Kisah Nasida Ria: Dulu Pakai Kaset, Sekarang Pakai YouTube

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Grup musik kasidah Nasida Ria merupakan grup tertua di Indonesia. Grup kasidah ini beranggotakan 11 personel dari generasi satu hinga tiga masih eksis dan sanggup menembus batas dengan teknologi digital.

Mereka adalah Rien Djamain (bass gitar), Afuwah (kendang), Nadhiroh (biola), Nurhayati (biola ), Sofiatun (keyboard), Hamidah (seruling), Nurjanah (gitar), Uswatun Hasanah (gitar), Titik Mukaromah (gitar), Siti Romnah (piano), Thowiyah (kendang ). Semua personelnya minimal harus menguasai tiga jenis alat musik dan vokal sehingga dapat saling bergantian ketika pentas.

Mengutip BBC, Choliq Zain, General Manager Nasida Ria, mengatakan grup kasidahnya ini tetap produktif di saat pandemi dengan berbagai konten di platform digital termasuk mengisi acara di televisi swasta. Konser virtual sederhana menjadi strategi mendekatkan Nasida Ria pada pencinta musik segala umur. Sekaligus membuktikan grup musik kasidah modern asal Semarang ini tak redup dimakan zaman.

“Era digital harus berubah. Kalau tidak, kita ketinggalan zaman. Dulu kita jualan pakai kaset, CD, VCD, DVD, sekarang pakai YouTube. Ada banyak platform seperti Joox. Kalau ada yang bertanya tidak produksi, tidak tampil, sekarang klik bisa lihat ada vlog, kegiatan macam-macam,” kata Choliq Zain.

Pria yang akrab disapa Gus Choliq itu menggantikan peran sang ayah, HM Zain, sosok di balik kesuksesan grup musik Nasida Ria. HM Zain adalah seorang pemuka agama Islam di Semarang yang membentuk grup musik Nasida Ria pada 1975.

Dia mendorong murid-muridnya untuk bermusik di asrama miliknya di kawasan Kauman Mustaram no 58, Semarang. Nama Nasida Ria dipilih yang berasal dari gabungan kata Nasida atau nyanyian serta Ria alias gembira.

Rien Djamain, salah satu personil Nasuda Ria mengatakan, pada mulanya, mereka datang hanya untuk belajar mengaji. Namun, HM Zain yang juga penyuka musik dan mengoleksi lagu-lagu Umi Kalsum, mencarikan guru musik agar para murid tidak bosan belajar.

“Pagi masak, lalu mengaji. Setelah waktu luang baru latihan. Waktu itu masih polos umur 15 tahun. Niat awal mengaji, karena bapak kreatif luar biasa. Dia mencari bibit-bibit yang bersuara bagus. Awalnya personel sembilan orang sesuai jumlah huruf Nasida Ria,” ucap bassist Nasida Ria itu.

Tak disangka, anak-anak didik HM Zain mampu berkembang dalam bermusik. Awalnya mereka hanya memainkan lagu berbahasa Arab dengan iringan rebana. Kemudian menggunakan alat musik keyboard dan gitar.

“Dulu alat musik semua dipegang. Semua mulai dari nol, kita dipanggilkan guru. Kemudian berkembang dikasih not balok, bisa dan latihan sendiri. 40 tahun saya nge-bass gitar,” kenang Rien.

Grup Nasida Ria mendapat kesempatan masuk dapur rekaman setelah HM Zain menerima tawaran dari Ira Puspita Record untuk membuat album musik. Akan tetapi, album tersebut kurang diminati karena mereka masih menyanyikan lagu gambus berbahasa Arab kental nuansa Timur Tengah.

Populer Berkat ‘Perdamaian’

Popularitas Nasida Ria akhirnya melejit berkat lagu berjudul “Perdamaian” di album kelima yang dirilis tahun 1980an. Album ini sukses di pasaran dan menjadi tonggak kepopuleran Nasida Ria.

Berkat hal itu, album-album selanjutnya yang juga ikut melahirkan lagu-lagu hits seperti “Palestina”, “Bom Nuklir”, “Jilbab Putih”, “Ratu Dunia”, “Indonesiaku”, hingga “Kota Santri”.

Rien mengatakan, kepopuleran membuat jadwal Nasida Ria padat dengan jadwal pentas di berbagai tempat dan di layar kaca. Bahkan mereka pernah tampil di sejumlah negara seperti di Hongkong, Malaysia, dan Jerman.

Pada era 1980-1990an, Nasida Ria menjadi sangat produktif. Dalam setahun mereka mampu merilis dua album berisi 20 lagu. Tercatat mereka sudah sudah menghasilkan sekitar 400 lagu dari 36 album.

“Masa jaya tahun 1980 sampai 1990-an pentas bisa berkali-kali. Kita pentas di Malaysia 16 hari. Ya, pergi beribadah dan dakwah lewat seni, tidak ada masalah. Semua tahu jika memperistri orang Nasida Ria rela ditinggal-tinggal,” ujar Rien.

Konsep musik yang diusung, yakni kasidah modern mendobrak kecenderungan musik kasidah yang kental nuansa Timur Tengah. Lagu-lagu Nasida Ria mengangkat persoalan kebangsaan, isu lingkungan, sosial, hukum hingga keluarga. Syair lagu yang diciptakan tak lekang waktu dan masih relevan hingga kini.

Regenerasi Nasida Ria

Nasida Ria tak sekadar eksis. Kelompok musik tersebut berupaya melakukan regenerasi dengan melahirkan Ezura, grup kasidah milenial dengan nuansa pop. Salah satu pendirinya adalah Nazla Zain, cucu HM Zain.

“Saya dan ayah membentuk grup untuk wadah regenerasi. Mulai dari nol kemudian terbentuk. Awalnya bernama Qasidah Tanpa Nama (QTN) kemudian muncul Ezura. Personel ini juga melewati proses penjaringan. Mereka belajar mengaji dan bermusik,” ujar Nazla.

Choliq Zain menambahkan, Ezura sangat berpotensi untuk berkembang menjadi grup kasidah milenial, terlebih lagi di era digital. Ezura ini diisi oleh sembilan perempuan muda.

Yakni, Zahrotu Walidah (vokalis), Makhi (vokalis), Immah Nur Rosyidah (vokal pendukung), Nazla Zain (vokal pendukung), Hidayatul Faizah (biola), Elicia Melfy Naofizsa (seruling), Resty Fajaria (bass), Alifatul Khoriyah (keyboard) dan Siti Latifah (kendang), personel termuda yang masih duduk di bangku kelas 9.

“Saya belajar dari kelas 5. Awalnya lihat dulu dan tertarik, waktu itu pemain kendang kosong saya belajar dan pegang kendang sampai sekarang,” ungkap Siti.

Strategi Nasida Ria dan Ezura ini mampu menjangkau pasar yang lebih luas. Bahkan, sejak tahun 2015 dibentuklah Sobat Nasida Ria sebagai wadah para penggemar muda. Muhammad Fathul Amin, adalah penanggungjawab Sobat Nasida Ria.

Ini salah satu lagu Nasida Ria, Perdamaian, yang melejitkan nama grup ini di jajaran musik Tanah Air

 

Reporter: Muhammad Raja A.P

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Siap Amankan Natal dan Tahun Baru, GP Ansor Gunungkidul Siagakan 300 Anggota.

Mata Indonesia, Gunungkidul - Ketua PC Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kab. Gunungkidul, Gus H. Luthfi Kharis Mahfudz menyampaikan, dalam menjaga Toleransi antar umat beragama dan keamanan wilayah. GP Ansor Gunungkidul Siagakan 300 Anggota untuk Pengamanan Nataru di Berbagai Wilayah di Kab. Gunungkidul.
- Advertisement -

Baca berita yang ini