Panca Lima, Pengagas Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Soekarno, presiden RI pertama ternyata bukanlah pengagas konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Nama Ali Sostroamidjojo lah yang disebut-sebut mengagas pertemuan para pimpinan negara-negara Asia dan Afrika sat itu.

Ali Sostroamidjojo, Perdana Menteri Kabinet di Pemerintahan Republik Indonesia saat itu. Tokoh yang lahir di Grabag, Magelang, 21 Mei 1903 – meninggal di Jakarta, 13 Maret 1976 pada umur 72 tahun) adalah Perdana Menteri Indonesia ke-8 yang sempat dua kali menjabat pada periode 1953-1955 (Kabinet Ali Sastroamidjojo I) dan 1956-1957 (Kabinet Ali Sastroamidjojo II).

Peran besar Ali Sastroamidjojo tenggelam di bawah bayang-bayang nama besar pemimpin Dunia Ketiga seperti Sukarno, Jawaharlal Nehru, dan Gamel Abdul Nasser. Mereka mendapat panggung dan menjadi sorotan internasional di KAA dan setelahnya. Sedangkan peran vital Ali Sastroamidjojo sebagai inisiator KAA malah terabaikan.

Ali Sastroamidjojo adalah figur utama yang dengan karisma dan kematangan berdiplomasinya meyakinkan negara Asia-Afrika harus bersatu untuk mencari solusi atas permasalahan yang menimpa dunia saat itu.

Berawal dari Perang Vietnam yang memanas pada 1954 mendorong para perdana menteri Asia untuk mencari solusi guna meminimalisir kemungkinan meluasnya konflik. John Kotelawala, Perdana Menteri Sri Lanka, mengusulkan negara-negara Asia yang baru merdeka, seperti India, Indonesia, Pakistan, dan Burma, untuk berkumpul dan membahas bahaya Perang Dingin di Asia. Saat diundang menghadiri konferensi inilah Ali Sastroamidjojo membalas undangan dengan menyatakan agar Indonesia diberi kesempatan untuk mengusulkan sebuah konferensi yang melibatkan negara-negara Asia-Afrika.

Kotelawa memberikan lampu hijau. Dalam Konferensi Kolombo pada akhir April sampai awal Mei 1954, untuk pertama kali Sastroamidjojo mengemukakan ide penyelenggaraan KAA. Gagasan ini tak langsung bersambut.

Empat perdana menteri lain skeptis untuk menjalankan konferensi internasional besar seperti itu. Namun, dengan menyatakan momentum menyelenggarakan konferensi ini sangat tepat, ditambah kesanggupan Indonesia untuk menjadi tuan rumah, Nehru dan Perdana Menteri Burma U Nu akhirnya menerima dan mendukung usulan itu.

Sastroamidjojo pun mengundang kembali empat perdana menteri lain ke Istana Bogor. Dalam Konferensi Bogor pada Desember 1954 inilah tujuan dari KAA disepakati oleh kelima negara pemrakarsa penyelenggaraan KAA. Ali Sastroamidjojo kemudian bertanggungjawab melaksanakan persiapan KAA dan, yang paling penting, mengirimkan undangan kepada negara-negara Asia dan Afrika. Keberhasilan penyelenggaraan KAA di Bandung pada 1955 sedikit banyak ialah buah pikiran dan kerja keras dari Ali Sastroamidjojo.

Lima perdana menteri pengagas konferensi itu disebut “Panca Lima”

Untuk mengenang para pengagas Konferensi Asia Afrika (KAA), Wali Kota Bandung Ridwan Kamil memasang patung tokoh Panca Lima tidak jauh dari Gedung Merdeka Bandung.

Reporter : R Al Redho Radja S

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Wujudkan Data Statistik Berkualitas untuk Pembangunan, Pemkab Sleman Susun Roadmap Pembangunan Statistik Sektoral Tahun 2025-2045

Mata Indonesia, Sleman – Penyelenggaraan statistik sektoral di Kabupaten Sleman perlu diperkuat guna menghasilkan data statistik sektoral yang akurat, mutakhir, terintegrasi, akuntabel, mudah diakses dan berkelanjutan, sehingga perencanaan pembangunan dapat dilakukan secara lebih tepat, terukur, dan tepat sasaran. Dengan demikian, kebijakan dan strategi penyelenggaraan statistik sektoral secara terinci akan dapat mewujudkan hal tersebut.
- Advertisement -

Baca berita yang ini