MINEWS, JAKARTA – Berbicara Batavia, kita akan serasa kembali ke zaman penjajahan Belanda. Batavia yang kini bernama Jakarta telah banyak meninggalkan catatan-catatan sejarah penting bagi Indonesia. Hari ini, 22 Juni, Batavia atau Jakarta sudah berusia 492 tahun.
Bukan hanya soal sejarah perjuangan kemerdekaan melawan penjajah, Batavia menyimpan banyak cerita-cerita unik di masyarakatnya, yang mungkin tak terjadi lagi pada masa kini.
Berikut sisi lain Batavia pada masa lalu, saat Indonesia belum mencicipi kemerdekaan:
Nirwana bagi Peminum Arak
Batavia terkenal sebagai kota arak. Di Batavia, arak dijual hanya delapan sen per galon, membuat para pemabuk dari penjuru dunia berdatangan. Sampai dalam sebuah catatan diceritakan, tanggal 22 Juni 1970, sekelompok pelaut berlayar dari Amerika Selatan menuju Batavia dalam waktu lima bulan hanya untuk meneguk puas arak Batavia. Benar-benar nirwana bagi pemabuk.
Kebebasan Khusus Wanita Belanda
Wanita-wanita Belanda merasa lebih bahagia di Batavia ketimbang di negara asalnya, karena di Batavia mereka punya kebebasan yang jauh lebih besar. Wanita-wanita Belanda di Batavia bahkan begitu mudahnya mengajukan gugatan cerai ke pengadilan, dibanding jika mereka tinggal di Belanda.
Rawan Banjir Sejak Abad Ke-17
Banjir di Jakarta bukan fenomena baru, tapi sudah ratusan tahun menjadi momok. Sejarah membuktikan, pegawai VOC bernama Van Berkenroode membuat peta pengembangan Batavia ke selatan berbeloknya sungai Ciliwung pada 1672. Jalanan ditimbun agar tinggi dari dataran di sekitarnya, karena saat musim hujan, Batavia dipastikan banjir.
Hak Mewah Orang Jawa
Bukan hanya Belanda, atau orang-orang Eropa saja yang bisa menginap di hotel. Keluarga bangsawan Jawa pun boleh menikmati fasilitas hotel layaknya orang-orang bule. Bahkan, sapi perah pun boleh dibawa masuk ke hotel, jika keluarga bangsawan itu memiliki bayi yang masih membutuhkan susu.
Etnis Tionghoa Mengadu Nasib
Etnis Tionghoa atau ‘orang Cina’ sudah lama mendiami Batavia. Mereka dulunya tinggal di pemukiman khusus yang diberi nama Kampoeng Tjina, sekarang Pecinan. Etnis Tionghoa terkenal rajin dan cerdas dalam berwiraswasta dengan berbagai macam jenis usaha. Orang-orang Tionghoa saking rajinnya, bahkan masih terus bekerja saat warga lain seperti Belanda atau pribumi sedang beristirahat. Dalam urusan bisnis, Tionghoa tidak ada tandingannya di Batavia.
Rumah Tahanan Wanita Binal
Pernah ada bangunan yang disebut Spinhuis di Batavia. Spinhuis ini dikhususkan untuk menampung wanita liar dan binal (terpidana). Setiap hari, wanita binal tersebut dipekerjakan untuk menenun kain agar memenuhi kecukupan kebutuhan pakaian di Batavia. Mereka juga diawasi setiap hari secara ketat agar mau mengubah perilakunya menjadi baik. (Sumber: BATAVIA karya Freieda Amran)