MATA INDONESIA, JAKARTA – Dalam dunia fashion ataupun bisnis sepertinya sudah tidak asing dengan nama Chanel. Merek dagang barang yang terkenal mewah ini banyak diminati masyarakat luas. Kesuksesan Chanel tidak luput dari sosok Coco Chanel yang telah merancang desain abadi sehingga masih populer sampai hari ini.
Coco Chanel memiliki nama asli Gabrielle Bonheur Chanel. Coco Chanel lahir pada 19 Agustus 1883 di Saumur, Perancis. Wanita yang memiliki keterampilan menjahit ini memulai bisnisnya dengan topi. Kemudian ia merambah label ke pakaian ketika membuka toko pertama di 1910, yang menjadi Awal popularitas Coco Chanel sebagai seorang perancang busana.
Kemampuan Coco Chanel dalam menjahit didapati dari biarawati yang merawatnya ketika ia tinggal di panti asuhan. Hal ini pula yang akhirnya mengantarkan Coco Chanel sebagai ikon mode.
Menjahit bukan satu-satunya keterampilan yang dimiliki Coco. Ia memiliki keterampilan bernyanyi, yang dijadikannya untuk mengadu nasib, sebelum menjadi seorang perancang busana. Dari menjadi penyanyi kafe membuat ia memperoleh nama sapaan “Coco”. Kini, Coco menjadi ikon gaya yang sangat dihormati. Ia memiliki sifat yang ambisius dan kreatif yang disalurkan terhadap menjahit untuk menciptakan sesuatu miliknya.
Saat usia Coco menginjak 20 tahun, ia mengambil kesimpulan bahwa yang utama dalam hidup adalah uang. Hingga tahun 1905, Coco bertemu dengan Étienne Balsan. Baginya, Balsan adalah sosok pria sejati. Sayangnya, Étienne memandang Coco hanya sebagai gadis biasa yang belum pantas untuk diberikan uang banyak.
Tahun 1908, Coco Chanel bertemu dengan salah seorang teman Balsan yang bernama Arthur Edward “Boy” Capel CBE. Pertemuan ini membuat Coco meninggalkan Etienne dan lebih memilih Arthur.
Arthur merupakan seorang atlet Polo asal Inggris yang memiliki rambut hitam-lurus dan berkulit kusam. Arthurlah yang menyarankan Coco untuk membuka usaha Toko Topi dan mendanai toko tersebut. Hingga akhirnya mereka menjalin hubungan lebih dari rekan bisnis.
Bisnis yang dijalankan Coco terus berkembang. Ia menambah dua toko di Deaville dan Biarritz, menjadi awal Chanel dalam bisnis fesyen. Desain Coco yang menekankan pada kesederhanaan dan kenyamanan berhasil merombak industri fesyen. “Kemewahan haruslah nyaman. Jika tidak, itu bukan kemewahan,” kutipan kondang milik Coco yang menjadi dasar dirinya merancang busana.
Pada akhir 1920-an, rumah mode Chanel dilaporkan bernilai jutaan dollar dan memiliki karyawan lebih dari 2.000 orang, yang tak hanya terdiri dari modiste, tapi juga pekerja di laboratorium parfumnya, pabrik tekstil, dan pengrajin perhiasan.
Bisnis raksasanya makin menanjak ketika Coco merilis parfum Chanel No.5 pada 1922, dengan bantuan dari Ernest Beauz, seorang pembuat parfum terkenal di Prancis. Chanel memilih sampel nomor lima. Dalam hal ini Ernest menanyakan alasan Coco memilih, dan dijawab, “Saya selalu meluncurkan produk koleksiku pada hari kelima, bulan kelima, Jadi saya rasa nomor 5 memberiku keberuntungan – Oleh karenanya, Aku menamakannya No. 5”.
Selain itu, Coco menciptakan gaunnya yang sangat terkenal “little black dress”. Gaun ini sekilas terlihat sederhana, namun itulah yang membuat seorang Coco Chanel menjadi terkenal di seluruh dunia serta sebagai simbol gaun yang elegan, mewah dan menarik. Ia membuktikan bahwa busana berwarna hitam yang biasanya identik dengan suasana berkabung kini bisa modis dipakai untuk gaun malam.
Tahun 1939, Coco terpaksa harus menutup seluruh toko dan rumah mode-nya selama Perang Dunia II. Pada September 1944, atas inisiatif dari Komite Moralitas masyarakat, Coco ditangkap dan ditahan. Alasannya karena ia terlibat percintaan dengan seorang SS-Brigadeführer Jerman bernama Walther Friedrich Schellenberg, namun beberapa jam kemudian ia dibebaskan. Hal ini membuat Coco memutuskan untuk pindah ke Switzerland, di sana ia menghabiskan masa 10 tahun.
Pada usia 70 tahun, Chanel memutuskan kembali ke dunia mode. Ini pertama kalinya ia menerima ulasan pedas dari para kritikus.
Coco Chanel wafat pada 10 Januari 1971 di apartemennya di Hotel Ritz. Ia meninggal dengan tenang dengan pemandangan The House of Chanel yang bisa dilihat lewat jendela kamarnya. Uniknya, saat Coco Chanel meninggal dunia, dilemari bajunya cuma ada tiga stel pakaian dimana semuanya merupakan pakaian paling bagus pilihan Gabrielle “Coco” Chanel.
Reporter : Mega Suharti Rahayu