KNIL, Tentara Belanda Rasa Pribumi

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Liciknya orang Eropa terutama Belanda saat menjajah Indonesia adalah efisiensi tenaga militer. Alih-alih mendatangkan pasukan dari Belanda, negeri Oranye ini merekrut orang-orang pribumi untuk menjadi tentara. Nama satuannya adalah KNIL.

Tujuannya jelas. Melindungi Hindia Belanda dari invasi negara asing dan tentunya untuk memberantas pemberontakan orang-orang pribumi di Indonesia.

Pasukannya diberi nama Tentara Kerajaan Hindia Belanda atau Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger (KNIL). Mengutip tulisan Randy Wirayudha di Historia, KNIL didirikan pada 10 Maret 1830.

Awalnya KNIL merupakan bagian dari Tentara Kerajaan Belanda yang ditugaskan untuk menghadapi perlawanan lokal. KNIL didirikan pada 28 Agustus 1814 oleh VOC. Namun karena bangkrut, VOC akhirnya diambil alih oleh Kerajaan Belanda.

Anggota pertama pada KNIL terdiri dari 2000 tentara Jerman. Saat berkuasa VOC menyewa sebuah resimen Wurttemberg yang isinya orang-orang Jerman kemudian mereka mengontraknya untuk dijadikan tentara Hindia-Belanda.

Pimpinan VOC saat itu jeli menjadikan pribumi asli menjadi tentara. Khusus orang Indonesia Timur terutama Ambon, Manado, Alifuru, dan Timor dinilai lebih cocok untuk dijadikan tentara. VOC menilai postur tubuh orang-orang Indonesia Timur lebih besar dan kekar,  sehingga mereka dijadikan sebagai tentara bayaran VOC.

Baru pada saat VOC bangkrut, tentara bayaran ini dimasukan dalam sebuah kesatuan khusus. Pada 4 Desember 1830, dibentuklah angkatan tentara sendiri untuk Hindia-Belanda bernama Oost-Indische Leger (Tentara India Timur). Pada 1836, Raja Wilem I, mengubah kata Oost menjadi Koninklijke.

Pada 1933, Perdana Menteri Belanda Hendrik Colijn tidak setuju dengan penggunaan kata tersebut karena lebih dari 1 abad nama tersebut tidak dikenal. Dirinya akan sangat menghargai Gubernur Jenderal Hindia-Belanda bila nama tersebut diganti menjadi Koninklijk Nederlands-Indisch Leger.

Organisasi tersebut mengizinkan merekrut anggotanya berasal dari berbagai negara, seperti Prancis, Belgia, Jerman, dan Swiss serta pribumi Indonesia. Namun, menurut undang-undang negara Belanda, mereka yang bukan dari Belanda ditempatkan di wilayah jajahan sedangkan yang berasal dari Belanda tidak boleh mengikuti wajib militer yang ditempatkan di negara jajahan.

Dengan keinginan yang kuat berusaha untuk berubah menjadi kekuatan militer modern dan sebagai pelindung Hindia-Belanda dari invasi asing, organisasi ini tercatat memiliki anggota sebanyak 85 ribu, yang terdiri dari pasukan reguler berjumlah seribu perwira, 28 ribu orang pribumi, dan 34 ribu tentara yang terdaftar serta sisanya milisi lokal, penjaga teritorial, dan pembantu sipil.

Menurut Petrik Matanasi dalam Pribumi Jadi Letnan KNIL, kekuatan pasukan ini sekitar 5.000-6.000 orang. Satuan ini terdiri atas Korporaalschappen dengan 12 orang prajurit dipimpin oleh seorang kopral.

Kemudian Sergeantschappen terdiri dari 2 Korporaalschappen. Dua sampai lima Sergeantschappen bisa menjadi sebuah barisan dengan pimpinan seorang letnan dua.

Menurut sejarawan Belanda G.G de Jong yang ditulis Ong Hok Ham dalam Wahyu yang Hilang Negeri yang Guncang (2018), KNIL hanya merupakan suatu kekuatan kepolisian yang agak ditingkatkan. Bukan kekuatan militer untuk menghadapi suatu perang internasional dan modern.

Menurut Sejarawan Petrik, prajurit KNIL sebagian besar adalah orang-orang pribumi Indonesia sebagai prajurit rendahan. Meskipun ada yang menjadi perwira, jumlahnya tidak seberapa dibandingkan dengan tentara Belanda.

Umumnya Pemuda Indonesia yang menjadi perwira KNIL berasal dari keluarga terpandang. Mereka punya pendidikan yang cukup baik pada zaman kolonial. Meskipun gaji perwira KNIL dari pribumi dan Belanda sama, tapi jenjang karier untuk pribumi terbatas. Pangkat tertinggi perwira KNIL dari golongan pribumi hanya sampai pangkat letnan kolonel.

Dari seluruh serdadu Eropa, persentase orang Belanda adalah 61 persen dan sisanya 39 persen dari negara tetangganya. Komposisi orang Eropa selain Belanda meliputi 30 persen orang Belgia, 30 persen orang Jerman, orang Swiss sebanyak 20 persen, 12 persen orang Prancis dan sisanya 8 persen lagi dari negara lain.

Pribumi jadi KNIL

Sementara itu untuk serdadu pribumi, pada 1830, jumlah bintara pribumi ada 60 persen. Sedangkan perwiranya hanya 5 persen dari jumlah semua perwira. Beberapa perwira KNIL yang terkenal di antaranya, Soeharto, AH Nasution, TB Sumatupang, Alex Evert Kawilarang, dan Urip Sumoharjo.

AH Nasution dan Soeharto adalah mantan Pasukan dan Perwira KNIL
AH Nasution dan Soeharto adalah mantan Pasukan dan Perwira KNIL

Pribumi yang mencapai pangkat tertinggi di KNIL ialah Abdulkadir Widjojoatmodjo yang memimpin perundingan di atas kapan USS Renville dan Sultan Hamid II yang dididik oleh dua perwira Inggris pada 1947 menjadi Mayor Jenderal yang juga sebagai Asisten Politik Ratu Juliana.

Reporter : Rama Kresna Pryawan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Kondusifitas Kamtibmas Pilkada Papua 2024 Terjamin, Aparat Keamanan Mantapkan Kesiapan

PAPUA — Kondusifitas keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) pada pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Papua 2024 terjamin, seluruh jajaran...
- Advertisement -

Baca berita yang ini