MATA INDONESIA, JAKARTA – Pengakuan Christoper Columbus sebagai penemu benua Amerika mulai memudar. Sampai profesor sejarah Amerika Latin dari Penn State University, Matthew Restall, mengajak dunia tidak lagi terlalu menghubungkan Amerika dengan penjelajah abad ke-15 tersebut.
Kepada Philly Mag, Matthew Restall yang juga editor sebuah jurnal ilmiah itu, juga mengungkapkan sebaiknya kita membagi dua Columbus yaitu dari abad ke-15 yang memulai pelayarannya dari Spanyol dan Columbus abad ke-19 yang berasal dari Italia.
Mengapa? Warga Amerika Serikat sekarang mengaku tidak sudi menganggap pahlawan seseorang yang berhati sadis dan kejam serta tidak menghomati kemanusiaan.
Banyak kutipan yang menyebutkan Christoper Columbus sejatinya adalah menjalankan bisnis perbudakan dan pelacuran saat melakukan pelayaran bersejarahnya 3 Agustus 1492. Parahnya lagi bisnis pelacuran anak-anak.
Restall juga mengakui hal tersebut kepada Philly Mag yang diunggah 29 Juli 2020. Dia bahkan mengakui tulisan-tulisan anggota ekspedisi Columbus, Michel de Cuneo soal permintaan pelacur berusia sembilan hingga 10 tahun.
Michel de Cuneo mengungkap hal itu ditulis sendiri oleh Columbus saat mengungkapkan pelacur anak-anak itu sangat laku di pasar budak.
“Ada banyak pedagang yang mencari perempuan, mereka yang berusia sembilan hingga 10 tahun sekarang laris, dan untuk segala usia, harga yang baik harus dibayar,” begitu kutipan persis Michel de Cuneo yang diakui Restall.
Meski begitu Restall menilai perjalanan Columbus di abad ke-15 tetaplah bersejarah sebatas pada perjalanannya sehingga kita bisa memahami bagaimana kolonisasi Eropa dimulai.
Namun, Restall mengusulkan Amerika Utara “Columbus” Italia lah yang lebih dihubungkan dengan semangat khusus Amerika Serikat.
“Italia diciptakan pada akhir abad ke-19, ia mewakili negara baru itu, dan ia terutama mewakili para imigran Italia yang datang ke Amerika Serikat. Dia adalah ikon dari proses migrasi itu. Dalam hal itu, jika kita hanya ingin fokus pada Columbus abad ke-19, maka kita memiliki debat yang cukup jelas yang mungkin dapat mengarahkan kedua belah pihak ke semacam kesamaan,” begitu penjelasan Restall kepada Philly Mag.
Maksud Restall adalah kita sebaiknya lebih mengasosiasikan Amerika Serikat dengan imigran Italia yang datang pertama kali di tanah harapan itu sekitar 1820, namun gelombang besar pertamanya setelah 1870 -an.
Mereka itu lah yang harus dipandang sebagai Columbus yang sesungguhnya ‘menemukan’ Amerika terutama Amerika Utara. Sejak abad ke-19 hingga 2004 sudah sekitar 5,5 juta orang Italia berimigrasi ke Amerika Serikat.