Musisi Iran Mehdi Rajabian Memilih Masuk Penjara Demi Musiknya

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Mirip dengan Koes Plus di tahun 1965 yang masuk penjara gara-gara musik, kali ini kisah musisi Iran Mehdi Rajabian yang masuk penjara gara-gara membuat musik.

Mehdi Rajabian menceritakan kepada BBC bagaimana Ia pernah masuk penjara hingga dua tahun dan berhari-hari dalam ruang isolasi beserta mogok makan. Ia membuat lagu yang bertentangan dengan kebijakan negara Iran.

Di saat pandemi Covid-19 ini, Mehdi mengaku berkarya diam-diam di rumahnya di Sari, Iran Utara untuk menciptakan sebuah album baru. Bertajuk Coup of The Gods. Album ini hasil kolaborasi dengan Orchestra Brasil, musisi Turki, Rusia, India, Argentina, dan dua penyanyi perempuan dari AS, Lizzy O’Very Aubrey Johnson. ”Saya tidak akan mundur dan saya tidak akan menyensor diri sendiri,” ujarnya kepada BBC.

Kolaborasi ini luar biasa. Para musisi ini memberi warna pada lagu yang syairnya banyak bercerita tentang patah hati dan perjuangan. Semua rekamannya melalui internet dengan kapasitas lambat. Butuh berhari-hari untuk membuat satu lagu.

Mehdi mengaku ia memilih kolaborasi dengan penyanyi asing daripada musisi Iran. Delapan tahun lalu, Mehdi sempat ingin bekerja dengan musisi perempuan Iran. Baru rencana, Polisi Iran melah menangkapnya dan menyeretnya ke pengadilan. Di Iran, perempuan dilarang untuk menyanyi.

Dalam putusannya, hakim menjatuhkan hukuman karena lagu-lagunya mendorong orang untuk prostitusi dan seks bebas. Beruntung, berkat bantuan salah seorang penggemarnya, Rajabian bebas karena ia membayar jaminan. Ia melanjutkan rekaman meski dalam pengawasan ketat polisi Iran.

Mehdi Rajabian
Mehdi Rajabian

Mogok makan

Penahanan Rajabian pada tahun 2013 ketika Garda Revolusi Islam menggerebek kantornya, menutup studio rekamnya dan menyita semua hard drivenya. Saat itu ia mengelola label rekaman dan menjadi produser seorang  perempuan. Ia juga sedang mengerjakan sebuah album.

Tuduhan kepada Mehdi adalah mendistribusikan musik haram. Ia masuk penjara. Dan mendekam 90 hari di ruang isolasi. Matanya ditutup dan ia tidak tahu siapa di sekelilingnya. Akhirnya ia bebas dari penjara dengan jaminan. Pada 2015 Garda Revolusi Iran menangkapnya lagi bersama kakaknya seorang pembuat film yaitu Hossein Rajabian. Keduanya mendapat hukuman selama enam tahun penjara.

Sebagai bentuk protes, dua bersaudara ini mogok makan selama 40 hari. Mehdi Rajabian mengatakan berat badannya sampai turun 15 kilo dan ia sempat muntah darah. Aksi mogok makan tersebut membuat Rajabian mengalami pembengkakan sendi yang berarti ia sudah tidak bisa bermain musik lagi.

Sebagai penggantinya ia membuat aransemen lagu dan mengirimnya ke musisi-musisi di seluruh dunia. Rajabian dengan susah payah membuatnya menjadi lagu sambil berjuang dengan koneksi internet yang lambat dan pengawasan Garda Revolusi Iran.

Penggarapan album ini mendapat bantuan produser AS Harvey Mason Jr, yang pernah menulis dan merekam lagu Aretha Franklin dan Michael Jackson. Harvey Mason awal tahun ini terpilih sebagai presiden sementara Grammy.

Album ini sudah rilis pada Jumat 17 September 2021. Berbarengan dengan larangan pembunuhan penyanyi Afghanistan Fawad Andarabi di depan rumahnya oleh Kelompok Milisi Taliban.

Mehdi Rajabian mengatakan perlawanan adalah satu-satunya solusi meskipun musik Rajabian tidak dapat didengarkan di negara nya sendiri. Ia berharap orang-orang di tempat lain akan menerimanya bersama pesan-pesan kasih sayang dan kekuatannya.

Reporter : Firda Padila

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Upayakan Berantas Penumpukan Sampah Liar, Pemkab Bantul Optimalisasi 15 TPS3R

Mata Indonesia, Bantul - Pemkab Bantul terus mencari solusi terhadap sampah yang belum terkondisi di beberapa titik. Tak jarang masyarakat hingga pelaku usaha cukup kesulitan harus membuang kemana sampah mereka.
- Advertisement -

Baca berita yang ini