Misteri Hilangnya Penyanyi Rock Jenius, Lee Mavers

Baca Juga

MATA INDONESIA, LONDON – Tahun 1990 sebuah band asal Liverpool Inggris bernama The La’s merilis sebuah album.

Penyanyi band ini bernama Lee Mavers. Selain piawai bernyanyi, ia adalah pencipta lagu. Band ini hanya punya satu album, salah satu lagunya berjudul ‘There She Goes’ meledak dan menjadi hits. Namun setelah itu band ini menghilang.

Lagu ini sebenarnya yang menjadi pembuka dari jenis dan karakter musik baru Britpop. Musik khas dengan gaya band Inggris ini kemudian merajalela ke seluruh dunia setelah muncul band Oasis dan Blur.

Vokalis Oasis Noel Gallagher mengakui ia tak bisa menciptakan lagu sebelum mendengar The La’s. Band ini menjadi inspirasi Gallagher bersaudara saat membentuk Oasis. Bahkan, band-band Britpop lainnya seperti The Libertines, Arctic Monkeys dan Fontaines DC juga terpengaruh gaya bermusik The La’s.

Ini menjadi bukti bahwa vokalis The La’s yang juga pencipta lagunya Lee Mavers adalah seorang jenius. Malah, meski cuma satu album, lagu-lagu The La’s banyak dinyanyikan ulang oleh band dan penyanyi ternama. Sebut saja Robbie Wiliams sampai Pearl Jam.

Semua musisi menghormati Lee Mavers. Malah, musisi legendaris Eric Clapton memuji dan mengangumi Lee Mavers. ”Satu-satunya musisi yang saya kagumi adalah Lee Mavers. Dia punya pendirian dan gaya yang menurutku sangat luar biasa,” puji Clapton dalam sebuah wawancara dengan majalah Rolling Stone. 

Sayangnya band ini hanya menghasilkan satu album. Setelah albumnya meledak, Mavers dan bandnya hanya tampil di 20 konser. Ia tak mau memproduksi album apapun termasuk dengann bandnya. Sejak tahun 2000 Mavers pun menghilang. Ratusan jurnalis mencoba mencari keberadaan Mavers. Malah saking sulitnya mencari jejak Mavers, muncul buku berjudul ‘2003’s A Secret Liverpool: In Search of The La’s’. Penulisnya seorang wartawan bernama Matthew Macefield yang rajin melacak keberadaan musisi asal Liverpool ini.

Matthew Macefield akhirnya bisa bertemu dengan Mavers di rumahnya di Liverpool tahun 2015. Menurut kabar yang beredar, Mavers saat itu membantu Liam Gallagher mengerjakan sebuah proyek musik. Setelah itu, jejak Mavers pun hilang ditelan bumi.

There She Goes

Baru-baru ini, penggemar dan pemuja Mavers merayakan 30 tahun debut album The La’s. Yang menarik, selama ini album ini hanya bertahan di tangga ke 30 dalam daftar album terbaik di Inggris. Penjualan albumnya  pun tidak terlalu besar. Band ini hanya menyodorkan konsep musik dengan pengaruh band-band asal Inggris, The Beatles, The Who, Love, dan Pink Floyd. Malah mereka juga mengusung musik gaya 1960 an.

Status legenda The La’s selain karena lagu There Shes Goes juga karena proses pembuatan album ini. Banyak cerita yang beredar saat Mavers dan kawan-kawannya membuat album ini. Mavers terkenal perfeksionis. Beberapa kali ia berantem dengan produser rekaman. Malah saat rekaman di studio beberapa kali terjadi kekacauan karena kelakuan Mavers yang tak sejalan dengan produser maupun teman-temannya. Mavers terlalu memaksakan musik tahun 60 an dalam lagu-lagunya.

The La’s

Sebenarnya pendiri The La’s bukanlah Lee Mavers. Seorang musisi lokal Liverpool bernama Mike Badger membentuk The La’s pada tahun 1983 saat ia stress karena resesi ekonomi yang melanda Inggris saat itu.

Badger dan Mavers bertemu tahun 1981 diperkenalkan oleh seorang kawannya. Namun Badger tak peduli dengannya. Barulah tahun 1984 mereka bertemu lagi Everyman Theatre. Keduanya baru akrab karena sama-sama punya ketertarikan dengan Captain Beefheart.

Lee Mavers (kedua dari kanan) dengan personel The La's
Lee Mavers (kedua dari kanan) dengan personel The La’s

Akhirnya Badger dan Mavers membuat lagu bersama dan ia pun mengajaknya untuk bergabung dengan The La’s. ”Mavers orang yang sangat lucu bertalenta, dan keren.” kata Badger.

”Saat main gitar, aku merasa kalau tidak ada orang lain seperti dia.”.

Badger merasakan The La’s masih banyak kekuranganya. Ia pun kemudian mengajak dua personel baru yaitu John Power (Bassist) dan Paul Rhodes sebagai drummer.

Keempatnya kemudian bermain musik bersama dan merilis demo. ”Kita mengerjakan semuanya sendiri. Tapi dari situ, ternyata muncul masalah,” ujar Badger.

Mavers merasa Badger tak punya peran apa-apa di band ini. Ia sering mengeritik Badger hingga akhirnya mereka bertengkar. Badger akhirnya memutuskan keluar dari band ini pada Desember 1985 setelah mereka tampil dalam sebuah pertunjukan. ”Mavers bilang kepadaku kalau waktuku di band sudah habis. Aku merasa kayak, ‘hah? karena aku yang mendirikan band ini,” ujarnya.

Badger akhirnya keluar. ”Aku rapikan gitarku dan pergi dengan bus. Aku kesal sekali, Dua tahun waktuku hilang dalam semalam,” katanya.

Sebagai pemimpin dan penulis lagu The La’s, Mavers punya kontrol penuh atas band. Tahun 1986, mereka tandatangan kontrak dengan label London Go! Discs. Produser melihat talenta mereka memberikan kebebasan penuh kepada Mavers untuk memproduksi album.

Tapi tetap saja, Mavers tidak puas. Ia merasa rekaman di label ini tak sesuai standard. Padahal, beberapa produser kenamaan ikut membantu Mavers dan teman-temannya ini. Termasuk John Leckie (The Stone Roses, Radiohead) dan Mike Hedges (The Cure, Manis Street Preachers). Hasilnya mereka malah berantem. Dua personel sisa The La’s pun tidak tahan dengan kelakuan Mavers. Sutton yang awalnya bergabung menggantikan Badger cuma bisa bertahan satu tahun. ”Mavers itu paranoid,” ujar Sutton.

Pada Desember 1989, Go!Discs bertemu Steve Lillywhite, (producer U2, Simple Minds), yang takjub dengan bakat Mavers. ”Beri dia gitar akustik. Ia anak jenius. Dia seperti dinamit, sangat sangat kreatif,” puji Lillywhite.

Namun lagi-lagi, Lilywhite pun berantem dengan Mavers. ”Kayak main ular tangga rasanya,” kata Lillywhite, “Kalau ada yang dia nggak suka, kita mulai dari awal.”

Go!Discs akhirnya hilang kesabaran. Mereka meminta Lillywhite agar menyelesaikan albumnya dari rekaman yang sudah ada. Akhirnya setelah 12 kali sesi studio, 10 pergantian personel band, 7 produser, dan 3 tahun pengerjaan album yang menghabiskan 1 juta euro, albumnya rilis pada 1 Oktober 1990.

Ternyata Mavers tidak mengakui album ini. “Aku benci album itu.” katanya kepada Stuart Maconie dari NME waktu itu.

Namun Lillywhite bersikap filosofis dengan kritik Mavers. “Saat aku mendengarkan albumnya sekarang pun aku masih senang. Ada momen-momen yang kita alami. Tapi, dia senimannya: kalau tidak sesuai yang dia mau, ya sudah, ” ujar Lilywhite.

Mitos

Ada banyak teori tentang Mavers. Badger merasa bahwa lagu ‘There She Goes’, yang kemudian dinyanyikan ulang oleh Sixpence None The Richer, dan menjadi soundtrack serial TV, jadi kutukan sekaligus berkah untuk Mavers. “There She Goes adalah hal terbaik yang pernah terjadi kepada Lee Mavers. Tapi juga terburuk.” katanya.

Kawan dekat Mavers, Rachel, percaya bahwa karya Mavers adalah hasil dari integritas artistik yang ekstrem dari seorang penulis lagu yang tidak mau merilis materi yang tidak sesuai idealnya. “Kalau ada nada di kepalanya tapi tidak ada di rekaman, maka rasanya seperti parodi untuk dia.” kata Rachel. “Agaknya luar biasa untuk seseorang punya standard tinggi selama ini. Nggak ada yang seperti ini sebelumnya di sejarah Rock’n’Roll. Tapi kenapa juga dia harus mengikuti hal itu? Dia seniman yang berbeda.”

Apapun alasan Mavers untuk mundur dari industri musik, tidak ada yang mengejutkan. Lirik-lirik The La’s memperlihatkan kekecewaan Mavers terhadap musik.

Nyaris sepanjang lagu yang ada di album ini, Mavers bernyanyi, berteriak dan memaki-maki orang. Beberapa liriknya seperti sebuah prediksi tentang apa yang akan terjadi.

Hidup sederhana

Lee Mavers sekarang masih hidup dan tinggal di daerah Suburb Liverpool. Ia sudah berkeluarga dan sudah punya empat orang anak. Ia bekerja di sebuah perusahaan dan hidup sederhana dengan keluarganya. ”Aku ini seorang ayah sekarang,” katanya kepada Rachel yang berhasil mewawancarainya.

Mavers tidak mau lagi bermain musik. Ia bermain musik hanya untuk senang-senang saja. Ia bekerja setiap hari, pulang ke rumah, bermain dengan anak-anak dan membantu pekerjaan rumah dengan istrinya.

Ia pun tertutup. Ia tak mau keluarganya terekspos media. Tak ada yang tahu persis dimana Mavers berada sekarang. Ia mengganti namanya dan menjadi orang biasa dan jauh dari dunia gemerlap.

Penulis: Deandra Alika Hefandia

 

Penerjemah: Deandra Alika Hefandia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Semua Pihak Perlu Bersinergi Wujudkan Pilkada Damai

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan momen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Pilkada tidak hanya sekadar agenda politik,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini