MATA INDONESIA, JAKARTA-Bahasa melekat dalam diri manusia yang digunakan untuk berkomunikasi, bekerja sama, dan mengidentifikasi diri. Namun, tahukan Anda ada sejarah panjang sebelum manusia saat ini mengenal tulisan dengan berbagai bahasa yang mudah dimengerti.
Tidak diketahui kapan manusia pertama kali menggunakan tulisan. Para ahli linguistik pada umumnya mengira tulisan bermula dari gambar seperti yang ditemukan di gua Altamira, Spanyol Utara. Gambar itu kemudian benar-benar menjadi tulisan atau piktogram. Piktogram secara langsung menggambarkan benda yang dimaksud.
Tulisan piktogram dipakai di kalangan orang-orang Indian Amerika, orang Yukagir di Siberia, dan di Pulau Paska (Pasifik Timur). Hingga kini piktogram masih dipakai dalam tanda lalu lintas internasional dan pada tanda-tanda kamar kecil untuk lelaki dan perempuan.
Pada perkembangan selanjutnya piktogram tidak hanya menunjukkan gambar benda yang dimaksud, melainkan juga sifat-sifat benda itu atau konsep-konsep yang berhubungan dengan benda itu. Sebagai contoh, tulisan hieroglif Mesir yang dipakai 4000 tahun sebelum Masehi.
Gambar saat itu tidak hanya menunjukkan benda yang dimaksud, melainkan juga sifat-sifat benda itu atau konsep-konsep yang berhubungan dengan benda itu disebut ideogram.
Dalam sejarahnya yang panjang piktogram dan ideogram disederhanakan sehingga tidak tampak lagi hubungan antara gambar dan apa yang dimaksud.
Salah satu contoh dapat dilihat dari aksara paku yang dipakai oleh bangsa Sumeria 4000 tahun sebelum Masehi. Penemuan ini merupakan salah satu revolusi terbesar yang pernah dilakukan umat manusia sepanjang sejarah.
Ada dua jenis tanda dalam aksara Sumeria Kuno. Satu, jenis tanda untuk melambangkan angka 1, 10, 60, 600, 3.600, dan 36.000. Dan satu lagi, jenis tanda untuk melambangkan manusia, hewan dan barang tertentu. Demikian juga simbol wilayah dan sistem penanggalan yang mengacu pada kalender Sumeria.
Dengan memadukan kedua jenis tanda inilah para akuntan di Kerajaan Sumeria melestarikan sekian banyak data, jauh lebih banyak dari mampu diingat otak manusia. Mereka mengembangkan sistem piktograf yang menampilkan atau gambar sebagai bentuk ekspresi gagasan dan tindakan yang kemudian berevolusi menjadi simbol yang mewakili kata dan suara.
Tulisan paling awal Sumeria merupakan logogram nonfonetik yang mengkombinasikan lambang menjadi makna baru. Misalnya lambang kepala yang diimbuhi labang roti maka menghasilkan lambang yang bermakna makan.
Lahirnya aksara Sumeria berasal dari piktograf yang tertera pada tablet tanah liat. Awalnya orang Sumeria membuat token kecil dari tanah liat untuk mewakili barang.
Token disimpan bersama-sama dalam amplop tanah liat tertutup dan untuk menunjukkan apa yang ada di dalam amplop, mereka menekan token ke tanah liat agar keluar luar. Aksara Sumeria memiliki ciri runcing karena alat tulis yang disebut stylus atau gerip meninggalkan garis dan tanda bentuk irisan.
Seiring perkembangannya, sistem tulisan Sumeria tersebut kemudian diambil alih oleh Persia (600-400 s.M), tetapi bukan untuk menggambarkan gambar atau gagasan atau kata, melainkan untuk menggambarkan suku kata (aksara silabis). Dalam waktu yang hampir bersamaan orang Mesir juga mengembangkan tulisan yang menggambarkan suku kata.
Aksara silabis mempengaruhi sistem tulisan bangsa-bangsa lain, termasuk bangsa Fenisia yang hidup di pantai Timur Laut Tengah (sekarang Libanon). Aksara Fenisia membuat 22 suku kata, setiap tanda melambangkan satu konsonan diikuti oleh vokal.
Pada abad ke-10 s.M. tulisan silabis orang Fenisia dipinjam oleh orang Yunani. Namun, karena bahasanya berlainan, sifat silabisnya ditinggalkan dan orang Yunani mengembangkan tulisan bersifat alfabetis.
Tulisan alfabetis menggambarkan setiap vokal dan konsonan dengan satu huruf. Aksara Yunani kemudian diambil alih oleh orang Romawi dan dalam abad pertama Masehi aksara Romawi atau Latin menyebar ke seluruh dunia dan sampai di Indonesia sekitar abad ke-16 bersamaan dengan penyebaran agama Kristen. Aksara Romawi ini atau bahasa Latin sampai hari ini masih digunakan.
Sebelum aksara Romawi dikenal di Indonesia, pelbagai bahasa di Indonesia sudah mengenal aksara, yaitu bahasa Jawa, Sunda, Madura, Bali, Sasak, Lampung, Bugis, Makasar, dan Batak.
Jenis aksara bahasa-bahasa tersebut diturunkan dari aksara Pallawa dipakai di India Selatan pada abad ke-4 Masehi. Tulisan itu disebarkan di Indonesia bersamaan dengan penyebaran agama Hindu dan Budha.
Aksara Palawa sendiri diturunkan dari tulisan Brahmi yang asal muasalnya dapat ditelusuri ke tulisan Semit. Jadi, aksara India itu sebenarnya seasal dengan aksara Ibrani, Parsi, dan Arab.
Kedatangan Islam di Indonesia menyebabkan tersebarnya aksara Arab yang dikenal di Indonesia berlainan sedikit dengan aksara Arab di negeri Arab. Perbedaan itu karena aksara Arab di Indonesia mendapat pengaruh dari aksara Arab Parsi.
Aksara Arab yang dipakai dalam bahasa Melayu dikenal sebagai aksara Jawi. Bahasa Jawa juga menggunakan tulisan Arab, khususnya yang dipakai dalam karya-karya yang bersangkutan dengan Islam. Tulisan Arab untuk bahasa Jawa dikenal sebagai aksara Pegon.