Jalan Berliku Kisenda Wiranatakusumah Jadi Kepala Bais TNI

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Tak pernah terbayangkan oleh Marsekal Madya (Marsdya) Kisenda Wiranatakusumah untuk menjadi Kepala Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI. Cita-cita awal Kisenda bukan untuk berkiprah di dunia intelijen.

Pasca lulus Akademi Angkatan Udara (AAU) 1986, ia berniat untuk menjadi pilot pesawat tempur. Namun nasib berkata lain, ia tidak lulus menjalani psikotes sebagai penerbang tempur.

Padahal ia pernah menerbangkan pesawat Hawk MK-53 saat menjalani pendidikan kejuruan pada 1987. Bahkan, ia juga sempat dinyatakan lulus pendidikan charlie untuk membentuk penerbang transport (pesawat angkut). Namun, Tuhan nampaknya tak mengijinkannya menjadi pilot tempur.

Kisenda kemudian masuk korps intelijen, ketika ditawari salah satu direktur pengamanan Mabes AU.
Meski begitu, kiprahnya di korp intelijen sempat dipertanyakan oleh sang ayah, (alm) Letjen (Purn) Achmad Wiranatakusumah.

Menurut Achmad, jika ujungnya menjadi tentara malah masuk korps intelijen, mengapa tidak sejak awal mendaftar di Akademi ABRI (sekarang Akademi Militer) saja.

Omongan sang ayah memang tidak salah lantaran di masa itu memang tokoh-tokoh hebat di dunia intelijen identik dengan matra TNI AD.

Kisenda pun menjelaskan sang ayah, jika ia masuk Akabri, dia malah takut di tengah jalan keluar. Sehingga ia memilih mendaftar di AAU dengan harapan dapat menerbangkan pesawat tempur sesuai keinginannya.

Dengan tetap merendah, Kisenda akhirnya bisa membuktikan pilihan kariernya tidak salah.

“Saya masuk dan saya cocok sampai saat ini, saya fokus di korps intelijen. Saya yang penting mengabdi,” kata kepala Bais TNI pertama dari TNI AU ini, melansir republika.

Bahkan ia pun akhirnya bisa menyamai karier Achmad, yang sama-sama pensiun dari kedinasan TNI dengan menyandang pangkat bintang tiga.

“Malahan menurut saya puncak intelijen militer adalah kepala Bais (TNI), dan saya sangat bangga dengan pencapaian saya, mungkin kalau ayah saya masih hidup sangat bangga dengan saya,” ujarnya.

Tapi bukan berarti perjalanan karirnya dalam intelijen militer berjalan mulus-mulus saja. Ia pernah gagal mengikuti tes untuk menjadi atase pertahanan (athan) yang ditugaskan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI).

Kisenda sempat menduga penyebab kegagalan tersebut lantaran ia lebih banyak bekerja sebagai intelijen lapangan. Sementara athan ini identik dengan kegiatan protokoler ketat.

Ia pun hanya bisa pasrah dan berharap di balik semua ini tentu ada hikmahnya. Dari perenungan itu, Kisenda menganggap, jalur karier menjadi athan tidak pas baginya. Tapi, kini ia malah yang membawahi athan yang ditugaskan di KBRI di seluruh penjuru dunia.

“Saya ingat dulu saya tes athan tidak lulus, tapi akhirnya saya malah jadi kepala Bais yang mengorganisasikan dan membawahi athan,” kata teman seangkatan seangkatan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto ini.

Kisenda akan purna tugas pada akhir Agustus 2020. Namun, ia belum bisa memastikan apa aktivitas yang dijalaninya setelah pensiun.

Berkaca dari pengalamannya selama ini telah terbukti bahwa kadang keinginan manusia itu bisa tidak terwujud, jika Tuhan tak berkehendak.

“Kembali lagi saya tunjukkan. Saya dulu ingin jadi penerbang tempur fighter, tapi Tuhan bilang kamu gak cocok. Di intel juga tadinya gak kelihatan-kelihatan, tahunya jadi (kepala Bais). Saya banyak cita-cita tidak jadi, tapi jadi di tempat lain,” kata mantan asisten pengamanan kepala staf Angkatan Udara (aspam KSAU) ini.

Meski begitu, ia memiliki hasrat ketika sudah pensiun masih bisa menyalurkan ilmunya bagi junior di TNI. Kisenda memegang falsafah sebagai pribadi yang senang membuat orang lain senang. Sehingga ia ingin mengabdikan diri ke TNI dengan menjadi pengajar siswa Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI atau Sesko angkatan.

Sebagai seorang yang gemar membaca, ia memiliki pengalaman yang dapat dibagikan kepada perwira TNI, yang pasti bermanfaat bagi perjalanan calon pemimpin militer.

“Kalau boleh saya itu senang mengabdi dan berbuat pada orang banyak. Izinkan saya men-share ilmu saya, istilahnya ngajar. Saya senang berbagi ilmu dan berdiskusi, tentunya dari baca-baca sharing pengalaman,” ujar sosok yang sejak kecil gemar membaca ini.

Kisenda pun berpesan kepada siapa pun agar dalam menjalani pekerjaan tetap fokus dengan kemampuan diri sendiri. Sebaiknya bekerja dengan tidak melihat kiri dan kanan. Terutama membandingkan kondisi diri sendiri dan kesuksesan orang lain.

“Kita jangan lihat, membanding-bandingkan, bahagialah dengan apa yang kita kerjakan. Jangan menyalahkan orang lain kalau gagal,” katanya.

Sehat dan sukses selalu Pak Kisenda, Bravo TNI!

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Respon Cepat Pemerintah Kunci Keberhasilan Hadapi Karhutla

Oleh: Ricky Rinaldi Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) merupakan salah satu bencana ekologis yang kerapmenjadi ancaman serius di Indonesia, terutama saat musim kemarau tiba. Namun, tahun 2025 ini, Indonesia menunjukkan kemajuan signifikan dalam mengendalikan karhutla berkat respon cepatdari pemerintah, khususnya pemerintah daerah. Keberhasilan ini bukan hanya hasil kebetulan, melainkan buah dari sinergi lintas sektor, kesiapsiagaan, serta kerja kolaboratif antara berbagaielemen seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI, Polri, Manggala Agni, damkar, dan masyarakat. Kepala BNPB, Letjen TNI Dr. Suharyanto, menyampaikan bahwa langkah cepat dan sigapmenjadi kunci utama dalam mengendalikan karhutla sebelum api meluas dan sulit dikendalikan. Ia menekankan pentingnya pemadaman sejak api masih kecil agar tidak berkembang menjadikebakaran besar. Ia juga mengingatkan semua pihak agar tetap waspada menghadapi musimkemarau dan tidak lengah dalam menjaga kesiapsiagaan. Sikap proaktif ini terbukti efektif, seperti yang terjadi di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Karhutla yang melanda kawasan perbukitan Harau berhasil dikendalikan meskipunmenghadapi medan geografis yang sulit, yakni bukit terjal berbatu. Hanya sekitar dua hektarelahan yang terbakar berkat kerja cepat tim gabungan. Hal serupa terjadi di Kabupaten Toba, Sumatera Utara, di mana karhutla seluas 10 hektare berhasil ditangani tanpa meluas lebih jauh. Keberhasilan ini tidak terlepas dari peran aktif pemerintah daerah dan tim tanggap darurat di lapangan. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini