Menegangkan, Inilah Kisah Operasi Naga Merebut Irian Barat

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Operasi Naga merupakan operasi militer yang dilancarkan Indonesia dalam pembebasan Irian Barat. Operasi Naga dirancang oleh Benny Moerdani yang saat itu masih berusia 29 tahun.

Penunjukan Benny dilakukan langsung oleh Panglima Angkatan Darat Mayor Jenderal Ahmad Yani pada pertengahan Mei 1962. Sebab, kala itu, dari sederet perwira tinggi yang mengikuti rapat terbatas mengkaji pelaksanaan infiltrasi ke Irian, tak seorang pun yang merespons. Padahal, idealnya, jumlah pasukan sebanyak itu dipimpin oleh seorang perwira tinggi berpangkat jenderal.

“Ben, persiapkan pasukanmu dengan baik. Jangan lupa, kau bawa tim kesehatan,” ujar Jenderal Ahmad Yani kepada Benny, yang baru pulang mengikuti pendidikan Airborne di Fort Bragg, Amerika Serikat.

Opeasi Naga merupakan operasi yang dilakukan lewat jalur udara. Awalnya ini terdengar mustahil. Karena, saat itu belum ada satu pun operasi udara yang berhasil di Irian. Setiap pasukan yang diterjukan ke wilayah itu selalu hilang 100 persen.

Sabtu 23 Juni 1962, sebanyak 213 anggota pasukan diterjunkan untuk melancarkan Operasi Naga. Merauke menjadi target sasaran Benny dalam Operasi Naga. Pasukan penerjun dalam Operasi Naga itu lompat dari tiga pesawat Hercules. Namun, penerjunan tersebut justru kacau balau.

Mereka terjun ke Merauke tanpa tahu bagaimana kondisi medan disana. Apalagi saat penerjunan kondisinya masih gelap.

Seorang Letnan Satu Ben Mboi tergantung 10 meter dari tanah setelah menerabas cabang-cabang pohon. Ia bisa selamat setelah memotong ikatan payung dan memakai tali untuk turun.

Ben Mboi adalah salah satu anggota pasukan yang selamat, banyak dari temannya justru tewas tergantung atau terjebak di rawa.

Sementara itu, Benny Moerdani masih tersangkut di pohon kemiri namun berhasil turun. Akhirnya diketahui, tiga pesawat Hercules yang membawa mereka salah memilih tempat penerjunan. Pasukan Operasi Naga justru terjun 30 kilometer di utara titik target.

Ada sebuah sungai yang disangka Merauke ternyata itu adalah Sungai Kumbai. Hal tersebut karena peta yang digunakan masih peta lama buatan 1937.

Ben Mboi akhirnya bisa berkumpul dengan sembilan temannya satu hari kemudian. Namun, Mereka terpisah dengan Benny Moerdani.

Di sisi lain, Benny Moerdani sudah mengumpulkan pasukannya sebanyak 60 orang dengan peralatan komunikasi dan cadangan mesiu yang cukup.

Benny Moerdani memimpin pasukan baret merah Kopassus yang dulu masih bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Sedangkan Kapten Bambang Soepeno memimpin pasukan baret hijau alias Raiders 530.

Benny Moerdani dikenal punya kelebihan dalam merencanakan komunikasi yang solid antarpasukan. Kapten Abdul Rachman Ramly yang ditugaskan Benny Moerdani sebagai operator di Pos Komando Laha di Luar Ambon, selalu menerima setiap berita yang dikirim dari Merauke.

Komunikasi tersebut berjalan baik. Setiap saat pasukan Operasi Naga bisa berhubungan untuk menyampaikan laporan atau minta bantuan tambahan, mesiu, dan logistik.
Selain dengan Abdul Rachman, Benny Moerdani juga berkomunikasi dengan milisi pro-Indonesia di Papua, Labula.

Tugasnya yaitu untuk menghapus jejak atau menyediakan makanan secara sembunyi-sembunyi di hutan.

Pada hari kedua setelah penerjunan, Benny Moerdani dibuat kaget, radio Australia menyiarkan soal adanya tiga pesawat Hercules yang menerjunkan pasukan di Merauke. Bahkan, jumlah pasukan dan nama-nama pemimpinnya ikut disebut, termasuk Benny Moerdani. Dengan kata lain, operasi rahasia Pasukan Naga ini telah bocor.

Beberapa hari kemudian, pasukan Benny Moerdani diserang marinir Belanda yang menaiki dua perahu motor. Benny Moerdani dan pasukan Operasi Naga berpindah-pindah serta bersembunyi di dalam hutan.

Ben Mboi menyebut bahwa Benny Moerdani tak berpikir secara sistematis.

“Di medan tempur tidak ada aturan yang tepat atau pasti. Semuanya adalah masalah eksekusi,” ujarnya.

Menurut Ben Mboi, Benny Moerdani memakai strategi kucing-kucingan kala itu.

“Kalau bertemu, ya bertempur. Kalau tidak, ya kucing-kucingan,” kata ben Mboi.

Namun strategi ini terbukti berhasil. Menurut Ben Mboi, Pasukan Operasi Naga diterjunkan bukan untuk perang melainkan sebagai umpan.

Tujuannya agar konsentrasi pasukan Belanda yang ada di Biak terpecah. Serangan dua kapal motor ternyata hanya awal untuk Benny Moerdani. Seminggu kemudian, saat ia dan pasukan Operasi Naga sedang istirahat di Sungai Kumbai, Marinir Belanda kembali menyerbu. Benny Moerdani tak pernah menduga bakal terjadi pertempuran jarak dekat saat itu.

Benny Moerdani pun hampir tewas saat rompi rimbanya tertembak. Operasi Naga berakhir pada 15 Agustus 1962 setelah adanya New York Agreement.

Saat itu Amerika Serikat memaksa Belanda menyerahkan Irian barat ke Indonesia. Belanda menyerah karena merasa tidak akan menang bila bertempur melawan Indonesia di Papua.

Adapun korban gugur Operasi Naga adalah sebanyak 36 orang dan 20 lainnya hilang.

Jumlah itu kurang dari perkiraan awal. Sebelumnya, Mayor Jenderal Soeharto sempat berkata bahwa pasukan Operasi Naga diperkirakan gugur 60 persen dan kembali 40 persen.

Operasi Naga yang semula mustahil itupun akhirnya berbuah manis. Setelah adanya perjanjian gencatan senjata, seluruh Pasukan Operasi Naga masuk secara terbuka ke Kampung Kuprik, Merauke. Di kampung itulah Ben Mboi akhirnya bisa bertemu lagi dengan Benny Moerdani setelah terpisah di hutan lebih dari dua bulan.

Untuk mengenang keberhasilan Operasi Naga dalam merebut Irian Barat, patung Benny Moerdani dan parasutnya dibuat di kampung tersebut pada tahun 1987. Dalam prasasti itu tertulis:

“Di sini daerah penerjunan dalam rangka pembebasan Irian Barat yang dipimpin oleh Mayor L. Benny Moerdani pada tanggal 4 Juni 1962. Terima kasih atas perhatian masyarakat dan pemerintah daerah tingkat II. Persembahan masyarakat pada Pemda 2 Oktober 1989.”

Reporter : Mega Suharti Rahayu

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini