MATA INDONESIA, JAKARTA – Meski tidak berhasil menemukan Hindia atau Indonesia, namun Ratu Isabella menghargainya dengan mengangkat Christoper Columbus sebagai Gubernur di tanah tersebut yang kini dikenal sebagai Bahama di Kepulauan Karibia, Amerika Tengah.
Di wilayah yang diberinama Santo Domingo itulah sikap buruk Columbus terlihat hingga banyak penulis menyebutnya periode itu sebagai sisi gelap Columbus karena bertindak yang menjurus kepada genosida.
Dalam buku “Columbus: The Four Voyage,” Laurence Bergreen mengutip surat-surat dari anak buah Columbus yang ikut dalam ekspidisi kedua ke Amerika, Michele de Cuneo.
Dokumen itu mengisahkan Columbus yang memerintahkan anak buahnya menangkap 1.500 penduduk asli, pria dan wanita.
Dari jumlah itu dia mengirim 500 penduduk asli Bahama ke Spanyol dan 600 lainnya diperbudak anak buahnya yang tinggal di kepulauan itu. Sedangkan 400 lainnya dibebaskan.
Sekitar 200 dari 500 orang yang dikirim ke Spanyol meninggal dalam perjalanan, dan mayat mereka dilemparkan ke Samudera Atlantik.
Padahal, penduduk asli itu menyambut dengan hangat dan ramah kedatangan Columbus dan anak buahnya Oktober 1492.
Tindakan keji itu ternyata tidak hanya untuk penduduk asli, tetapi juga berlaku kepada orang-orang Spanyol yang menjadi anak buahnya sendiri.
Tercatat 12 orang Spanyol dia perintahkan dicambuk di muka umum dengan cara leher dan kaki diikat.
Columbus juga disebut pernah memerintahkan agar lidah seorang perempuan dipotong karena dinyatakan berbicara buruk soal Laksamana dan saudara-saudaranya.
Dia bahkan tega mengikat perempuan yang sudah ditelanjanginya di belakang keledai dan dicambuk karena mengaku hamil. Columbus juga memerintahkan menggantung orang-orang Spanyol yang mencuri roti.
Akhirnya Ratu Isabella mencopot jabatan Gubernur dari Columbus setelah mengetahui sikap buruknya itu dan diganti Francisco de Bobadilla. Dia dia dikirim ke Spanyol dalam keadaan dirantai seperti seorang pesakitan.