Home Headline Kisah Kerajaan Islam Pertama di Ende, Kota Kerukunan Agama

Kisah Kerajaan Islam Pertama di Ende, Kota Kerukunan Agama

0
570
Kota Ende
Kota Ende. (victory news)

MATA INDONESIA, JAKARTA – Kerukunan antarpemeluk agama di Kota Ende bukan sengaja dipaksakan tetapi sudah menjadi sejarah wilayah tersebut.

Sejak 1556, kota itu menjadi pusat penyebaran dua agama besar yaitu Islam dan Kristen Katolik.

Padahal, kerajaan Islam lebih dahulu hadir di tempat yang kini menjadi bagian dari Flores.

Sementara pada 1913 pusat keuskupan di Roma menjadikan Ende sebagai pusat keuskupan di
seluruh wilayah Nusa Tenggara Timur.

Kerajaan Islam berkembang di Ende sejak orang-orang Portugis terusir dari kota itu pada 1630.

Raja pertama Kerajaan Islam Ende menurut penelusuran Muhamad Murtadho dari Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, disebut-sebut berasal dari Jawa.

Tokoh itu dikenal dengan nama Jari Jawa yang nama aslinya diduga Husein Djajadiningrat yang memang berasal dari Pulau Jawa, namun belum diketahui asalnya.

Berkat jasanya, Jari Jawa mendapatkan kepercayaan dan didaulat menjadi pemimpin suku-suku di Ende saat itu.

Di negeri tersebut, Jari Jawa menikah dengan puteri dari bangsawan Ambu Nggobe yang di kemudian hari menurunkan para raja di Ende.

Namun, karena ada tradisi untuk tidak menyebut nama asli seorang raja, maka para sejarawan diperkirakan kesulitan menyusun periodesasi kerajaan.

Setiap raja hanya disebut Raja Ende saja.

Namun, dalam kolonial paling awal diketahui bahwa pada tahun 1793 VOC atau Belanda pertama kali mengadakan Korte Verklaring dengan Kerajaan Ende.

Kehadiran Belanda di sekitar Nusa Tenggara Timur diperkirakan lebih diterima umat Islam dari pada kehadiran Portugis.

Bahkan, berkat kerja sama dengan VOC, masyarakat Islam Ende termasuk NTT berhasil mengusir Portugis dari tanah mereka.

Bukti sejarah yang bisa untuk menyusuri jejak keberadaan Kerajaan Islam Ende saat ini antara lain Masjid Ar-Rabithah di Kampung Ambu Tonda, Kec. Kota Raja Ende.

Selain itu, bangunan bekas rumah raja yang sekaligus jadi istana raja, keberadaaan makam para raja di Wawoawu dan makam raja di sekitar Masjid Ar-Rabithah.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here