MINEWS, JAKARTA-Istilah kawin kontrak memang sudah sejak lama diketahui banyak orang, dan daerah Cisarua, Puncak Bogor menjadi langganan para kaum adam untuk melakukannya. Hal itu, bukan tanpa sebab, diawali dengan keberadaan orang imigran Timur Tengah yang banyak menetap dan berwisata kedaerah sana.
Jika menyusup lebih dalam daerah tersebut ada satu kawasan bernama warung kaleng yang memang terlihat sekali sebagai kawasan daerah timur tengah, mulai dari toko, tempat makan hingga hiburan malamnya, semua diseting sebagaimana keberadaan di timur tengah.
Bahkan, tak jarang banyak ditemui warga disana khususnya anak-anak memang sudah menjadi keturunan warga arab disana. Semua itu berawal dari istilah kawin kontrak, dimana seorang warga timur tengah yang mencari gadis muda asli daerah sana untuk dinikahkan sampai dirinya selesai melakukan kunjungan disana.
Wakil Bupati Bogor Iwan Setiawan mengatakan ada sebuah sindikat yang terlibat praktik kawin kontrak ini. Bisnis ini menjadi marak sejak 2009 seiring dengan banyaknya wisatawan dari Timur Tengah.
“Dari sepuluh tahun kemarin, sekitar 2009, karena itu salah satu paket bisnis. Jadi paket bisnis ‘kan ada arung jeram, naik perahu dan yang paling menggiurkan paket kawin kontrak,” katanya.
Praktik kawin kontrak dilakukan oleh sindikat bahkan penjaga vila ikut terlibat. Semua itu dilakukan demi pundi-pundi.
Nominal untuk kawin kontrak dibandrol Rp 25-30 juta. Dulu sama sekarang, sama tarifnya segitu. “Saya ini punya vila, pernah mau disewa, oleh orang Maroko selama dua minggu saya nggak mau. Biaya seluruhnya Rp 25-30 juta itu dibagi-bagi jadi walinya segini, saksinya segini, PSK-nya berapa,” katanya.
Selain kawin kontrak, Iwan juga mengungkap modus prostitusi lainnya. Di mana PSK didatangkan untuk menghibur para wisatawan dari Timur Tengah.
“Oknum di Puncak itu ada satu kelompok, yang satu kawin kontrak, yang satu lagi menjajakan PSK itu ke vila-vila pakai mobil. Itu terjadi. Mengakomodir orang-orang Uzbekistan, Kazakstan, Maroko,” katanya.
Dia mengatakan diperlukan strategi khusus untuk membongkar sindikat prostitusi kawin kontrak. Iwan tidak mentolerir praktik prostitusi berkedok kawin kontrak ini.
Maraknya kawin kontrak secara terselubung di Puncak, dikhawatirkan merusak akidah. “Saya juga nggak terima, itu bergeseknya ke akidah–berarti di Puncak itu ada paham yang masyarakat atau ulama yang melegalkan–itu yang saya takutkan juga. Itu prostitusi terselubung,” katanya.
Iwan berpandangan, kawin kontrak berbeda dengan kawin siri. Pada praktiknya, kawin kontrak merupakan hanya sebuah rekayasa prostitusi yang dibungkus seolah-olah hal ini legal.
Iwan mengatakan kawin kontrak hanya ada di zaman khulaf dan hukumnya haram.
“Di Puncak ini, bagaimana paham dari Saudi, dilegalkan maksiat dia, diiming-imingi para sopir, syahwat, para guide-nya ya, di sini bisa kawin kontrak ini-ini, akhirnya terbawa,” katanya.
Iwan menyebut perlu adanya operasi untuk membongkar praktik kawin kontrak tersebut. “Operasi tidak bisa maksimal, harus silent,” ujar Iwan.
Namun Iwan tidak menyebut kapan pihaknya akan melakukan operasi. “Ya jangan dikasih tahu nanti kabur. Saya bisa lah mencari siapa-siapa saja orang di balik itu,” katanya.