MATA INDONESIA, JAKARTA – Kapan Amerika Serikat bisa menaklukan Jepang di Perang Dunia II? Apakah pengeboman Hiroshima dan Nagasaki? Ternyata semuanya berawal dari Perang Iwo Jima. Perang ini adalah ikonik kemenangan Amerika Serikat dan sekutunya saat mengalahkan Jepang melalui pertempuran.
Kenapa disebut ikonik? karena peperangan yang terjadi selama bulan-bulan terakhir Perang Dunia II pada tahun 1945 ini adalah strategi Kampanye Perang Pasifik.
Peristiwa tersebut menjadi keramat dalam sejarah militer Amerika, karena telah menjadi contoh untuk semangat juang angkatan bersenjata AS, khususnya Korps Marinir.
Perang Iwo Jima berlangsung selama lima minggu, dari 19 Februari hingga 26 Maret 1945. Ketika pasukan AS berhasil mengamankan pulau itu. Pertempuran itu menjadi saksi atas beberapa pertempuran paling sengit di Pasifik, dengan hampir 7.000 Marinir AS tewas dan 20.000 lainnya terluka, menurut The National WWII Museum. Perang itu terjadi di bawah bayang-bayang gunung besar dan di pantai abu vulkanik hitam.
Iwo Jima menjadi sasaran Amerika sebagai bagian dari strategi “Island Hopping”. Strategi ini adalah menginvasi sebuah pulau, mendirikan pangkalan militer di sana dan kemudian melancarkan serangan ke pulau lain. Dengan demikian, Iwo Jima menjadi batu loncatan untuk invasi ke daratan Jepang.
AS mengerahkan 110.308 personel militer ke pertempuran tersebut. Mulai dari pasukan angkatan laut dan udara hingga Marinir. Pengerahan pasukan AS juga termasuk 17 kapal induk dan 1.170 pesawat.
Amerika mengetahui benteng Jepang berada di pulau itu, tetapi Presiden Franklin D. Roosevelt menolak untuk mengizinkan penggunaan peluru gas beracun, yang bisa membuat pasukan AS mudah menguasai pulau itu. Taktik pemboman konvensional secara berat mulai pada minggu-minggu sebelum pertempuran, tetapi hanya berdampak kecil.
Gelombang pertama Marinir AS mendekati pantai Iwo Jima pada pukul 8.30 pagi waktu setempat pada 19 Februari 1945. Kapal pendarat yang menjadi garda terdepan memberondong pantai dengan tembakan roket dan meriam, dengan tembakan pendukung dari angkatan udara dan laut.
Namun, ketika kendaraan amfibi tiba ke daratan, mereka dengan cepat terjebak di pasir vulkanik yang terjal. Para marinir tersebut mendapat hujan tembakan dari pasukan Jepang yang ada di garis pantai. Pertempuran semakin seru karena serangan dari artileri Jepang di Gunung Suribachi, serta rentetan senapan mesin jepang dari garis pertahanan di dekat pantai.
Para marinir terpaksa berlindung lubang yang dangkal dan di antara puing-puing kendaraan yang terbakar. Amerika menderita hampir 2.500 korban pada hari pertama. Namun demikian, 30.000 pasukan mampu mencapai pantai. Dan selama beberapa hari berikutnya, pertempuran terkonsentrasi di Gunung Suribachi. Pasukan AS berhasil merebutnya pada 23 Februari 1945.
Meskipun Suribachi berhasil direbut, Amerika hanya mengambil bagian selatan Iwo Jima. Mereka menghabiskan waktu berbulan-bulan bergerak ke utara untuk menaklukkan seluruh pulau. Jepang menggunakan medan berbatu untuk bersembunyi dan menyiapkan penyergapan, yang menghalangi kemajuan Marinir. Pertempuran itu berakhir pada 26 Maret 1945, ketika pasukan AS menyatakan bahwa mereka telah mengamankan pulau itu.
Dari 22.000 pasukan garnisun awal yang dimiliki Jepang, sekitar 20.000 tewas atau hilang dalam aksi, termasuk Jenderal Kuribayashi, yang tubuhnya tidak pernah ditemukan. Hanya 1.000 orang yang menyerah, yang merupakan jumlah yang besar bagi pasukan Jepang. Sementara banyak yang memilih untuk bunuh diri daripada ditangkap hidup-hidup, banyak tentara yang terluka parah atau terlalu sakit untuk melakukannya.
Sebaliknya, ada lebih dari 26.000 jumlah orang yang luka atau tewas dari pasukan Amerika, dengan 6.821 tewas. Dari jumlah ini, 5.931 merupakan Marinir
Terlepas dari pengorbanan tersebut, sebagian besar keberhasilan Amerika di Iwo Jima karena aksi kepahlawanan para prajurit. Dengan 27 Medali Kehormatan atas tindakan keberanian yang ekstrim selama pertempuran. Lima kepada personel angkatan laut, sementara 22 medali sisanya kepada Marinir AS, banyak di antaranya mendapatkannya setelah mereka wafat.
Pada Februari 2020, satu-satunya prajurit penerima yang masih hidup pada peringatan 75 tahun pertempuran tersebut adalah Hershel W. Williams.
Keberanian di Iwo Jima tergambar dalam pidato terkenal Panglima Tertinggi Armada Pasifik AS, yaitu Laksamana Chester W. Nimitz. “Di antara orang-orang yang bertempur di Iwo Jima, keberanian yang tidak biasa adalah kebajikan yang umum.”
Reporter: Muhammad Raja A.P.