Masa Kecil Mozart yang Pahit, Hingga Menjadi Komponis Terhebat di Dunia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Musik menjadi sesuatu yang sangat melekat dalam kehidupan sehari-hari kita. Bahkan, musik klasik yang dahulu begitu populer sampai sekarang masih banyak yang mendengarkannya. Bagi para pecinta musik, tentu tahu salah satu komponis terbesar sepanjang sejarah yang bernama Mozart.

Wolfgang Amadeus Mozart memiliki nama asli Johannes Chrysostomus Wolfgang Theophilus Mozart. Ia adalah seorang komponis paling berpengaruh di Eropa pada era musik klasik.

Sejak Usia tiga tahun Mozart dan kakak perempuannya, Nannerl sudah belajar musik bersama ayahnya dengan piano. Ayahnya, Leopold merupakan seorang terhormat dan terpandang di masyarakat Salzburg. Ia  adalah guru musik dan komponis yang baik. Sementara Ibunya, Anna Maria Walburga adalah putri dari seorang pejabat tinggi tingkat kabupaten.

Ketika berumur empat tahun, Mozart sudah dapat memainkan harpsichord dan melakukan improvisasi pada karya-karya komponis pada zamannya. Saat berumur lima tahun, sekitar tahun 1761, ia telah mampu menulis komposisi pertamanya, yaitu Minuet in G, dan Violin Sonata.

Ia sangat beruntung memiliki ayah sebagai musisi yang berpengalaman.  Leopold sangat mendedikasikan hidupnya untuk mendukung bakat Mozart.

Dedikasinya membuat Leopold menjadi terlalu ambisius dalam menempa bakat anaknya. Ia selalu merasa tidak puas dengan kemampuan anaknya  dalam mengubah musik. Yang Leopold inginkan adalah seluruh Eropa mengetahui bakat anaknya.

Karena ambisinya itu, Mozart kecil sudah berkeliling untuk menunjukkan bakatnya dari istana para kaisar di Eropa Barat hingga Basilika Santo Petrus di Roma. Mozart sebetulnya lebih suka bermain dengan teman sebayanya. Daripada sibuk berkeliling untuk bermusik.

Leopold bahkan mengorbankan profesinya demi pertunjukkan keliling Mozart yang menghasilkan banyak uang. Ia menjadikan Mozart kecil sebagai tulang Punggung keluarga.

Karena ambisi dan perlakuan Sang Ayah, masa kecil Mozart terampas sehingga memengaruhi kepribadiannya. Ia menjadi anak yang arogan, manja, dan kekanak-kanakan. Dan ini terbawa hingga dia dewasa.

Apalagi ayahnya selalu mengekang kebebasannya. Hingga akhirnya pada 28 Mei 1787, Leopold meninggal dunia. Lima bulan kemudian, saat mementaskan opera,  Mozart memainkan Don Giovanni, musik yang sangat suram menggambarkan perasaan sedih bercampur dendamnya. Kesedihannya karena kawan satu-satunya selama dia hidup telah tiada. Dan dendam karena masa kecilnya yang terampas.

Sejak itu ia menjadi seorang komponis yang produktif,  meski mentalnya terluka. Karena bakatnya, ia mendapat gelar musisi paling jenius sepanjang zaman.

Namun, hampir semua karyanya lahir dari kondisi hatinya yang suram. Hebatnya, Mozart mampu menyembunyikan kemuraman hatinya di dalam musik-musik yang ia ciptakan.

Jika dibandingkan komponis jenius lain, Mozart memperlakukan musik sebagai penghibur hatinya. Baginya, musik tidak melulu soal kepedihan.

Uniknya, karya musik Mozart sampai saat ini dipakai untuk pengobatan epilepsi, meningkatkan IQ janin bayi, hingga meningkatkan produksi susu dar sapi. Total musik ciptaannya hingga akhir hayat berjumlah sekitar 700 simfoni yang setengahnya dibuat saat masih berusia 8-19 tahun. Wow, keren ya!

Reporter : Anggita Ayu Pratiwi

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pencegahan TPPO di Jogja Diperkuat, Gugus Tugas Dibentuk Kurangi Kasus

Mata Indonesia, Yogyakarta - Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) semakin menjadi perhatian serius di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta. Korban TPPO seringkali berasal dari kalangan Pekerja Migran Indonesia (PMI), yang terjerat dalam kasus perdagangan manusia akibat berbagai faktor risiko.
- Advertisement -

Baca berita yang ini