Nasib Keturunan Napoleon Bonaparte, Berakhir di Pengasingan

Baca Juga

MATA INDONESIA, PARIS – Pada 2 Desember 1851, para pengikut Presiden Louis Bonaparte (keponakan Napoleon) melancarkan kudeta. Mereka mendatangi gedung majelis legilatif Prancis dan membubarkan parlemen. Para pengikut ini kemudian menasbihkan Louis Bonaparte sebagai raja. Dan mulailah masa monarki baru Kekaisaran Prancis.

Siapa yang menyuruh? Tidak ada. Ini sebuah kudeta mandiri. Perencananya adalah Louis Bonaparte sendiri.

Ia memberi nama kudeta ini dengan nama Operasi Rubikon. Louis Bonaparte sengaja melakukan kudeta ini berbarengan dengan ulang tahun penobatan pamannya Napoleon Bonaparte saat menjadi Kaisar Prancis.

Louis Bonaparte mewarisi nama besar pamannya. Ia sebenarnya kepercayaan pamannya saat menjadi kaisar. Lahir di Paris. Louis Bonaparte punya nama lengkap Charles Louis Napoleon Bonaparte. Ia  anak ketiga dari Raja Louis Napoleon Bonaparte (adik kandung Napoleon Bonaparte) dan Ratu Hortense Belanda.

Karena keluarga Bonaparte terbuang dari Prancis setelah jatuhnya sang paman Napoleon Bonaperte, Charles Louis Bonaparte akhirnya tinggal dan mendapat pendidikan secara pribadi di Swiss dan Bavaria. Ibunya mendidik dia dengan kemuliaan dari legenda Napoleon. Dan mempersiapkannya untuk mengembalikan kekuasaan keluarga.

Setelah Napoleon turun tahta, Louis malah terpilih menjadi presiden. Hal ini karena kecerdasan Louis yang memikat para anggota parlemen dan politikus yang berkuasa saat itu.

Louis seorang politikus yang licik dan cerdik. Ia jago mengadu domba antar partai politik. Ia juga bisa melepaskan diri dari kontrol parlemen Prancis. Ia mendirikan parlemen tandingan. Membangun koran anti-parlemen yang isinya memaki-maki parlemen.

Ia juga banyak melakukan lobby dengan berbagai orang untuk mengolkan tujuannya. Louis keliling Prancis untuk meminta dukungan dari rakyat. Dalam perjalanan, Louis melihat banyak ketidakadilan rakyat Prancis saat parlemen berkuasa.Ia pun bertekad untuk mengambil alih kekuasaan dengan menyingkirkan parlemen.

Pulang ke Paris ia melakukan rencana kudeta. Posisinya sebagai presiden membuat kekuasaannya cukup besar. Ia mengangkat para loyalisnya untuk menjadi menteri termasuk panglima perang. Banyak keluarganya menjadi jenderal-jenderal militer yang menguasai angkatan bersenjata.

Barulah kudeta pun berjalan. Sejumlah pasukan berada di beberapa titik-titik strategis. Saat peluit berbunyi, pasukan ini menangkap 2 orang anggota Parlemen yang melawan. Louis Bonaparte kemudian mengeluarkan dekrit membubarkan parlemen dan membuat konstitusi baru.

Kudeta ini menyebabkan huru-hara. Banyak yang menolak dan memilih mati karena penembakan dari sejumlah pasukan. Sebagian terusir keluar dari Prancis.

Puncaknya pada 4 Desember 1851. Pasukan pendukung Louis Bonaparte memberlakukan jam malam.  Siapapun yang terlihat oleh tentara akan ditembak, walau mereka anak kecil atau wanita.

Tentu saja ini mengundang banyak perlawanan di daerah lain. Ada yang ikut memberontak. Namun perlawanan demi perlawanan bisa diredam. Tercatat ada 26.000 orang masuk ke tahanan, 9.530 terusir ke beberapa negara di Afrika dan 250 lainnya masuk ke penjara Cayenne.

Pada 20-21 Desember, rakyat Prancis akhirnya setuju mengembalikan tahta monarki kepada Louis Bonaparte. Konstitusi baru buatan Louis Bonaparte memberikan kekuatan lebih kepada presiden. Mulai dari kekuatan eksekutif hingga legislatif.

Louis Bonaparte berhasil memulihkan kekaisaran. Di bulan November 1852, Kekaisaran kedua Prancis berdiri. Pada 2 Desember 1852, Louis-Napoleon menjadi Kaisar Napoleon III.

Sejarawan membagi pemerintahannya menjadi dua periode. Kediktatoran pertama yang bertahan sampai 1860. Selama itu, dibatasi kebebasan pers dan kebebasan berpikir intelektual, koran disensor dan banyak penulis diasingkan, termasuk Victor Hugo.

Setelah 1860, Charles Louis Napoleon memulai serangkaian reformasi liberal yang memuncak dalam sebuah monarki terbatas, reformasi Liberal pada tanggal 2 Januari 1870, ditandai oleh undang-undang tenaga kerja, gerakan menuju perdagangan bebas, dan kebangkitan partai oposisi.

Pada tahun 1868 ia memberikan kebebasan berkumpul dan melonggarkan pembatasan terhadap pers. Ia juga memperpanjang rel kereta api Prancis dan mencoba untuk memperbaiki kondisi masyarakat miskin. Mungkin karya Napoleon III yang paling tahan lama adalah rekonstruksi Paris, diawasi oleh perencana kota Baron Haussmann.

Keberhasilannya, bagaimanapun karena kebijakan luar negeri yang terlalu sering idealis. Sehingga memunculkan bahaya yang nyata untuk keamanan Prancis. Dari 1854-1856 Prancis bergabung dengan Inggris, Kekaisaran Ottoman, dan kerajaan Sardinia dalam Perang Krimea memerangi Rusia.

Pada tahun 1859, Napoleon III berperang lagi dengan kerajaan Sardinia untuk mengusir Austria dari Italia.

Meskipun Prancis menang tahun 1860, intervensinya ternyata menciptakan masalah lain. Louis Bonaparte tidak meramalkan kemungkinan bahwa Italia akan bersatu pada tahun 1861.

Pada tahun 1863 Napoleon III mendorong Maximilian Archduke of Austria, menjadi kaisar Meksiko. Marah oleh intervensi Prancis, Amerika Serikat menuntut agar ia meninggalkan Prancis. Namun, Maximilian tidak menurut. Ia terbunuh oleh rakyat Meksiko yang melakukan kudeta.

Meski kejam, Napoleon III mendapat banyak pujian karena membawa pemerintahan ke arah demokrasi. Dia membuat segala yang aneh dan pemerintahan yang terombang-ambing dari rezim otoriter menjadi semakin demokratis.

Petani sangat mendukung dia. Nama Napoleon III pun populer. Pada masa pemerintahannya, ia berupaya untuk mengurangi kemiskinan,  mendorong industrialisasi, dan memperbaiki infrastruktur negara.  Namun ketika ia membuka keran demokrasi, ia tidak bisa menangani oposisi. Napoleon III sempat kalah saat mencoba untuk menavigasi antara demokrasi dan otoriter.

Pada masanya keberhasilan ekonomi tercapai. Ia membantu Ferdinand Vicomte de Lesseps untuk mendapat hak istimewa atas Terusan Suez. Sayangnya ia dikudeta dari pemerintahan akibat kekalahan Prancis dalam Perang Prancis-Prusia 1870. Parlemen mengusir Napoleon III ke Inggris.  Jenderal militer itu akhirnya meregang nyawa di tempat pengasingan Chislehurst, Inggris.

Penulis: Deandra Alika Hefandia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Bersinergi Menjaga Netralitas Pemilu Demi Pilkada yang Berkualitas

Jakarta - Netralitas aparatur sipil negara (ASN) menjadi perhatian utama dalam menjaga kualitas Pilkada Serentak 2024. Badan Pengawas Pemilu...
- Advertisement -

Baca berita yang ini