MATA INDONESIA, JAKARTA – Jockey, merek celana dalam pria ternama asal Amerika Serikat (AS) ini telah tersebar di berbagai negara, termasuk Indonesia. Dilansir dari laman resmi Jockey, awalnya perusahaan ini bernama ST Cooper & Sons yang didirikan oleh Samuel Thrall Cooper pada 1876.
Saat itu, Samuel memulai bisnis kaus kaki di St. Joseph, Michigan, AS untuk membantu penebang pohon yang menderita karena kualitas kaos kaki yang buruk. Dua tahun kemudian, perusahaan bentukan Samuel itu memproduksi hampir 2,500 pasang stocking tanpa jahitan tiap harinya. Tahun 1897, ST Cooper & Sons memperkenalkan kaus kaki yang bisa dikenakan oleh semua kalangan usia bernama Black Cat.
Namun, tahun 1898, para putra Samuel yang bernama Charles, Henry, dan Willis mengalihkan perusahaan mereka dengan memproduksi pakaian dalam pria. Tahun 1900, perusahaan ST Cooper & Sons berubah menjadi Cooper Underwear Company.
Perusahaan ini pun mulai memproduksi pakaian dalam bernama White Cat. Tahun 1912, pakaian dalam itu dipantenkan dan diberi merek Kenosha Klosed Krotch. Pakaian tersebut pun mampu menduduki puncak pasar pakaian dalam.
Cooper memperkerjakan Josep Levendecker sebagai illustrator untuk membuat gambar “Man on the Bag” yang akan menjadi identitas perusahaan dalam iklan klasik di AS. Kemudian tahun 1928, Cooper mempekerjakan Arthur Kneibler untuk mengepalai tim penjualan dan pemasarannya.
Setahun kemudian, Cooper Underwear Company secara resmi mengubah namanya menjadi Cooper’s, Inc. Di tahun itu, Cooper’s mengembangkan singleton, sebuah setelan pakain dalam yang dikemas dalam kantong plastik.
Tahun 1934, Arthur Kneibler menerima kartu pos dari French Riviera yang menunjukkan seorang pria dengan pakaian renang gaya bikini. Kartu pos tersebut pun menginspirasi Cooper’s untuk membuat celana dalam pria model brief.
Tak butuh waktu yang lama, tahun 1935 perusahaan itu telah menjual brief dalam jumlah yang besar. Ketika pertama kali dijual di Marshall Field & Company Chicago, Amerika Serikat, Cooper’s hanya membutuhkan waktu hingga tengah hari saja untuk menjual 600 paket brief.
Beberapa pekan berikutnya, brief terjual lebih dari 12 ribu paket. Celana dalam model ini pun telah menjadi trendsetter pada masa itu.
Cooper’s menandatangani perjanjian lisensi internasional pertamanya dengan perusahaan JR Moodie asal Kanada tahun 1936. Pada tahun yang sama, agen ekspor Eropa mulai memesan produk Cooper’s.
Perusahaan asal Negeri Paman Sam itu pun ditunjuk sebagai pembawa acara dalam peragaan busana pakaian dalam pertama yang digelar di Chicago tahun 1938. Saat itu, peragaan menampilkan “The Cellophane Wedding”.
Tahun 1954, produk pakaian dalam Cooper’s diiklankan dalam edisi pertama majalah Sports Illustrated. Empat tahun kemudian, perusahaan itu memperkenalkan celana dalam yang diberi nama skants.
Kemudian tahun 1960, kepemilikan Cooper’s, Inc oleh Harry Wolf Sr. Di bawah kepemimpinan Wolf, perusahaan itu sukses besar, bukan hanya di Amerika Serikat saja melainkan juga di Eropa.
Lagi-lagi, nama perusahaan ini berubah. Tahun 1971, namanya berubah menjadi Jockey Menswear, Inc. Kemudian, tahun 1972 menjadi Jockey International, Inc.
Tahun 1972, Jockey mengeluarkan pakaian baru yang disebut trophy, model busana untuk lapangan golf. Tiga tahun kemudian, pakaian olahraga itu telah menyumbang sepertiga hasil penjualan perusahaan.
Putri dari Harry Wolf, yakni Donna Wolf Steigerwaldt mengambil alih kepemimpinan di Jocket tahun 1978. Perempuan itu pun mampu mengantarkan perusahaan ke dalam puncak penjualan.
Tahun 1982, Steigerwaldt memperkenalkan Jockey for Her. Pakaian yang dibuat khusus itu pun sangat sukses di pasaran. Kaus kaki edisi Jockey for Her diluncurkan tahun 1988.
Jockey meningkatkan kapabilitas ritelnya dengan membuka website resminya tahun 1999. Dua tahun kemudian, Debra Streigerwaldt Waller menggantikan sebagai Chairman & CEO Jockey.
Saat ini, Jockey International, Inc telah tersebar di lebih dari 120 negara. Mereka pun berinovasi dengan mengeluarkan berbagai pakaian, seperti pakaian dalam, kaus kaki, pakaian tidur, pakaian olahraga, pakaian anak-anak, dan masih banyak lainnya.
Reporter: Diani Ratna Utami