Jamie Vardy: dari Buruh Pabrik, jadi Juara dan Topskorer Liga Premier Inggris

Baca Juga

MATA INDONESIA, LEICESTER – Jamie Vardy menjadi topskorer Liga Premier Inggris musim 2019/20. Siapa sangka Vardy muda pernah ditolak beberapa klub dan menjadi buruh pabrik.

Bersama Leicester City, Vardy musim ini mengemas 23 gol atau satu gol lebih banyak dari Pierre-Emerick Aubameyang (Arsenal) dan Danny Ings (Southampton).

Vardy juga mencatatkan sejarah baru sebagai pencetak gol terbanyak tertua di Liga Premier Inggris di usia 33 tahun. Tak hanya itu, Vardy juga pernah menjuarai Liga Premier Inggris bersama Leicester City di musim 2015/16.

Siapa sangka di balik kesuksesan tersebut, Vardy sempat menyerah main sepak bola karena dinilai punya tubuh terlalu kecil dan kurus. Berkat kerja kerasnya, akhirnya Vardy bisa menjadi seperti saat ini.

Vardy lahir di Sheffield, 11 Januari 1987. Lahir dari keluarga ekonomi lumayan. Meski demikian, orangtuanya tak lagi bekerja dan hanya mengandalkan tabungan sebagai penyambung hidup. Ibu Vardy mantan pengacara sementara ayahnya mantan operator derek atau crane.

Vardy mulai karier sepak bolanya di usia 16 tahun ketika bergabung dengan Sheffield Wednesday. Sejak saat itu, dia mulai bermimpi menjadi pesepakbola terkenal. Tapi impian Vardy pupus ketika Sheffield Wednesday tak lagi membutuhkan jasa Vardy. Mereka menganggap Vardy tak punya postur ideal sebagai pesepakbola karena pendek dan terlalu kurus.

Keputusan Sheffield Wednesday membuat Vardy putus asa. Dia kesal dan menyalahkan diri sendiri. Dalam masa-masa sulit, Vardy tak lagi punya impian menjadi pesepakbola ternama dan mulai mencari pekerjaan lain demi mencari uang.

Dalam upayanya melupakan sepak bola, Vardy bekerja sebagai buruh pabrik. Sebuah pengalaman yang membuat punggungnya cedera.

“Saya bekerja sebagai teknisi karbon. Pekerjaan saya juga termasuk pekerja yang membuat alat pendukung orang patah tulang. Kami bekerja keras dan terus mengangkat barang ratusan kali per hari. Pekerjaan itu membuat punggung saya rusak,” ujar Vardy.

Vardy bekerja di pabrik sejak 2005. Saat itu banyak teman-temannya mendukung Vardy untuk melanjutkan impiannya menjadi pesepakbola. Setelah berpikir dengan matang, akhirnya Vardy mencari klub yang mau menampungnya. Pada 2011, Vardy main di klub dividsi lima, Stocksbridge Park Steels. Di sana, Vardy menerima bayaran 30 Poundsterling per pertandingan.

Meski demikian, Vardy tak sepenuhnya meninggalkan pekerjaannya sebagai buruh. Siang hari bekerja di pabrik, malam hari bermain sepak bola. Tapi, Vardy mulai kesulitan membagi waktu dan akhirnya fokus pada sepak bola. Setelah tiga tahun main bersama Stocksbridge Park Steels, Vardy pindah ke Halifax di 2010.

Tapi, karena penampilannya tak maksimal karena masalah di punggung, Halifax memutus kontrak Vardy. Setelah itu, Vardy harus mencari uang serabutan sebelum akhirnya Fleetwood Town mau merekrutnya di 2011. Di musim pertamanya, Vardy mencetak 31 gol dari 36 penampilan.

Penampilan apiknya membuat Leicester City kepincut dan merekrutnya di 2012. Vardy berhasil menjuarai divisi Championships di musim 2013-14 dan promosi ke Liga Premier Inggris. Setelah itu, perjalanan emas Vardy pun dimulai.

Dua musim di Liga Premier Inggris, Vardy membuat kejutan dengan membawa Leicester City juara Liga Premier Inggris di bawah asuhan Claudio Ranieri. Vardy konsisten mencetak banyak gol untuk Leicester hingga akhirnya dipanggil masuk ke timnas Inggris di 2015.

Musim ini, Vardy nyaris membawa Leicester City lolos ke Liga Champions. Sayang, di laga pamungkas mereka dikalahkan Manchester United 0-2. Meski demikian, pemain berusia 33 tahun menyabet penghargaan individu berupa sepatu emas sebagai topskorer Liga Premier Inggris.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Merajut Persatuan Pasca Pilkada 2024: Saatnya Fokus pada Pembangunan

JAKARTA - Pasca gelaran Pilkada Serentak 2024, semangat persatuan kembali digaungkan oleh berbagai pihak. Momen ini menjadi pengingat bahwa...
- Advertisement -

Baca berita yang ini