Gawat! 1.182 Titik Panas Muncul di Sumatera Hari Ini

Baca Juga

MINEWS, RIAU – Bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih belum berakhir. Bahkan, hari ini Sabtu 21 September 2019, sebanyak 1.182 titik panas terpantau muncul di sejumlah wilayah di Pulau Sumatera.

Dari pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, satelit Terra dan Aqua mendeteksi keberadaan titik panas terbanyak di Provinsi Jambi, yakni 499 hotspot.

Kemudian, terbanyak kedua adalah Sumatera Selatan dengan 391 titik, disusul Riau dengan 198 titik panas.

Selain itu, BMKG juga mencatat 40 titik panas di Bangka Belitung hari ini. Kemudian, Kepulauan Riau 9 titik, Sumatera Barat 8 titik, serta Bengkulu dan Sumatra Utara masing-masing 2 titik panas.

Khusus di Riau dari 198 titik panas, paling banyak di Kabupaten Indragiri Hilir sebanyak 74 titik, Rokan Hilir 57 titik, dan Pelalawan dengan 28 titik. Kemudian di Bengkalis ada 17 titik, Indragiri Hulu 14 titik, Kuansing 4 titik, serta Meranti dan Kampar masing-masing dua titik panas.

Saat ini, 129 titik dipastikan adalah titik api karhutla di Riau, dan lokasi paling banyak di Indragiri Hilir, Rokan Hilir dan Pelalawan yang masing-masing ada 47, 38 dan 18 titik. BMKG melaporkan jarak pandang di sejumlah daerah di Riau memburuk hari ini

Jarak pandang di Kota Pekanbaru pada pukul 07.00 WIB hanya 700 meter, Kabupaten Pelalawan 400 kilometer dan di Kota Rengat Kabupaten Indragiri Hilir 500 meter. Hanya di Kota Dumai yang pagi ini jarak pandang relatif bagus, yakni 2 kilometer.

Berita Terbaru

Media Sosial sebagai Alat Propaganda: Tantangan Etika dalam Pengelolaan oleh Pemerintah

Mata Indonesia, Jakarta - Di era digital, media sosial telah menjadi saluran utama komunikasi massa yang memfasilitasi pertukaran informasi dengan cepat. Dalam kerangka teori komunikasi, media sosial dapat dilihat sebagai platform interaksi yang bersifat dialogis (two-way communication) dan memungkinkan model komunikasi transaksional, di mana audiens tidak hanya menjadi penerima pesan tetapi juga pengirim (prosumer). Namun, sifat interaktif ini menghadirkan tantangan, terutama ketika pemerintah menggunakan media sosial sebagai alat propaganda.
- Advertisement -

Baca berita yang ini