MINEWS.ID, OSLO – Norwegia adalah sebuah negara Nordik di Semenanjung Skandinavia bagian ujung barat yang berbatasan dengan Swedia, Finlandia, dan Rusia. Negara ini pada 26 Oktober 1905 merdeka dan memisahkan diri dari Swedia dan menjadi negara merdeka.
Saat ini Norwegia dikenal sebagai negara yang mempunyai penduduk dengan tingkat kebahagiaan tertinggi di dunia. Tidak hanya itu anak-anak muda Norwegia sekarang ini dikenal sebagai generasi kaya raya karena pendapatan mereka naik 13 persen.
Dikutip dari BBC, penduduk berusia 30 tahun di Norwegia memiliki pendapatan siap pakai (disposable income) per tahun sekitar 56 ribu dolar AS atau Rp 814 juta pertahun.
Angka yang mengejutkan itu berasal dari Pusat Data Penghasilan Dunia yang berkantor di Luxemburg. Data itu dianalisis dalam laporan terakhir tentang pendapatan per generasi untuk lembaga riset berbasis di Inggris, The Resolution Fondation.
Tingkat pengangguran di kalangan anak muda Norwegia yang berusia 15-29 tahun juga terhitung rendah, yakni 9,4 persen, ”Saya tidak begitu memikirkan bagaimana cara saya menghabiskan uang,” kata Aleksander Aarnes, sarjana berusia 25 tahun.
Menurut Aarnes, ia hanya pergi ke teater dan nonton bioskop sekali dalam sebulan. ”Saya bisa nongkrong, makan, dan minum di luar bersama teman-teman. Saya juga pergi berlibur,” ujarnya.
Aarnes meniti karier sebagai penulis musik teater. Untuk menunjang hidupnya, dia hanya bekerja part time di toko serba ada di Korsvoll, kota sepi yang penuh rumah kayu berwarna pastel. Pemuda itu berbagi apartemen dengan seorang temannya di pinggiran kota, berjarak 20 menit perjalanan bus dari pusat kota.
Gaji per jam yang didapatkan Aarnes sekitar 20 dolar AS atau Rp 280 ribu dan meningkat saat akhir pekan atau pada giliran kerja malam hari. Setelah potongan pajak yang relatif tinggi di wilayah Skandinavia, Aaron mendapatkan sekitar 1700 dolar AS atau Rp 24 juta per bulan.
Setengah penghasilan itu digunakannya untuk sewa tempat tinggal, transportasi, dan tagihan lainnya. Sisanya ia gunakan untuk apapun yang disukainya.
Anak muda lainnya adalah analis bisnis berusia 31 tahun, Oystein. Di usia muda itu, Oystein punya mobil BMW terbaru dan apartemen modren. Sayangnya ia tak mau menyebutkan berapa penghasilannya selama satu bulan. ”Meski Norwegia adalah negara kaya, masyarakatnya tak ingin membicarakan seberapa tajir mereka,” katanya.
Namun Oystein mengaku, ketika dirinya berusia 27 tahun, penghasilannya cukup untuk membeli apartemen dua kamar di kawasan tepi laut. Ia juga rutin liburan ke Amerika Serikat, dan negara-negara di Asia.
Norwegia kini memang memimpin daftar global untuk isu kekayaan dan kesejahteraan negara-negara di dunia. Pada 2018 lalu, Norwegia berada di puncak Indeks Kesejahteraan Legatum yang menganalisis 110 negara di seluruh dunia.
Sektor minyak dan gas Norwegia jelas merupakan faktor yang mendorong kemajuan ekonomi negara itu selama tiga dekade terakhir. Meski sempat ketika harga energi jatuh beberapa tahun terakhir tapi dampaknya tidak seperti negara-negara lainnya.
Hilde Bjornland, profesor di BI Norwegian Business School, mengatakan sebenarnya persoalan negara kaya raya itu bukan hanya soal seberapa banyak uang yang dihasilkan negaranya, tapi apa yang diperbuat olehnya. ”Norwegia sukses mengelola uang minyak untuk tabungan dan menggunakan sebagian porsinya untuk kesejahteraan masyarakat,” katanya.
Hilde Bjornland yakin pendekatan ekonomi yang egaliter selama ini berkontribusi besar pada standard hidup tinggi masyarakat Norwegia.
Norwegia mencapai titik ini dengan menempatkan uang mereka di badan finansial yang mengatur dana publik dan menginvestasikannya ke berbagai aset. Secara sederhana, ini adalah periuk besar tabungan yang menghasilkan uang karena diinvestasikan di lebih dari 9.000 perusahaan.
Namun pemerintah Norwegia juga tetap memberlakukan pajak yang tinggi kepada warganya meski pajak itu kemudian digunakan untuk melayani kepentingan warga. Selain itu pemerintah Norwegia juga menekan struktur pengupahan, artinya gaji minimum dinegosiasikan oleh serikat pekerja.”Orang muda dan mereka yang bekerja di industri berupah rendah merasakan kenaikan gaji setiap tahun. Dan perbedaan antara mereka yang berpendapatan rendah dan bergaji tinggi tidak begitu lebar seperti di negara lain,” kata Bjornland.
Dari laporan The Resolution Foundation tentang pendapatan setiap generasi, peningkatan ketimpangan merupakan faktor utama penurunan pendapatan siap pakai milenial di negara maju seperti AS, Inggris, dan Jerman. Di negara-negara ini, terdapat jurang perbedaan gaji yang besar, orang mudalah yang menanggung dampak negatif ketiadaan peningkatan upah dan mobilitas pekerjaan.
Sebaliknya, Bjornland menyebut pendekatan egaliter–distribusi kesejahteraan antargenerasi–berkontribusi pada tingkat kepuasan hidup yang besar dan ketiadaan keresahan sosial di Norwegia.
Bantuan finansial bagi kelompok tidak mampu dan jaminan kesehatan yang disubsidi pemerintah juga berdampak positif pada masa depan milenial di Norwegia, tak seperti yang terjadi di negara Eropa lain.
Fasilitas bagi pengangguran cukup banyak: mendapat uang sebesar 60 persen dari pendapatan selama dua tahun terakhir di saat mereka berupaya meraih pekerjaan baru. Biaya pengasuhan anak juga rendah dan sistem cuti bagi orang tua juga dijamin.
Pendidikan gratis di hampir semua sekolah dan universitas negeri serta akses mudah untuk pinjaman (peminjam tidak membayar bunga selagi masa pendidikan), di samping tingkat penerimaan kerja yang tinggi juga berpengaruh pada situasi itu.