Penemuan Batu Rosetta Membuka Tabir dan Sejarah Bangsa Mesir Kuno

Baca Juga

MATA INDONESIA, KAIRO – 27 September 1822, di suatu pagi yang dingin dan lembab di Kota Paris peneliti Jean-François Champollion mengumumkan bahwa ia telah berhasil menerjemahkan Batu Rosetta.

Publik semua kaget dengan pengumuman ini. Batu Rosetta adalah batu yang yang ditemukan di dekat kota Rosetta (sekarang el-Rashid), Mesir, pada tahun 1799 oleh ekspedisi militer kaisar Prancis, Napoleon. Penemuan batu ini sebenarnya tidak sengaja. Prajurit-prajuritnya merampok batu untuk memperkuat benteng Fort Saint Julien yang dibangun Prancis untuk menaklukan Mesir. Salah seorang prajurit kaget ketika melihat batu besar itu dan kemudian segera melaporkan hal ini kepada komandannya.

Sejak penemuan batu ini, Napoleon pun tertarik pada barang dan situs-situs kuno. Sehingga selain mengirim pasukan ke sejumlah wilayah, Napoleon juga biasanya mengirimkan peneliti. Salah satunya ke Pompei, Italia.

Namun peneliti-peneliti Prancis kebingungan dengan isi batu ini. Sehingga mereka tak bisa menggali lebih dalam apa tulisan yang ada di batu itu. Pada tahun 1801, ibukota Mesir Alexandria jatuh ke tangan Inggris. Batu Rosetta juga jatuh ke tangan Inggris, dan pindah ke London. Batu itu kemudian tersimpan di British Museum hingga sekarang.

Gronodiorit

Batu Rosetta ini berukuran sangat besar (114 x 72 x 28 cm 44 x 28 x 11 inci) dan bongkahan granodiorit gelap. Prakiraan beratnya lebih dari 750 kilogram (1.600 pon). Batu ini sebenarnya ditemukan oleh para pembuat bendungan aswan pada abad kedua SM.

Wajah batu Rosetta hampir seluruhnya ditutupi dengan teks-teks yang diukir di batu pada 196 SM, pada tahun ke sembilan Ptolemy V Epiphanes sebagai Firaun. Teks itu menggambarkan pengepungan Raja Lycopolis yang sukses, tetapi juga membahas keadaan Mesir dan apa yang dapat dilakukan warga negaranya untuk memperbaiki keadaan.

Teks itu sendiri tidak terlalu panjang. Ditulis dengan teks yang sama dalam tiga bahasa yang berbeda: Mesir kuno baik dalam hieroglifnya (14 garis) dan demotik (skrip) (32 baris) bentuk, dan Yunani kuno (54 baris). Identifikasi dan penerjemahan teks hieroglif dan demotik secara tradisional dikreditkan kepada ahli bahasa Prancis Jean François Champollion.

Kode Cracked

Barulah saat itu isi batu ini mulai diteliti. Jean Francois Champollion memahami bahwa perbedaan ini dilakukan agar isinya bisa dipahami 3 kalangan yang berbeda. Rakyat biasa (demotic), petinggi (hieroglif), dan tentunya, orang Yunani.

Awalnya penelitian batu diberikan kepada peneliti Inggris, Thomas Young.

Young menjadi orang pertama yang memecahkan beberapa bagian dari batu tersebut. Dia seorang polimatik yang pintar. Young mencatat dan membandingkan pemahamannya untuk memecahkan beberapa huruf yang ada.

Thomas Young yang pertama memecahkan huruf untuk ‘Ptolemy’ yang menjadi acuan. Batu ini memang berisi dekrit pernyataan kekuasaan atas Ptolemy V waktu itu.

Sayangnya, pekerjaan Young tidak selesai karena ia sibuk dengan proyek lain. Penemuan isi Rosetta baru dilanjutkan setelah Champollion datang.

Ia merupakan sejarawan dan ahli linguistik yang pintar. Di umur 16 tahun, dia bisa memahami bahasa Yunani, Latin, dan 6 bahasa kuno lainnya. Untungnya, dia juga memahami Coptic, bahasa yang membantunya memahami isi Batu Rosetta.

Dia menemukan bahwa tulisan di Batu Rosetta merupakan silabel dan bukan huruf perhuruf. Dengan penemuan ini, dia berhasil memecahkan apa isi dari artefak kuno ini.

Katanya, saat ia berhasil menyelesaikan pekerjaannya, ia lari menuju kantor saudaranya. Disana dia memberitahu saudaranya kalau ia bisa memahami isi Rosetta. Lalu, ia pingsan dan sakit 5 hari setelahnya.

Jadi, untuk batu Rosetta sendiri, Champollion adalah orang paling penting dalam kisahnya. Tanpa Champollion isinya mungkin akan tetap jadi misteri.

Penemuan dan penerjemahan teks di batu Rosetta ini oleh Champollion dan Young membentuk landasan bagi generasi sarjana untuk membangun dan akhirnya menerjemahkan ribuan skrip dan ukiran yang ada yang berasal dari tradisi dinasti Mesir sepanjang 3.000 tahun.

Penulis: Deandra Alika Hefandia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Semua Pihak Perlu Bersinergi Wujudkan Pilkada Damai

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan momen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Pilkada tidak hanya sekadar agenda politik,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini