Kisah Bangkrutnya Lehman Brothers yang Berujung Krisis Ekonomi Global

Baca Juga

MATA INDONESIA, NEW YORK – “Fu Bu Guo San Dai” atau dalam bahasa Inggris “From Shirtsleeves to Shirtsleeves in Three Generations”, merupakan pepatah yang tepat untuk menggambarkan kondisi dari Lehman Brothers.

Arti dari pepatah tersebut adalah “Kekayaan tidak pernah bertahan lebih dari tiga generasi”. Benar saja, setelah lepas dari Marga Lehman, generasi ke 3 dari keluarga Lehman, pada 1969 Lehman Brothers mengalami kebangkrutan.

Tak ada yang bisa lupa dengan kasus bangkrutnya Lehman Brothers pada tahun 2008. Dampaknya memicu krisis ekonomi global. Banyak orang memilih bunuh diri atau masuk rumah sakit jiwa karena stress akibat situasi keuangan dirinya.

Kisah bangkrutnya Lehman Brothers ini berawal dari meninggalnya Robert Lehman, anggota trah Lehman terakhir yang menjadi pemimpin perusahaan.

Kepemimpinan Robert selama 44 tahun mulai 1925 sampai 1969 membawa perubahan bagi perusahaan ini. Filosofi bisnis yang meyakini pola konsumsi akan menentukan kemakmuran masa depan AS membuat Lehman Brothers mendukung industri berorientasi konsumsi massal.

Komitmen Robert mengidentifiksi pertumbuhan industri AS mendorong perseroan menyalurkan pembiayaan yang masif di sektor transportasi khususnya penerbangan.

Bisnis pembiayaan Lehman Brothers juga meluas. Merambah industri hiburan sambil tetap menyalurkan kredit sektor ritel. Paramount Pictures, 20th Century Fox, dan Radio-Keith-Orpheum (RKO) juga mendapat suntikan dana dari Lehman Brothers.

Nah, baru setelah Robert meninggal di usianya yang ke-77, pucuk pimpinan perusahaan dipegang orang selain keluarga. Meninggalnya Robert meninggalkan kekosongan di perusahaan. Apalagi keturuna keluarga ini tak ada yang piawai di bidang bisnis. Selain itu, persaingan bisnis yang semakin sulit.

Muncullah Richard Fuld. Dick—sapaan akrab Richard. Perlahan-lahan ia mengambil alih Lehman Brothers. Ia menjadi pimpinan tertinggi (CEO) sejak 1994.

Lehman Brothers mencatatkan diri di bursa saham New York Stock Exchange. Pada puncak kejayaannya, perseroan mengumpulkan laba mencapai 1 miliar dolar AS selama tiga tahun berturut-turut periode 2000-2002.

Namun masa kejayaan ini tak berlangsung lama. Selang lima tahun berikutnya, Lehman Brothers tiba-tiba saja mengalami krisis keuangan. Penyebab utama runtuhnya bisnis Lehman Brothers adalah besarnya investasi kredit pemilikan rumah (KPR).

Bisnis ini sebenarnya baru. Lehman Brothers tertarik masuk ke pembiayaan rumah gara-gara pada 2001 Bank sentral AS menurunkan suku bunga hanya 1 persen. Tujuannya menggairahkan perekonomian AS yang negatif. Penurunan suku bunga itu diikuti suku bunga kredit perbankan sehingga bisa menjadi stimulus bagi masyarakat AS.

Nah, Lehman Brothers memanfaatkan rendahnya federal funds rate (FFR). Mereka berharap keuntungan dengan investasi di pasar real estate.

Benar saja, dalam waktu lima tahun berikutnya, pinjaman mencapai miliaran dolar mengalir ke pasar real estate. Booming pasar perumahan mengubah Lehman Brothers dari perusahaan kecil menjadi bank investasi terbesar keempat di negeri Paman Sam.

Pasar perumahan di AS memang sedang berkembang sejak tahun 2001 (PDF). Setelah peristiwa 9/11. Tergiur besarnya keuntungan, Lehman Brothers menyalurkan KPR kepada masyarakat berpenghasilan rendah maupun tidak tetap (subprime mortgage).

Padahal, kategori ini memiliki risiko besar menyumbang kredit bermasalah karena ketidakmampuan membayar cicilan. Sayangnya dibutakan hitungan keuntungan, Lehman Brothers tetap menyalurkan pembiayaan sektor subprime mortgage. Alasannya sederhana. Jika konsumen memiliki risiko gagal bayar yang tinggi karena skor kreditnya rendah, maka bunga kredit terhadap nasabah tetap lebih tinggi.

Bagi perseroan, itu artinya keuntungan. Meski di saat yang bersamaan, risiko kredit macet mengintai. Gagal bayar debitur juga menjadi keuntungan sendiri bagi Lehman Brothers. Asumsinya: bila nasabah gagal bayar hipotek, mereka bisa menyita huniannya. Dan ini menjadi aset Lehman Brothers.

Setelahnya, rumah itu bisa dijual kembali oleh perseroan dengan harga bersaing. Dengan kata lain, tidak ada istilah merugi (PDF).

Hitungan di atas kertas itu perlahan berubah.

Bank Federeal AS menaikkan tingkat suku bunga pada 2004. Ini tujuannya untuk mengendalikan inflasi. Naiknya FFR memengaruhi kenaikan bunga dan cicilan KPR. Imbasnya, masyarakat kategori subprime mortgage adalah yang pertama menyatakan ketidaksanggupan membayar cicilan rumah.

Pengembang yang sudah terlanjur membangun properti dalam jumlah besar harus mengalami penurunan permintaan, karena bunga KPR tak lagi murah. Kombinasi properti baru yang belum terjual dan hunian hasil sita bank membuat pasar properti menjadi besar dan banyak. Harga properti AS pun mulai turun.

Penurunan harga ini membawa efek mengerikan. Masyarakat yang masih terikat KPR memiliki beban cicilan utang semakin besar kepada bank lantaran kenaikan bunga. Di sisi lain, nilai rumah mereka semakin turun.

Akibatnya, banyak timbul kasus utang KPR di bank lebih besar di banding nilai rumah. Masyarakat AS enggan membayar cicilan rumah. Siapa pula yang mau membayar 600 juta dolar AS untuk barang senilai hanya 400 juta dolar AS?

Efek berikutnya sudah bisa ditebak: KPR mandek. Banyak sekali Penyitaan rumah yang kemudian dijual kembali ke pasar. Fenomena banjir properti muncul kemudian.

Lehman Brothers panik. Mereka kesulitan likuidasi karena tunggakan semakin semakin. Lehman Brothers menyatakan bangkrut.

Pasar saham tertekan. Pembukaan perdagangan di Wall Street langsung panik kare aDow Jones Industrial Average (DJIA) jatuh 300 poin setelah pengumuman tersebut.

Saham perusahaan itu terpangkas 93 persen menjadi 26 sen per saham. Secara keseluruhan, DJIA turun 4,4 persen setara 504 poin. Indeks Nasdaq Composite juga terpangkas 3,6 persen yang merupakan penurunan terburuk sejak 24 Maret 2003.

Kebangkrutan Lehman tak hanya berdampak terhadap perhitungan ekonomi dan politik. Tak hanya di AS, krisis ini merembet ke sejumlah negara.

Di tingkat makroekonomi, perlambatan pertumbuhan ekonomi global berpotensi terjadi. Bertumbuhnya utang dan kenaikan suku bunga memperburuk keuangan perusahaan.

Bangkrutnya Lehman Brothers membuat para pekerja Bank tersebut tidak punya lagi pekerjaan. Sekitar 25.000 orang menjadi pengangguran seketika. Selain itu, para investor pun kehilangan banyak aset mereka sejak insiden KPR terjadi. Masa tersebut menjadi masa depresi versi modern.

Reporter: Desmonth Redemptus Flores So

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Serentak Diharapkan Jadi Pendorong Inovasi dalam Pemerintahan

Jakarta - Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 27 November 2024, diharapkan dapat mendorong inovasi serta memperkuat sinkronisasi...
- Advertisement -

Baca berita yang ini