat-pesawat A-4nya yang beroperasi dari pangkalan-pangkalan tidak terikat pantai sampai perang bubar.
Agresi udara dari seluruh pangkalan di Argentina terhadap semua kapal Inggris kerap terjadi selama perang berlangsung. Agresi pesawat Argentina menghantam sekitar 75 persen dari kapal-kapal Inggris dengan bom. Namun hanya tiga kapal Inggris serta dua kapal pendarat yang tenggelam atau rusak berat oleh bom.
Angkatan Laut Inggris berhasil menghancurkan setengah dari 134 pesawat tempur Argentina selama perang dengan memakai kombinasi perang listrik Harriers, misil darat ke udara, dan artileri anti pesawat udara.
Perang Falkland berakhir dengan menyerahnya Argentina pada 14 Juni 1982, setelah tiga pekan operasi amfibi dilakukan Inggris dan operasi darat mereka di Pulau Falkland Timur.
Kekalahan tersebut menimbulkan dampak yang besar pada aspek sosial, ekonomi, dan politik bagi Argentina. Berikut ini dampak Perang Falkland yang dikutip dalam jurnal Perang Malvinas: Suatu Pandangan setelah Delapan Tahun (2017) karya Dharmawan Ronodipuro:
- Memburuknya hubungan bilateral antara Argentina dan Inggris selama periode 1982-1989.
- Inflasi Argentina meningkat sebesar 200 persen dan semakin memperburuk krisis ekonomi Argentina.
- Utang luar negeri Argentina semakin membengkak karena menutup biaya kerugian Perang Falkland.
Reporter: Sheila Permatasari