Kisah Abdulrahman Saleh dan Sebutan ‘Karbol’ untuk Kadet AAU

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pernah dengar sebutan “karbol” untuk taruna dan taruni Akademi Angkatan Udara (AAU)? Nama itu berasal dari seorang pahlawan Abdulrahman Saleh.

Semasa hidupnya, lelaki yang meninggal dunia 29 Juli 1947 di Yogyakarta itu dikenal sangat cerdas.

Maka, selepas lulus Stovia ayahnya mengirim ke “Geneeskundige Ilogeschool” Batavia (sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba) hingga lulus dan dijuluki Bapak Ilmu Faal Indonesia karena dia satu-satunya orang Indonesia saat itu yang menguasai ilmu tubuh manusia.

Namun, gelar kepahlawanannya berkat kegemarannya pada bidang elektronika, khususnya radio telegrafi sehingga dia berhasil merakit sebuah stasiun radio amatir di Salemba yang sangat membantu pergerakan kemerdekaan saat Indonesia diduduki Jepang selama 3,5 tahun.

Setelah banyak makan asam-garam pergerakan rakyat sipil, Abdulrahman diminta aktif di Angkatan Udara. Pada 1946, dia dipercaya menjadi Komandan Pangkalan Udara Madiun dan mendirikan Sekolah Teknik Udara dan Sekolah Radio Udara di Malang.

Kepahlawanannya diakui karena menjalankan tugas memperoleh pesawat terbang, instruktur dan obat-obatan ke India, Juli 1949. Saat itu, Belanda sedang melancarkan agresi militer pertamanya.

Sepulang dari India pesawat Dakota yang dikemudikan Adisutjipto dan Abdulrahman Saleh mampir di Singapura mengambil bantuan obat-obatan dari Palang Merah Malaya.

Tepat 29 Juli 1947, ketika pesawat itu berencana kembali ke Yogyakarta melalui Singapura, harian Malayan Times memberitakan penerbangan Dakota VT-CLA itu sudah mengantongi izin pemerintah Inggris dan Belanda.

Sore harinya, pesawat yang ditumpangi Adi Soetjipto dan Abdulrahman Saleh ditembaki dua pesawat P-40 Kitty-Hawk Belanda dari arah utara.

Pesawat itu terkena peluru lalu kehilangan keseimbangan dan menyambar sebatang pohon hingga badannya patah menjadi dua bagian hingga terbakar. Adisutjipto dan Abdulrahman Saleh gugur dalam tugas.

Namun, kecerdasannya masih melekat di hati petinggi TNI AU, sampai Marsekal TNI (Pun) Saleh Basarah melekatkan julukan “karbol”

Itu adalah julukan untuk Abdulrahman Saleh dari dosen-dosennya di sekolah kedokteran.

Saat itu, dia adalah seorang pemuda bertubuh tegap, tinggi, berbadan atletis, kulit sedikit gelap dengan rambut keriting (ikal), sehingga dipanggil dengan sebutan Krullebol atau rambut ikal/si kriting yang cerdas.

Saleh Basarah ingin taruna dan taruni AAU memiliki kecerdasan dan jiwa juang seperti Abdulrahman Saleh.

Pada tahun 1963 panggilan Karbol disosialisasikan di kalangan Kadet AU melalui Senat Taruna dalam sebuah apel pagi dilapangan Maguwo. Dan sejak tahun 1963 sebutan Karbol telah melekat pada diri Taruna AAU.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Di Era Pemerintahan Presiden Prabowo, Korban Judol Diberikan Perawatan Intensif di RSCM

Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat mengumumankan adanya inisiatif baru dalam upaya menangani dampak sosial dan psikologis...
- Advertisement -

Baca berita yang ini