MATA INDONESIA, JAKARTA – Iosep Dzhugashvili atau lebih dikenal dengan Joseph Stalin, menjadi pemimpin kedua Uni Soviet. Stalin yang lahir di Gori, 18 Desember 1878 menggantikan peran Vladimir Lenin yang meninggal pada 1924.
Selama kepemimpinannya, Stalian berhasil mengubah Uni Soviet menjadi negara industri terbesar kedua di dunia. Namun, prestasi gemilangnya ini diraih dengan tangan dingin, watak keras, dan kejam terhadap lawan politiknya.
Hal tersebut menjadikan dirinya sebagai pemimpin terkejam pada masanya, bahkan lebih kejam dari seorang Adolf Hitler. Berikut adalah ulasan yang membuatnya dikatakan sebagai manusia paling kejam.
Membungkam rakyat dan lawan politiknya dengan keji
Meskipun Stalin tidak pernah diangkat sebagai pengganti Lenin yang sah, tapi kekuasaannya sungguh mutlak. Ia tak segan membantai rakyatnya sendiri yang dicurigai sebagai pengkhianat.
Stalin bahkan tega membunuh pemimpin Partai Leningrad, Sergey Kirov yang notabene sekutu setianya. Meski tidak secara langsung dengan tangannya, melainkan melalui tangan Leonid Nikolayev.
Tidak hanya itu, Stalian juga dengan keji membunuh Ketua Tentara Merah Leon Trotsky, lagi-lagi dengan menggunakan tangan orang lain, yakni Ramon Mercader. Kemudian, Stalin memberikan perhargaan “Order of Lenin” kepada Mercader. Ia juga memberikan izin untuk membantai 346 orang yang dituduh kontra-revolusi dan musuh negara.
Selain itu, untuk meningkatakn sektor pertanian, Stalin memerintahkan adanya kolektivisme pertanian. Maksudnya, adanya pengawasan secara ketat oleh perwira partai komunis agar kegiatan pertanian berjalan efektif. Tapi, hal ini ternyata tidak berjalan seperti yang diharapkan. Ia malah menuduh tuan tanah sebagai biang keladi masalah ini.
Stalin kemudian menangkap sang tuan tanah atau kulak, pembantu kulak, maupun mantan kulak untuk dieksekusi atau dikirim ke Kampung Kerja Paksa Gulag.
Membuat jutaan rakyatnya kelaparan
Menurut Harun Yahya, Stalin adalah penganut Teori Darwin. Ia sangat percaya dengan seleksi alam dan evolusi. Sehingga, hal ini sangat berpengaruh pada ilmu yang diterapkan pada bidang pertaniannya.
Stalin begitu menentang hukum Mendel, sehingga hal ini menyebabkan panen gagal di mana-mana dan membuat jutaan rakyatnya mati kelaparan.
Bahkan, ada sumber yang mengatakan Stalin sengaja membuat rakyat Ukraina kelaparan karena dianggap kontra-revolusi. Jumlah rakyat Ukraina –yang saat itu masih menjadi bagian Uni Soviet– banyak yang mati di tangan Stalin.
Mengizinkan pembunuhan sekitar 20 ribu tawanan Polandia
Hal ini terjadi akibat perjanjan tidak saling menyerang yang ditandatangani oleh kedua Menteri Luar Negeri dari Jerman dan Uni Soviet yang dikenal juga dengan Perjanjian Molotov-Ribbentrop. Akibatnya, kedua negara sama-sama menyerang Polandia.
Setelah keduanya menundukkan Polandia, pihak Uni Soviet dan Jerman sama-sama mengantongi banyak sekali tawanan perang pasukan Polandia yang menyerah.
Kemudian untuk melemahkan perlawanan Polandia dan menunjukkan bahwa Uni Soviet benar-benar memiliki kebijakan anti-Polandia. Mereka tidak hanya membantai para perwira militernya saja, tapi juga para politikus dan intelektual yang dianggap kontra-revolusi.
Tidak sayang dengan keluarganya
Pada awal penyerangan Jerman ke Uni Soviet, tentara Nazi Jerman menangkap seorang perwira artileri bernama Letnan Yakov Dzhugashvili yang tidak lain adalah anak dari Joseph Stalin. Kemudian sepanjang perang, Uni Soviet berhasil memukul mundur Jerman dan menangkap Jenderal von Paulus.
Pihak Jerman ingin mengadakan pertukaran tahanan dengan Uni Soviet. Akan tetapi, Stalin menolak usulan tersebut. Stalin bersikeras mengatakan bahwa jenderal tidak bisa ditukar dengan Letnan!
Kemudian Jerman masih berusaha untuk melakukan pertukaran tahanan. Mereka ingin menukar Yakov dengan Leo Rudolf Raubal (keponakan Adolf Hitler) yang juga tertangkap. Namun, usulan itu kembali ditolaknya, “Perang tetaplah perang!”
Saking kejamnya, istrinya pun sampai bunuh diri karena tidak kuat dengan sikap Stalin. Sang putrinya yang bernama Svetlana juga pernah berusaha bunuh diri. Namun, hal itu tidak membuat hati Stalin melunak, ia malah berkata, “Mau bunuh diri saja meleset.”
Reporter : Afif Ardiansyah