Nama Makassar Disebutkan dalam Kitab Nagarakretagama Mpu Prapanca

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Makassar merupakan Ibu Kota provinsi Sulawesi Selatan. Kota yang memiliki wilayah seluas 175,77Km2 dan memiliki jumlah penduduk lebih dari 1,5 juta jiwa ini merupakan salah satu dari kota besar yang ada di Indonesia. Siapa sangka Makassar memiliki sejarah yang sangat menarik.

Penasaran? Yuk Simak.

Menjadi salah satu daerah taklukan kerajaan Majapahit, nama Makassar sudah ada sejak abad ke-14. Nama Makassar ada dalam kitab Nagarakretagama karya Mpu Prapanca.

Abad ke-16 menjadi tahun-tahun kejayaan kerajaan ini. Dengan menaklukan kerajaan-kerajaan kecil yang pada umumnya berbasis agraris, membuat Makassar menguasai kawasan pertanian yang lumayan luas.

Apalagi saat itu komoditi ekspor utama adalah beras yang dapat ditukar dengan rempah-rempah dari Maluku ataupun barang-barang manufaktur asal Timur Tengah, India, dan Cina di Nusantara Barat.

Membujuk para saudagar di kerajaan sekitar untuk pindah ke wilayahnya  membuat perdagangan menjadi lebih terkonsentrasi di bandar niaga baru. Sehingga saat itu terjadi peningkatan aktivitas pada sector perdagangan lokal, regional, dan internasional. Makassar menjadi pusat perdagangan yang dominan di Indonesia Timur. Dalam waktu 1 abad wilayah ini menjadi salah satu kota niaga terkemuka di dunia dengan 100.000 penduduk, sekaligus menjadikan kota terbesar ke-20 zaman itu.

Pelabuhan Makkasar di Zaman Dulu
Pelabuhan Makkasar di Zaman Dulu

Abdul Ma’mur Khatib Tunggal atau Dato’ Ri Bandang yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat pada September 1605 datang ke Makassar. Ia kemudian mengislamkan Raja Gowa dan Tallo. Abdul Ma’mur pun memberi gelar Sultan Alauddin. Ia pun memberi gelar Raja Tallo, Sultan Awalul Islam.

Pada Jumat, 9 November 1607 salat jumat pertama diadakan di Masjid Tallo sekaligus juga menyatakan secara resmi bahwa penduduk kerajaan Gowa-Tallo memeluk agama Islam. Ini juga menjadikan awal mula kenapa tanggal 9 November terpilih sebagai Hari Jadi Kota Makassar.

Sikap toleransi dengan tidak melarang agama lain untuk melakukan kegiatan berdagang disana walaupun sudah menyatakan bahwa Islam adalah agama utama membuat  kota ini menjadi pelabuhan dan markas yang penting bagi para pedagang Melayu, Eropa, dan juga Arab.

Keluarga Makassar di Tahun 1900 an
Keluarga Makassar di Tahun 1900 an

Perpustakaan

Ciri khas kerajaan Islam adalah perpustakaan. Nah di Makassar, raja juga membangun perpustakaan ilmiah terbesar di dunia. Bahkan sultan tidak segan-segan memesan barang-barang paling mutakhir pada zaman itu. Bahkan saat itu, kesultanan ini menjadi pusat ilmu pengetahuan terdepan. Barang-barang seperti koleksi buku dan peta yang pada zaman itu masih langka di Eropa, sudah banyak terkumpul di perpustakaan.

Namun semakin kuatnya politik monopoli perdagangan rempah-rempah oleh VOC membuat kontrol kuasa kerajaan Gowa-Tallo semakin menurun. Ambisi untuk semakin memperluas wilayah kekuasaan serta persaingan Bandar dengan VOC berakhir dengan perang dahsyat dan sengit. Dalam 3 tahun peperangan terjadi menghasilkan kekalahan pada Kerajaan Gowa-Tallo. Pasukan Bugis, Belanda bersama dengan sekutunya dari Ternate, Buton, Maluku berhasil membuat Kerajaan Gowa-Tallo terdesak dan terpaksa menanda tangani Perjanjian Bongaya.

Berkuasanya VOC di tanah Makassar membuat Kota itu menjadi sebuah kota yang terlupakan. Beberapa pasal dari Perjanjian Bongaya membatasi dengan ketat pelayaran antar pulau Gowa-Tallo dan sekutunya. Bahkan Pelabuhan tertutup bagi pedagang asing, sehingga komunitas saudagar hijrah ke pelabuhan lain.

Dekade pertama setelah peperangan yang meratakan kota Makassar membuat wilayah ini seperti kota hantu. Sisa penduduk kemudian membangun pemukiman baru. Kawasan tersebut hanya dihuni 2.000 jiwa. Namun perlahan-lahan kawasan ini kembali berkembang. Pada Abad-18, jumlah penduduk meningkat dua kali lipat menjadi 5.000 orang.

VOC pun sadar bahwa pelabuhan ini punya potensi perdagangan yang sangat besar. VOC kemudia membuka kembali pelabuhan bagi para pedagang dari Cina. Memasuki abad ke-18, perekonomian di wilayah ini mulai meningkat. VOC membiarkan saudagar asal Cina berlalu lalang di kawasan ini karena komoditinya merupakan hasil laut dan hutan. Dan ini tidak menjadi persaingan bagi monopoli jual-beli rempah-rempah dan kain yang didirikan VOC. Akhirnya banyak masyarakat di wilayah ini dan sekitarnya menjadikan nelayan sebagai salah satu mata pencaharian mereka.

Sampai akhirnya VOC bangkrut di akhir abad ke-18. Makassar pun kembali hidup dengan menjadikan kawasan ini sebagai pelabuhan bebas. Tahun-tahun berikutnya volume perdagangan yang pesat membuat kawasan ini  berkembang dari sebuah pelabuhan backwater kembali menjadi Bandar internasional.

Jumlah penduduknya pun kembali meningkat dengan pesat. Awal abad ke-20,  Belanda yang menggantikan posisi VOC akhirnya berhasil menaklukan daerah-daerah di Sulawesi. Saat itu Makassar menjadi pusat pemerintahan kolonial Indonesia Timur. Tiga setengah dasawarsa hidup damai di bawah pemerintahan kolonial membuat ekonomi berkembang pesat dan penduduk meningkat sebanyak tiga kali lipat. Wilayah kota pun menjadi luar ke seluruh penjuru. Kota ini akhirnya dideklarasikan sebagai kota madya pada 1906. Dan pada 1920 Makassar menjadi kota terbesar kedua di luar Jawa.

Uniknya Kota Makassar pernah dikenal dengan nama lain. Ujung Pandang adalah nama lain dari kota ini dari tahun 1970an sampai tahun 2000. Alasan nama Ujung Pandang lebih luas maknanya. Sedangkan kalau nama Makassar merupakan nama sebuah suku bangsa. Sedangkan saat itu yang hidup dan tinggal di sana percampuan dari berbagai suku bangsa yang ada di Sulawesi.

Pergantian nama menjadi Ujung Pandang terjadi pada 31 Agustus 1971.  Berdasarkan peraturan pemerintah No. 51 tahun 1971. Kejadian ini tentu menimbulkan Pro dan Kontra. Beberapa kalangan budayawan, sejarawan, pemerhati hukum dan pebisnis memprotes keputusan perubahan nama menjadi Ujung Pandang. Semua elemen masyarakat kota mulai dari para budayawan, pemerintah serta masyarakat kemudian mengadakan penelusuran dan pengkajian sejarah. Hasilnya Pemerintah Daerah Nomor 1 Tahun 2000, menetapkan Hari jadi tanggal 9 November 1607 dan mengembalikan nama Makassar.

Reporter: Desmonth Redemptus Flores So

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Penanganan Kasus Dugaan Korupsi Dana Hibah Pariwisata Lambat, Arpi Kembali Gelar Aksi

Mata Indonesia, Sleman - Aliansi Rakyat Peduli Indonesia (ARPI) kembali menggelar aksi unjuk rasa di halaman Kejaksaan Negeri (Kejari) Sleman. Massa mendesak Kejari Sleman untuk segera menetapkan tersangka dalam kasus dugaan korupsi dana hibah pariwisata tahun 2020.
- Advertisement -

Baca berita yang ini