MINEWS, JAKARTA-Rabu, 18 September 1970 lalu, menjadi hari bersejarah, dimana gitaris legendaris asal Amerika Serikat, Johnny Allen Hendrix alias Jimi Hendrix meninggal dunia.
Pria kelahiran 27 Agustus 1942 tersebut ditemukan meninggal di dalam rumah kekasihnya, London, Inggris. Sang kekasih, Monika Dannemann mengaku bersama Hendrix sejak sehari sebelumnya.
Keduanya minum dan mengobrol hingga pagi hari sebelum tidur. Namun setelah terbangun dari tidur, Monika mendapati Hendrix sudah tidak sadar. Ambulans yang datang, lalu membawanya ke rumah sakit hingga akhirnya Hendrix dipastikan telah meninggal dunia.
Dari hasil pemeriksaan usai kematian, Hendrix diketahui meninggal dunia karena tersedak dan kesulitan bernapas setelah sebelumnya mengonsumsi obat tidur dalam dosis tinggi. Setelah dinyatakan meninggal dunia, Jenazah Hendrix lalu dibawa ke Seattle, Washington untuk dikebumikan. Ia dimakamkan berdekatan dengan makam ibunya di kompleks Pemakaman Greenwood.
Mengawali cerita hidupnya sebagai gitaris, Hendrix dikenal dengan teknik bermain di luar pakem. Salah satunya adalah menekan senar keenam dengan jempol, seperti yang ia lakukan di intro “Little Wing”. Penulis Richie Unterberger menyebut Hendrix punya kemampuan untuk bermain gitar sebagai pemain solo dan pemain ritem dibiasakan oleh The Experience yang hanya trio. Hendrix juga disebut-sebut sebagai gitaris yang mempopulerkan efek wah-wah dalam musik rock.
Karier Hendrix terbilang pendek. Namun dalam rentang waktu itu, Hendrix berhasil membuat tiga album sukses dan beberapa penampilan spektakuler. Orang-orang mengenangnya mulai dari Monterey Pop Festival hingga Woodstock 1969 yang bersejarah itu. Para pecinta rock di seluruh dunia kemudian sepakat, saat Hendrix meninggal di usia 27 pada 18 September 1970: musik rock tak akan pernah sama lagi.
Namun, sebelum menjadi gitaris terkenal, dirinya merupakan seorang remaja yang pada masa itu terkenal dengan kenakalannya. Ia dua kali tertangkap naik mobil curian. Menurut polisi, Hendrix sempat dipenjara sehari setelah tertangkap di kasus pertama. Setelah dilepas, empat hari kemudian Hendrix tertangkap lagi naik mobil curian. Ia kembali masuk bui, delapan hari di penjara remaja.
Dalam Room Full of Mirrors: A Biography of Jimi Hendrix (2005), disebutkan bahwa Hendrix terancam penjara 5 tahun jika terbukti bersalah. Jaksa penuntut memberikan tawaran: penjara atau mendaftar jadi tentara. Bagi pria dengan imajinasi seliar Hendrix, penjara lebih mengerikan ketimbang kemungkinan tertembak bedil. Ia memilih mendaftar ke tentara.
Nah, tepat 31 Mei 1961. Hendrix tiba di Fort Ord, California, untuk memulai latihan militer dasar. Saat mendaftar, ia memilih posisi sebagai juru tulis dan meminta ditugaskan di kesatuan 101st Airborne. Ia mengaku tertarik masuk sebagai penerjun payung karena, “ada bonus 55 dolar per bulan.”
Di markas angkatan udara di Kentucky, Hendrix tetap bermain gitar. Sang ayah mengirimnya dari rumah. Ia kemudian mengenal Billy Cox, pemain bass yang kelak menjadi rekan Hendrix di Band of Gypsys dan Cry of Love. Mereka kemudian rutin manggung setiap akhir pekan.
Hendrix tak pernah betah di militer. Ia pernah menyebut, “amat benci kehidupan militer.” Meski begitu, ia tetap menyelesaikan latihan sebagai penerjun payung dalam waktu 8 bulan. Beberapa atasan mulai mengkritik sikapnya yang bengal dan susah diatur.
“Hendrix tidak punya ketertarikan atau minat di militer. Pendapat saya, tamtama Hendrix tidak akan pernah bisa memenuhi standar seorang tentara. Saya merasa, militer akan diuntungkan jika ia diberhentikan secepat mungkin,” ujar Spears.
Akhirnya pada 29 Juni 1962, Hendrix diberhentikan dengan hormat. Namun, dunia musik berutang besar pada sikap bengal Hendrix, maupun kebesaran hati para petinggi militer yang bisa saja lebih keras kepala mendidik Hendrix atau menerjunkannya di area perang, alih-alih melepasnya. Kalau tidak begitu, kita semua akan merugi gagal menikmati musik yang dihasilkan gitaris kidal ini.