Misteri Salvator Mundi, Benarkah Lukisan Ini Karya Da Vinci?

Baca Juga

MATA INDONESIA, ROMA – Tahun lalu, di 2021 Lukisan Salvator Mundi karya Leonardo Da Vinci menarik perhatian publik. Hal ini karena lukisan koleksi putera mahkota Arab Saudi Mohammed Bin Salman itu ternyata palsu.

Berita itu tentu menggemparkan. Karena untuk mendapatkan lukisan itu, sang pangeran merogoh koceknya sangat dalam. Harganya 450,3 juta dolar AS atau sekitar 6,4 triliiun rupiah. Ia membelinya

Lukisan Salvato Mundi ini menunjukkan wajah Yesus Kristus dengan ekspresi menghantui di wajahnya. Dia memegang bola kaca di satu tangan sementara tangannya yang lain terangkat dengan jari bersilang, seolah memberkati siapa pun yang melihatnya.

Simpang siur cerita ini semakin liar saat ada informasi lukisan ini tersimpan di dalam kapal pesiar mewah, bahkan ada yang menyebutkan di zona bebas pajak Jenewa, Swiss.

Keraguan tersebut menjadi kisah yang diangkat ke sebuah film dokumenter, yaitu The Lost Leonardo dan Savior for Sale: Da Vinci’s Lost Masterpiece?,

Ceritanya penuh drama dan ketegangan layaknya cerita detektif.

Kisah lukisan ini berawal sekitar tahun 1500. Saat itu Da Vinci mendapat tugas dari Raja Louis XII dari Prancis atau istrinya, Anne dari Brittany untuk membuat lukisan Yesus Kristus.

Lukisan itu kemudian berpindah tangan. Saat keluarga Kerajaan Prancis menikahkan puterinya Henrietta Maria pada 1625 dengan Raja Charles I dari Inggris yang terkenal sebagai kolektor seni paling terkemuka. Ia meminta istrinya untuk membawa lukisan ini ke Inggris dan menyimpannya di kamar pribadi Ratu, di Greenwich Palace.

Namun, Raja Charles I meminta seorang pelukis asal Ceko, Vaclav Hollar untuk merepoduksi lukisan ini. Pada tahun 1650, ia menerbitkan cetakan berdasarkan gambar lukisan Salvator Mundi dengan tulisan, ‘Leonardus da Vinci pinxit’ atau  Leonardo da Vinci pelukisnya dalam bahasa Latin. Cetakan itu masuk dalam catatan inventaris Koleksi Kerajaan Inggris.

Ketika Raja Charles I dieksekusi pada tahun 1649, sebagian anggota keluarga kerajaan berhasil menyelamatkan lukisan ini dan menyimpannya di gudang.

Dua tahun kemudian, entah kenapa lukisan ini tiba-tiba milik John Stone, seorang tukang batu. Ia mendapatkan lukisan ini sebagai bayaran utang dari seseorang.

Pada 1660, John Stone mengembalikan lukisan itu ke kerajaan saat Raja Charles II berkuasa. Namun entah kenapa juga jejak lukisan itu kemudian hilang.

Tiga ratus tahun kemudian, tahun 1900 lukisan ini tiba-tiba muncul dan sudah berganti pemilik. Sir Charles Robinson yang memiliki lukisan ini kemudian menempatkannya Cook Collection di Doughty House, di Richmond. Ia menamakan lukisan ini sebagai karya Bernardino Luini, pengikut Leonardo.

Lukisan ini juga sudah rusak karena sering berpindah tempat. Catnya  berlebihan dan panelnya sudah sangat terjepit. Barulah di tahun 1950 an lukisan ini masuk pelelangan dengan harga yang sangat murah, 45 pounds.

Lukisan itu menghilang selama 50 tahun. Pada tahun 2005 di sebuah penjualan barang bekas menawarkan lukisan ini. Alexander Parish, seorang pedagang seni New York kemudian membelinya dengan harga USD 10.000.

Oleh karena dimakan usia, banyak bagian dari lukisan Salvator Mundi telah rusak. Pemugarannya mulai pada tahun 2007. Dianne Dwyer Modestini, peneliti senior di Pusat Konservasi Institut Seni Rupa, Universitas New York mencoba memperbaikinya.

Pada tahun 2008, lukisan itu dipamerkan di The Metropolitan Museum of Art oleh kurator museum Keith Christiansen, Andrea Bayer, Carmen Bambach, dan Everett Fahy.

Pada tahun 2013, Parish menjual lukisan ini dengan harga USD 75–80 juta kepada bangsawan kaya asal Prancis, Yves Bouvier dalam penjualan di Balai Lelang Sotheby. Namun Yves menjualnya lagi kepada miliarder Rusia Dmitry Rybolovlev seharga USD 127,5 juta pada akhir tahun itu.

Dan di Balai Lelang Christie’s pada November 2017, setelah hampir 20 menit duel sengit antara enam penawar melalui telepon, penawar yang menang adalah Pangeran Arab Saudi Bader bin Abdullah bin Mohammed bin Farhan al-Saud yang bertindak sebagai perantara Pangeran Mohammed bin Salman yang berhasil mendapatkan lukisan itu.

Banyak pakar yang menganggap bahwa lukisan tersebut mungkin produksi seorang asisten di studio Da Vinci. Kemudian di dalam lukisan tersebut ada penambahan sentuhan akhir yang saat itu umum untuk menghormati para seniman.

Para kritikus seni tidak sepakat tentang kualitas lukisan tersebut. Jerry Saltz, seorang kritikus seni AS mengatakan bahwa lukisan tersebut bahkan bukan lukisan yang bagus. Dalam film dokumenter, lukisan ini terlihat membosankan.

Menurut kritikus tersebut, pelelangan lukisan Salvator Mundi di Balai lelang Christie’s adalah sebuah rekayasa drama. Video marketing tersebut bukannya menunjukkan lukisan malah memperlihatkan wajar para pengamat dan peserta lelang. Salah satunya adalah aktor Hollywood Leonardo DiCaprio – yang memandang gambar itu dengan hormat seolah-olah menatap Yesus secara langsung.

Lukisan tersebut kemudian terjual. Awalnya, identitas pembeli anonim. Namun surat kabar New York Times segera mengungkap bahwa sang pembeli mewakili Mohammed bin Salman, putra mahkota Arab Saudi.

Banyak pengamat seni rupa dunia mengira bahwa lukisan Salvator Mundi akan menjadi pusat dari museum atau pusat seni baru di wilayah tersebut. Tetapi lukisan itu tidak pernah terlihat di depan umum sejak itu.

Film Savior for Sale karya Antoine Vitkine merupakan film yang paling terkenal karena beberapa tambahan cerita eksplosif  yang menggambarkan tentang apa yang mungkin terjadi di balik layar. Film ini memiliki dua sumber anonim, yang teridentifikasi sebagai pejabat tinggi pemerintah Prancis.

Peneliti lukisan asal Prancis, Louvre menyimpulkan bahwa lukisan itu bukan asli karya Da Vinci. Ia hanya ‘berkontribusi pada lukisan itu’. Saat Louvre mencoba berkomunikasi dengan Mohammed bin Salman untuk meminjamnya , hanya ada syarat satu. Louvre harus menyetujui jika lukisan Salvator Mundi miliknya mendapat label sebagai karya Leonardo Da Vinci.

Banyak kisah-kisah sejarah yang rumit dan misterius, namun tidak ada yang menandingi kemisteriusan dan kerancuan lukisan Salvator Mundi. Selama lukisan itu hilang dari mata dunia, maka lukisan itu akan selalu menjadi misteri dan tidak pasti. Namun ketidak pastian tersebut adalah kunci dari daya tarik setiap kisah.

 

Reporter: Dinda Nurshinta

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Waspada Ancaman Radikalisme Jelang Pilkada Papua 2024

Jayapura – Masyarakat untuk tetap berhati-hati terhadap potensi munculnya ancaman radikalisme, terorisme serta tindakan intoleransi jelang Pilkada Serentak 2024. Menjelang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini