Keretakan Blink 182 karena Proyek Sampingan Personelnya

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Bagi yang lahir tahun 80 an dan hidup di era 90 an, pasti tak asing dengan band bernama Blink 182.

Ya, band pop punk asal Amerika Serikat (AS) ini punya seabreg lagu hits di zamannya dan sangat populer banget di masa itu.

Meski pamor Blink 182 sudah tak setenar dulu, namun hingga sekarang fans band ini masihlah sangat banyak. Beberapa lagunya masih sering dibawakan oleh band-band baru. Malah, beberapa station radio memutar lagu-lagu Blink 182 di pagi hari karena keenergikan musiknya.

Blink 182 identik dengan musik punk yang energik. Terbentuk pada 1992 saat dunia sedang sibuk dengan lagu-lagu dari boyband ‘NSYNC dan ratu pop Britney Spears.

Sebagai pengusung musik punk, band ini hanya terdiri dari tiga personel saja. Tom DeLonge (gitar, vokal), Mark Hoppus (bass, vokal) dan Travis Barker (drum). Ketiganya berpenampilan urakan dan seenaknya. Terkadang menyelipkan humor dalam penampilan maupun video klipnya. Tak heran, ketiganya saat itu menjadi idola anak muda. Walau mengusung genre punk, band asal California ini tetap digemari secara komersial. Albumnya terjual hingga lebih dari 35 juta di seluruh dunia.

Mark Hoppus di usianya sekarang (People)
Mark Hoppus di usianya sekarang (People)

Bahkan pada 2011, New York Times menyatakan, tidak ada band punk pada era ’90-an yang memiliki pengaruh layaknya Blink-182. “Suasana New York membuat sebuah karya musik menjadi lebih gelap. Sedangkan di California, yang banyak memiliki penduduk kelas menengah, membuat sebuah karya menjadi lebih ceria,” kata DeLonge dalam sebuah wawancara yang dikutip dari NME pada 2010.

Lirik penuh humor dan irama musik yang easy listening seakan menjadi formula keberhasilan mereka.

Skateboard

Kisah Blink 182 berawal dari seorang remaja bernama Mark Hoppus pada tahun 1992. Saat itu keluarga Mark Hoppus baru saja pindah ke San Diego. Mark Hoppus menceritakan keinginannya untuk membentuk sebuah band kepada adiknya, Anne Hoppus. Saat itu Anne bersekolah di Rancho Bernardo High School dan ia berteman dengan seorang siswa baru bernama Tom DeLonge.

Ternyata DeLonge juga sering bercerita kepada Anne tentang keinginannya membentuk band. Akhirnya pada Agustus 1992, Anne mempertemukan Tom DeLonge dan kakaknya di tempat Skateboard. Klop. Keduanya ternyata punya hobi yang sama dan sepakat untuk membentuk band.

Mark akhirnya sering nongkrong di garasi DeLonge. Selain mereka bermain skateboard, keduanya juga rajin menulis lagu. Salah satu lagu yang dibuat saat mereka bermain skateboard bersama berjudul Carousel.

Akhirnya mereka sepakat membentuk band. DeLonge merekrut seorang teman, Scott Raynor untuk mengisi posisi drum. Awalnya nama bandnya Duck Tape. Namun DeLonge memutuskan menganti nama itu dengan nama unik, Blink.

Mereka kemudian merekam kaset demo yang bernama Flyswatter, pada Mei 1993 di kamar Raynor. Sayangnya karena kualitas mesin perekamnya sederhana, hasilnya juga tidak maksimal. Mereka kemudian menjadikan album ini untuk hadiah kepada keluarga dan teman terdekat mereka. Album demo ini kemudian didaur ulang setelah mereka sukses dan memasukanya ke album Buddha, Cheshire Cat, dan Dude Ranch.

Tom Delonge
Tom Delonge

Pada masa awal karier, mereka tinggal di mobil van. Membawa alat musik dan tampil di sejumlah sekolah dan klub malam. Perlahan-lahan nama Blink populer di San Diego. Apalagi para personel Blink sering tampil melucu di saat mereka bermain musik. Karena laris tampil di sejumlah pertunjukan, sebuah label kecil bernama Cargo Music melirik band ini dan menawari mereka rekaman.

Melalui album pertama mereka yang rilis pada Februari 1994, Chashire Cat,  Blink mulai mendapatkan popularitas di luar San Diego dan California. Album ini cukup laris. Lagu “M+M’s” dan “Wasting Time” meski gagal masuk tangga lagu, namun ternyata sering diperdengarkan di radio-radio.

Tidak lama setelah rilis album perdana mereka, Blink tersandung masalah penggunaan nama dengan boysband Irlandia bernama sama. Untuk menghindari perselisihan hukum, mereka manambahkan angka 182 pada akhir nama mereka. Pada tahun 1996, mereka merilis single berjudul Short Bus. Mereka juga merilis sebuah mini-album berisi 3 lagu berjudul They Came to Conquer… Uranus.

Di tahun yang sama, ketiganya pindah ke California. Seorang produser bernama Mark Trombino menawarkan mereka merilis album kedua. Dude Ranch rilis pada 1997 dan secara relatif menuai sukses komersial. Blink-182 merilis album tersebut tetap di bawah label Cargo Records. Dan album kedua ini sukses. Beberapa lagunya mampu memasuki chart modern-rock di AS.

Pada 1998, Blink 182 menandatangani kontrak dengan MCA. Mereka merilis single berjudul Dammit. Lagu ini melejit dan nama Blink tak hanya terkenal di Amerika tapi ke seluruh dunia.

Single ini mendorong kembali album kedua mereka naik penjualannya. Blink 182 memutuskan untuk tur ke seluruh dunia pada 1997 dan 1998. Dan disinilah mulai terjadi perselisihan di antara mereka.

Kecanduan Alkohol

Saat mereka melakukan tur ke seluruh dunia, drummer Blink, Scott Raynor kecanduan alkohol. Ciri khas band yang baru melejit. Stress, jauh dari keluarga dan rutinitas tampil di sejumlah tempay membuat Scott Raynor tidak tahan. Ia kecanduan alkohol dan terbawa saat mereka tampil di panggung. Akibatnya, DeLounge dan Mark Hoppus memilih memecat Raynor.

Blink 182 dengan Scott Raynor (kanan) sebagai drummer
Blink 182 dengan Scott Raynor (kanan) sebagai drummer

”Itu adalah tur terburuk kami. Pada saat itu, drummer kami memiliki masalah alkohol. Dalam satu pertunjukan dia menjatuhkan stiknya 10 kali. Sangat menganggu melihat seseorang menghancurkan dirinya sendiri,” keluh DeLounge saat diwawancarai media.

Keduanya memutuskan untuk mencari penggantinya. Kebetulan DeLounge kenal dengan salah satu drummer dengan pukulan yang sangat keras, Travis Barker. Ia sebelumnya adalah drummer The Aquabats. Travis pun memilih meninggalkan band nya dan bergabung bersama Blink 182.

Sukses

Band ini kemudian merilis album Enema of the State dengan produser baru Jerry Finn.  Album tersebut rilis pada Juni 1999. Dan menuai sukses besar. Terutama karena lagu-lagu “What’s My Age Again”, “All the Small Things”, dan “Adam’s Song”.

Singel-singel tersebut berhasil membius anak muda dan generasi punk. Popularitas mereka juga membawa mereka ke dunia baru, seperti tampil sebagai figuran dalam film komedi American Pie pada tahun 1999 sekaligus menyumbangkan 2 lagu untuk film tersebut.

Lagu “Adam’s Song” sempat menimbulkan kegemparan pada tahun 2000. Lagu ini diputar terus-menerus oleh seorang siswa 17 tahun korban selamat dari tragedi Columbine, Greg Barnes, ketika ia menggantung dirinya di garasi rumah orang tuanya. Meski begitu, Enema of the State tercatat telah terjual lebih dari 15 juta copy, memantapkan Blink-182 sebagai salah satu artis pop punk pada era akhir milenium kedua.

Mereka melanjutkan kesuksesan mereka dengan album Take Off Your Pants and Jacket pada 2001. Album ini tersebut terjual jutaan copy. Berisi lagu “The Rock Show”, “First Date” dan “Stay Together for the Kids”. Terjual lebih dari 15,5 juta copy di seluruh dunia dengan mendapat double-platinum di Amerika Serikat.

Proyek Sampingan

Keretakan band ini berawal dari proyek sampingan masing-masing personel. Awalnya DeLonge dan Barker membentuk proyek sampingan bernama Box Car Racer. Travis Barker juga laris menjadi drummer pengisi para rapper. Namun proyek-proyek ini selesai saat mereka berkumpul di hari Natal 2002. Blink-182 kembali berkumpul dan memulai produksi album mereka berikutnya.

Mereka menyewa sebuah rumah di San Diego untuk proses produksi album tersebut. Namun, para personel Blink 182 sudah mulai malas-malasan. Akibatnya proses rekaman molor dan mereka terusir dari rumah tersebut karena sudah habis masa kontraknya. Album kelima mereka membutuhkan waktu hampir satu tahun.

Travis Barker
Travis Barker

Namun album kelima Blink-182 yang rilis pada 18 November 2003 melalui Geffen Records juga menuai sukses komersial. Sisi musikalitas mereka lebih dewasa sekarang.  Album tersebut mewakili Blink-182 yang sekarang sudah dewasa. Tak ada lagi humor atau bercandaan gaya anak-anak muda. Mereka bertiga sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

Vakum 

Tadinya pada 2005, mereka bertiga merencanakan akan menggelar tur keliling Amerika. Namun hubungan ketiganya terutama DeLonge dan Mark juga sudah mulai retak. Sebelum tur mulai, DeLonge memutuskan mundur dari band dan memilih bersama keluarga. Akhirnya ketiganya memutuskan untuk vakum.

Masa vakum membuat hubungan mereka semakin jauh. DeLonge menyatakan bahwa ia  hanya akan merekam album Blink-182 berikutnya di rumahnya di San Diego. Mark Hoppus dan Barker cukup mengirim berkas ProTools kepadanya. Dan itu menyinggung perasaan keduanya. Setelah pertengkaran melalui email dan telpon, DeLonge melalui pengacaranya  DeVoe memutuskan keluar dari band yang ia bangun dan bentuk bersama Mark Hoppus.

Tak hanya itu DeLonge pun mengubah nomor teleponnya untuk menghindari diskusi tentang hal tersebut dengan Mark Hoppus maupun Barker. .

Kecewa ditinggal DeLonge, Hoppus dan Barker akhirnya membentuk band baru, +44. Mark Hoppus pun menjadi produser album Motion City Soundtrack dan mengurus podcast miliknya, HiMyNameisMark. Sementara drummer Travis Barker meluncurkan merk sepatu buatannya dan bekerja di tiga proyek musik — The Transplants, TRV$DJAM, dan +44.

Sementara DeLonge tidak pernah terlihat oleh publik. Kabarnya tetap misterius hingga 16 September 2005 ia mengumumkan proyek barunya, Angels & Airwaves, dengan menjanjikan “revolusi rock & roll terhebat untuk generasi kali ini.”

Dalam sesi wawancara dengan media, DeLonge menyatakan bahwa ia sempat stress dan ketagihan terhadap analgesik. Ia bahkan pernah mau bunuh diri.

Sayangnya, baik +44 maupun Angels & Airwaves kurang begitu sukses. Meski secara kualitas musik, para eks personel Blink 182 ini mengalami peningkatan.

Pada 21 Agustus 2008, produser dan manajer mereka Jerry Finn meninggal karena pendarahan otak. Kejadian ini menjadi katalis awal bagi DeLonge untuk mulai berkomunikasi kembali dengan Hoppus dan Barker. Pada 19 September 2008, Travis Barker menjadi korban selamat dari sebuah kecelakaan pesawat.

Adam Goldstein (atau juga dikenal sebagai DJ AM) dan Barker menjadi satu-satunya orang yang selamat. Barker mengalami luka bakar yang parah pada torso dan tubuh bagian bawahnya. Ketika berada di rumah sakit, Mark Hoppus dan Tom DeLonge datang menjenguk, membuat mereka dapat menyatukan perbedaan mereka dan berdamai.

Reuni

Pada 14 Mei 2009, tampil secara live untuk pertama kalinya sejak tahun 2004. Pada malam Grammy Awards ke-51, 8 Februari 2009, DeLonge, Hoppus, dan Barker muncul di panggung bersama untuk pertama kalinya sejak Desember 2004. Di atas panggung tersebut, Barker mengumumkan reformasi band, menyatakan “Dulu kami pernah bermain musik bersama, dan kami memutuskan untuk bermain musik bersama lagi”, dengan Mark Hoppus menambahkan, “Blink-182 kembali!”

Mereka juga meletakkan sebuah pengumuman di situs web mereka. Pengumuman tersebut tertulis, “Untuk membuatnya sederhana, kami kembali. Maksud kami, benar-benar kembali. Memulai dari yang kami tinggalkan. Di studio menulis dan merekam album baru. Bersiap untuk mengelilingi dunia lagi.”

Blink-182 juga membuat sebuah konser reuni di Amerika Utara dari Juli hingga Oktober 2009, dengan dukungan band pembuka Weezer dan Fall Out Boy.

Namun lagi-lagi, ego yang tinggi dan sudah tak ada rasa memiliki lagi membuat album keenam mereka tertunda penyelesaiannya. Ketiga personel ini sudah tak fokus lagi ke Blink dan sibuk dengan urusan masing-masing.

Geffen Records kemudian terpaksa memberi mereka batas akhir penyelesaian album, yaitu 31 Juli 2011. Pada akhirnya, album keenam mereka, berjudul Neighborhoods rilis pada 27 September 2011. Singel pertama dari album tersebut, “Up All Night meledak di pasaran. Mereka melakukan tur ke seluruh dunia dan sukses

Januari 2015, Manajer Tom DeLonge mengirimkan sebuah e-mail yang berisi pernyataan bahwa Tom tidak ingin terlibat lagi dalam band. Tetapi Tom berusaha untuk menutupinya. Pada Maret 2015, sang drummer, Travis Barker menggelar Music Tatfest dengan bintang utamanya Blink 182. Tom menolak hadir. Mark kemudian bertindak cepat. Ia kemudian mengundang Matt Skiba, gitaris Alkaline Trio, yang menggantikan kekosongan DeLonge.

Hubungan antar personel Blink 182 ini tambah rumit ketika Barker mengatakan dalam sebuah wawancara, sebenarnya DeLonge sudah tidak ingin lagi memainkan musik punk rock. Entah apa yang menjadi sebab, namun karya-karya Blink-182 selama ini telah menginspirasi banyak pemusik lain yang tidak takut mendapat cap anak nakal seperti; Paramore, Avril Lavigne, Sum 41 hingga Good Charlotte.

Blink berhasil mencatat sejarah menjadi salah satu band yang paling berperan dalam perkembangan pop punk hingga bisa mendunia dan besar seperti sekarang. Ketika Blink 182 memulai karier mereka di awal 90-an silam, istilah pop punk belum sepopuler sekarang. Orang hanya tahu musik punk dan Blink 182 lah yang memulainya.

Reporter: Fadila Aliah Hakim

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini