Mayoritas Warga Rusia Membenci Mikhail Gorbachev

Baca Juga

MATA INDONESIA, MOSKOW – Siapa orang yang berhasil meredakan perang dingin? Apa yang membuat dunia sempat terasa aman di tahun 80 an? kenapa Uni Sovyet negara raksasa yang wilayahnya membentang dari Asia hingga Eropa bisa bubar?

Jawabannya cuma satu. Ini semua gara-gara Mikhail Gorbachev. Hanya dengan dua kebijakan yang ia lakukan, Perestroika dan Glasnost, Uni Sovyet langsung babak belur.

Mantan pemimpin tertinggi Partai Komunis Sovyet ini punya nama lengkap Mikhail Sergeyevich Gorbachev. Ia sebenarnya tergolong proletariat. Lahir pada 2 Maret 1931, Gorbachev besar dalam keluarga petani miskin di Privolnoye, sepetak komune di ujung barat Soviet.

Sejak bergabung dengan Partai Komunis, karier Gorbachev terbilang moncer. Sejak muda ia pekerja keras dan mengoperasikan mesin pemanen di sebuah pertanian kolektif. Gorbachev seorang pembaca buku dan melahap semua bacaan saat itu. Ia tidak suka dengan gaya Stalin. Sehingga saat Pemerintahan Sovyet di bawah Nikita Khruschev, Gorbachev adalah salah satu pendukungnya karena kebijakan destalinisasi. 

Pada 1978, Gorbachev memilih pindah ke Moskow. Selain pintar, Gorbachev mudah dan luwes bergaul. Hal ini membuat kariernya terus melesat hingga ia masuk ke Politbiro. 

Pada 1978 ia pindah ke Moskow. Setahun setelahnya ia bergabung ke Politbiro selaku lembaga pembuat kebijakan tertinggi di Soviet. Hanya dalam hitungan tahun, Gorbachev masuk dalam jajaran elite penguasa partai. Pada 11 Maret 1985, Gorbachev terpilih sebagai pemimpin tertinggi Partai Komunis Sovyet. Posisi ini—sebagaimana umumnya berlaku di negara komunis lain—setara dengan pemimpin tertinggi negara. 

Glasnot dan Perestroika 

Saat Gorbachev memimpin Sovyet banyak perubahan yang ia lakukan. Mulai dari gaya kepemimpinan yang lebih luwes hingga ideologi politik. Gorbachev mulai membuang Marxisme-Leninisme dan condong ke sistem demokrasi sosial. Sikap itu semakin kentara saat terjadi bencana Chernobyl tahun 1986

Ia juga meluncurkan program Glasnost atau keterbukaan di semua lembaga negara.  Tujuannya untuk meningkatkan transparansi. Ia juga memerangi korupsi. Yang paling spektakuler adalah saat ia memberikan izin kebebasan berpendapat, sesuatu hal yang dulu haram di negara beruang merah ini. 

Media massa yang dulunya “pendiam” berubah menjadi kritis. Gorbachev juga rajin mengeritik kinerja birokrasi. 

Program lainnya yang Gorbachev lakukan adalah Perestroika yang berarti restrukturisasi. Ia mengubah sistem perekonomian terpusat yang menjadi biang keladi resesi ekonomi di Sovyet. Melalui Perestrorika, Gorbachev berupaya menggerakkan desentralisasi ekonomi. Ia menciptakan efisiensi, merelaksasi kontrol pemerintah atas harga barang, dan mendorong pengambilalihan bisnis di daerah-daerah oleh swasta.

Perubahan kebijakan juga terjadi saat hubungan luar negeri.  Uni Soviet tidak melakukan intervensi militer saat negara-negara Baltik merdeka atau sejumlah negara melepaskan dari dari sistem komunis. Gorbachev juga rajin berdiplomasi dengan Presiden AS Ronald Reagan dan mengakhiri perlombaan senjata nuklir. 

Tak sedikit dari kalangan internal di politbiro maupun Partai Komunis Uni Sovyet yang menentang kebijakan Gorbachev. Namun semuanya seolah tak berdaya. Pada 1987, Gorbachev secara mengejutkan mengeluarkan kebijakan demokatizatsiya (demokratisasi) untuk mendorong terciptanya sistem multipartai.

Uni Sovyet semakin tak beraturan ketika pada awal dekade 1990-an Gorbachev mengubah statusnya sebagai presiden melalui pemilihan tidak-langsung. Ia meloloskan undang-undang reformasi yang melemahkan sistem negara satu partai. Situasi makin semrawut saat tembok berlin runtuh dan Jerman memilih bersatu. Puncaknya Uni Sovyet pecah menjadi 15 republik independen pada 26 Desember 1991. 

Gorbachev memilih mundur jadi presiden dan menyerahkan jabatannya kepada Boris Yeltsin selaku presiden Federasi Rusia pertama. Saat itu juga Uni Sovyet bubar dan benderanya diturunkan dari kompleks Kremlin dan diganti dengan bendera Rusia 

Pada sore hari itu bendera Soviet diturunkan dari kompleks Kremlin, digantikan bendera Rusia sebelum revolusi yang berwarna putih, biru, dan merah.

Dibenci Warga Rusia 

Kebebasan yang berhasil diraih negara-negara Sovyet ternyata tidak selamanya mendapat dukungan. Pasca Gorbachev, situasi ekonomi Rusia malah babak belur. Krisis ekonomi semakin parah saat Boris Yeltsin pun tak bisa memperbaiki ekonomi Rusia. 

Gorbachev memberikan rakyat Uni Soviet sebuah kebebasan, namun ternyata itu bukanlah elemen esensial dari sistem Uni Soviet. Hingga akhirnya kebebasan tersebut yang membuat Uni Soviet tidak dapat terhindar dari kehancuran.

“Era Gorbachev merupakan era perestroika, era harapan, era masuknya kita ke dunia bebas rudal. Tapi ada satu kesalahan perhitungan; kita tidak mengenal negara kita dengan baik,” Kata Vladimir Shevchenko yang memimpin kantor protokol ketika Gorbachev memimpin Uni Soviet.

Saat Vladimir Putin mengambil alih kekuasaan Rusia, perlahan-lahan perekonomian di negara ini mulai membaik. Gorbachev kurang suka dengan gaya Putin yang mengingatkannya dengan sistem kediktatoran. Namun rakyat Rusia lebih menyukai gaya Putin yang bisa menstabilkan ekonomi. Tak heran, Putin sangat populer dibandingkan Gorbachev. 

Di usia tuanya, Gorbachev lebih banyak mengajar di sejumlah kampus dengan bayaran yang cukup mahal. Ia sering keliling dunia dan tak mau ikut campur urusan politik dalam negeri Rusia. Penyakit lama yang mengerogotinya tak membuat semangat Gorbachev turun. Ia mendirikan sejumlah lembaga kemanusiaan. Ia rajin mendatangi negara-negara dunia ketiga dan berbicara soal demokrasi. 

Tepat di usia 91 tahun, Gorbachev meninggal dunia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Bersama Jaga Situasi Kondusif Jelang Sidang Sengketa Pilkada

Oleh: Nurul Janida )* Situasi politik dan sosial jelang sidang sengketa Pilkada 2024 menjadi perhatian serius berbagai pihak. Mahkamah Konstitusi (MK) telah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini