MATA INDONESIA, JAKARTA – Cara mudah menaklukan dan membasmi sebuah bangsa manusia adalah dengan penyakit. Itulah yang dilakukan Hernan Cortes. Conquistador daerah Meksiko sekaligus salah satu penyebab runtuhnya peradaban suku Aztec.
Bagi Hernan Cortes meski ia membawa misi agama, namun ambisinya adalah menguasai emas di Kerajaan Aztec.
Hernan Cortes lahir di Medellin, provinsi Extremadura, Spanyol pada 1485 dari pasangan Martin Cortes de Monroy dan Catalina Pizarro Altamirano. Keluarganya merupakan golongan bangsawan.
Meskipun terkenal sebagai conquistador yang sukses, ia sebenarnya tidak memiliki jam terbang yang tinggi dalam hal peperangan. Ia pernah mengambil kuliah ilmu hukum di University of Salamanca namun ia memutuskan untuk berhenti. Cortes berpaling dari dunia pendidikan dan mulai terpesona dengan kisah-kisah penemuan emas dan kekayaan lainnya di Dunia Baru.
Istilah Dunia Baru pada saat itu adalah daratan di benua Amerika. Istilah muncul pada abad ke-15 berbarengan dengan mulainya zaman penjelajahan. Penyebutan Dunia Baru muncul karena sebelumnya orang Eropa hanya menganggap bahwa dunia ini hanyalah daratan Eropa, Asia, dan Afrika (Dunia Lama).
Petualangan Cortes dalam berlayar mulai pada tahun 1504. Pada 1511, ia bergabung dalam ekspedisi Diego Velazquez ke Kuba. Sukses menguasai Kuba, Cortes merasa tidak puas. Ia masih punya mimpi untuk merebut emas di wilayah lain. Pengalamannya menaklukkan Kuba membuat Cortes terobsesi memimpin ekspedisi sendiri.
Pada 1518, ia meminta izin kepada Velazquez untuk berlayar ke Meksiko. Permintaan tersebut tidak mendapat persetujuan Velazquez. Namun, Cortes adalah tipikal orang yang keras, tak mudah patuh pada perintah atasan.
Pada 1519, armada Cortes berangkat menuju Amerika daratan. Ia tak mau memberitahu Velazquez soal keberangkatannya itu. Cortes beserta sekitar 600 tentara Spanyol mendarat di Semenanjung Yucatan (kini wilayah Meksiko). Dari sana ia menaklukkan permukiman suku-suku asli di pesisir dan menjalin aliansi dengan mereka. Ia terus melakukan hal serupa hingga ke pusat. Cortes tak mau pasukannya meninggalkan dirinya. Sehingga ia membakar kapal-kapalnya supaya pasukannya loyal padanya.
Modal senjata api dan meriam, Pasukan Cortes kemudian bergeser ke Tabasco. Sebanyak 800 orang Tabasco terbunuh. Orang Tabasco menyerah dan bersumpah setia kepada Spanyol.
Salah satu kepala suku memberi Cortes seorang budak wanita bernama Malinche. Hernan Cortes memanfaatkan Malinche sebagai pemandu lokal sekaligus penerjemah bahasa. Malinche yang fasih bahasa Aztec dan Maya belajar bahasa Spanyol.
Target selanjutnya adalah wilayah Tlaxcala. Daerah ini dalam pengaruh kekuasaan kerajaan Aztec. Niat Cortes yang hendak menaklukkan kerajaan besar Aztec tak sepenuhnya mendapat dukungan para prajuritnya.
Mengetahui hal tersebut, HErnan Cortes menghancurkan seluruh kapal agar mereka tak pergi meninggalkan ekspedisi. Langkah ini berhasil. Para prajurit meneruskan perjalanan bersama Cortes ke Tenochtitlan.
Sesampainya di Tenochtitlan, Cortes langsung menyandera Montezuma dan menuntut uang tebusan yang besar kepada bangsa Aztec. Sedangkan pasukan Spanyol menguasai kota Tenochtitlan.
Pada 8 November 1519, Cortes dan pasukannya mencapai ibu kota Kekaisaran Aztec Tenochtitlan, Tenochtitlan. Ketika itu Kaisar Montezuma II semula menyambut Cortés dengan tangan terbuka. Cortés mendapat sambutan dengan sangat hormat karena awalnya dianggap utusan dewa yang kembali dari timur.
Tapi Hernan Cortes malah menyandera Montezuma II dan memaksa ia menjadi raja boneka.
Meski menang, Cortes tak bisa tenang. Velazquez yang marah karena penghianatan Cortes mengirim pasukan untuk menjemput Cortes. Terjadi peperangan antar pasukan Spanyol. Cortes cerdik, ia mengiming-iming pasukan Velazques dengan emas sehingga akhirnya menyerah. Kekuatan Cortes semakin bertambah.
Tapi, ketika kembali ke Tenochtitlan, Cortes kembali berhadapan dengan masalah baru; pemberontakan orang-orang Aztec yang dipimpin seorang kaisar baru.
Wikipedia menulis kakak Montezuma, Cuitlahuac menjadi kaisar baru dan mengusir pasukan Spanyol. .
Hernan Cortes mundur ke timur ke Tlaxcala, tempat ia menyusun lagi kekuatan militer selama lebih dari lima bulan.
Cacar
Dari sekian banyak pasukan Velazquez terdapat seorang budak bernama Francisco Eguia yang saat itu tengah terjangkit cacar. Hernan Cortes mengirim Eguia ke Semenanjung Yucatan. Pribumi yang tak pernah terpapar kuman penyakit ini dengan mudah terjangkit, termasuk orang-orang Aztec.
Dalam waktu empat bulan saja, wabah cacar telah merambah wilayah inti Kekaisaran Aztec, termasuk ibu kota. Penduduk asli Amerika yang terjangkit mulanya mengalami demam tinggi, sakit kepala, sakit perut, sampai muntah. Beberapa hari kemudian muncul ruam-ruam di hampir sekujur tubuh si sakit.
Dalam beberapa hari ruam-ruam itu berubah jadi abses yang penuh dengan cairan dan nanah. Mereka yang tak mampu bertahan biasanya tewas setelah sebulan sakit. Beberapa yang berhasil pulih malah mengalami kebutaan.
Populasi orang Aztec di Tenochtitlan sebelum berlangsungnya penaklukan sebanyak 200 ribu. Serbuan kuman cacar yang tak terbendung itu mengurangi populasi kota itu hingga 40 persen sebelum 1520 berakhir.
Korban terbanyak dari wabah itu adalah bayi dan anak kecil. Orang-orang dewasa yang sakit tidak bisa lagi merawat ladang pertanian yang kemudian menyebabkan kelaparan meluas. Kematian masif di kota itu membuat mereka yang sintas luntur semangat tempurnya.
Orang-orang Aztec yang masih hidup ciut nyalinya karena penyakit misterius yang merenggut nyawa orang-orang Indian namun tak menyentuh orang-orang Spanyol, seolah-olah menandakan betapa orang-orang Spanyol tak bisa kalah.
Demoralisasi pasukan Aztec dan wabah yang kian menyebar ke seantero Meksiko tentu saja menguntungkan Hernan Cortes. Pada Agustus 1521 ia melancarkan serbuan pamungkas ke Tenochtitlan dan menang. Setelah Kekaisaran Aztec kalah, Cortes lantas mengklaim wilayahnya sebagai bagian dari Kerajaan Spanyol.
Reporter: Dinda Nurshinta