MATA INDONESIA, JAKARTA – Sampul kaset warna biru dengan sosok wajah anak muda tampan, berkumis sedang membawa ransel itu hits di tahun 1980 an. Nama titel di album itu Indonesia Jazz Vocal. Anak muda yang menjadi model di album itu adalah penyanyinya. Dia Dian Pramana Poetra.
Salah satu lagu di album itu adalah Melati di Atas Bukit. Lagu pop yang dibalut dengan musik jazz fusion yang ringan ini meledak. Anak-anak muda pun mulai mengenal dan menyukai musik jazz. Nama Dian PP pun menjadi penyanyi terkenal saat itu.
Lahir di Medan, Sumatera Utara pada 2 April 1961, selama kariernya di dunia musik, Dian sudah menciptakan karya-karya yang menakjubkan. Perjalanan Dian di musik diawali pada tahun 1980. Dian sukses menjadi juara ketiga dalam Lomba Cipta Lagu Remaja dengan lagu “Pengabdian”.
Nama Dian sepertinya tak bisa dilepaskan dari musik jazz. Meski di dunia pop, Dian dikenal karena kolaborasinya dengan Deddy Dukun (2D).
Bersama Deddy Dhukun di 2D, mereka meluncurkan album yang berjudul “Keraguan” pada 1987, di susul dengan album “Masih Ada” di tahun 1989, “Sebelum Aku Pergi” di tahun 1996, dan “Peluklah Diriku” di tahun 2016.
Sebelum bersama Deddy Dhukun di 2D, Dian Pramana Poetra juga banyak melakukan kolaborasi bersama musisi lain. Dian berada di dalam sebuah kelompok musik yang bernama Kelompok Tiga Suara (K3S). Di K3S mereka mengeluarkan album yang berjudul 17 ½ Tahun Keatas” yang di produksi pada tahun 1985.
Dian Pramana Poetra tidak hanya menghasilkan karya lagu berisi cinta dan kehidupan, beberapa lagu ciptaan Dian Pramana Poetra juga ada yang beraliran religi, misalnya lagu-lagu yang ada di album “Azza Wa Jalla” seperti Dunia Akhirat, Syahadat, dan Alfatihah.
Sejak tahun 1983, Dian Pramana Poetra setidaknya sudah merilis 13 album musik, dari 13 album tersebut terdiri dari album solo, kolaborasi, dan album bersama 2D.
Dalam perjalananya di dunia musik, Dian Pramana Poetra sempat merasa ragu untuk berkarya di industri musik, saat itu industri musik Tanah Air di ramaikan dengan aliran alternatif oleh kalangan muda dan mudi. Dian sempat memutuskan untuk berhenti berkarya sejenak di dunia musik pada saat itu. Pada tahun 1999, karena adanya dukungan dari orang-orang terdekat, Dian Pramana Poetra kembali berkarya di dunia musik.
Pada 2014, Dian dan Fariz RM meluncurkan album kompilasi yang mereka sebut bermakna jiwa muda. Sebab, album “Fariz RM & Dian Pramana Poetra in Collaboration With…” memang berisi kolaborasi antara musisi antar generasi.
Dian Pramana Poetra seringkali terlihat mengisi panggung festival jazz di Indonesia, seperti Java Jazz Festival. Dian Pramana Poetra juga tampil dalam sebuah konser bertajuk “Back Story Music Concert”.
Dian Pramana Poetra, kini telah pergi untuk selama–lamanya akibat kanker darah yang di derita selama ini. Dian Pramana Poetra yang berjuang melawan penyakitnya itu di hari terakhir masih terihat manggung bersama rekan duetnya Deddy Dhukun di Banyuwangi. Sayangnya, ia tak mampu melawan kanker darah tersebut hingga akhirnya dilarikan ke rumah sakit dan kemudian menghembuskan nafas terakhirnya pada 27 Desember 2018.
Sebagai legenda musik jazz, sejumlah musisi kenang Dian Pramana Poetra di Java Jazz Festival 2019 lalu, Sajian khusus untuk mengenang karya Dian Pramana Poetra di panggung yang bernama “Tribute to Dian Pramana Poetra” yang diisi oleh sahabatnya Deddy Dhukun, Yuni Shara, Dewi Gita, Vina Panduwinata, dan masih ada yang lainnya.
Reporter: Fachmi Juniyanto