Karena Sistem Kerajaan Lemah, Turki Beralih Jadi Negara Republik

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Tepat pada hari ini 98 tahun lalu, Turki resmi meninggalkan sistem kerajaan yang dibangun Kesultanan Ottoman ratusan tahun sebelumnya.

Hal itu bisa terjadi karena setelah wafatnya Sulaiman al-Qanuni (Sulaiman I) atau Sultan Turki Utsmaniyah ke-10, pengaruh Kesultanan Ottoman mulai memudar.

Sistem birokrasi mereka semrawut, kacau balau. Setiap pergantian Sultan menunjukkan kekacauan dan tidak berwibawanya sistem pemerintahan Ottoman.

Contoh saja pada masa pemerintahan Sultan Ibrahim (1640-1648), para permaisuri di kesultanan tersebut ternyata ikut mengatur bahkan mengendalikan roda pemerintahan.

Ibrahim saat itu menjadi sultan yang lemah karena campur tangan istri-istrinya, sehingga dia hanya dijadikan ‘boneka’ oleh Perdana Menteri, Mustafa.

Meski begitu, sepak terjang Mustafa justru membuat permusuhan di kalangan istana sultan, sampai pada 1876, Sultan Hamid II naik tahta.

Kondisi Istana Kesultanan Ottoman semakin buruk karena Hamid II memimpin dengan tangan besi dan senang melakukan kekerasan serta mengendalikan sendirian seluruh kesultanan.

Orang-orang kerajaan lebih banyak mengurusi kesenangannya sendiri dan tidak memedulikan urusan negara termasuk saat harus perang melawan musuh.

Akibatnya kekuasaan Ottoman di daerah semakin berkurang, sehingga terjadi pemberontakan di wilayah Suriah dan Lebanon.

Setelah itu, semakin banyak wilayah yang melepaskan diri dari kekuasaan Ottoman sehingga pemasukan dari pajak dan upeti terus menurun.

Kondisi itu tidak membuat orang-orang Istana Ottoman sadar, justru semakin gemar melakukan praktik-praktik korupsi secara terang-terangan.

Contoh sederhana, misalnya seseorang yang ingin mendapat jabatan di kesultanan harus memberikan banyak hadiah kepada sultan dan keluarganya.

Hingga datanglah Perang Dunia I pada tahun 1914 yang membuat Ottoman atau Turki Utsmani semakin terpuruk.

Dalam perang melawan negara-negara Balkan, 8 Oktober 1912 – 18 Juli 1913 misalnya, mereka mengalami kekalahan parah meski sudah dibantu Austria dan Hungaria. Kekalahan itu juga yang membuat mereka kehilangan sebagian wilayahnya di Eropa.

Di tengah keterpurukan itu, muncul Gerakan Turki Muda yang bertujuan mendirikan negara sekuler dan gerakan politik di bawah kekuasaan militer Turki Usmani, Mustafa Kemal Ataturk.

Sampai puncaknya, badan legislatif secara resmi membubarkan Kesultanan Ottoman 3 Maret 1924. Dengan kelahiran Republik Turki, Mustafa Kemal Ataturk diangkat menjadi Presiden Turki dan ibu kota nya berpindah ke Ankara. (Annisaa Rahmah)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini