MINEWS, JAKARTA-Seorang wartawan Prancis, Frederic Martel membuat kehebohan mengenai kehidupan para pastor di Vatikan, Erops. Dalam sebuah bukunya yang diluncurkan Kamis 21 Februari 2019 berjudul “In the Closet of the Vatican”.
Ia menulis bahwa setelah merampungkan misa dan menggantungkan jubah mereka di gereja, “ribuan” pastor Katolik Roma menikmati kehidupan gay di ibu kota Italia.
Buku itu diterbitkan pada hari ketika Gereja Katolik memulai pertemuan khusus di Roma untuk membicarakan strategi melawan pedofilia di lingkungannya.
“Buku ini adalah hasil penyelidikan yang saya lakukan selama empat tahun. Saya mengunjungi sejumlah negara dan mewawancara puluhan dan puluhan kardinal, uskup, anggota seminari dan orang-orang yang sangat dekat dengan Vatikan,†kata Martel kepada BBC.
Dia mengatakan telah mewawancarai 41 kardinal, 52 uskup, lebih dari 200 pastor, anggota seminari, serta diplomat dalam penyelidikannya.
Martel mengatakan keadaan masyarakat dan sejarah mengubah kepastoran menjadi pelarian bagi ratusan pemuda yang dipersekusi di desa mereka karena seksualitasnya. Ini membuat gereja menjadi “sebuah lembaga yang sebagian besar dibentuk oleh para homoseksual”.
“Saya menemukan Vatikan adalah sebuah organisasi gay pada tingkat tertinggi, sebuah struktur yang dibentuk terutama oleh homoseksual yang menekan seksualitasnya sepanjang hari, tetapi di malam hari sering kali menyewa taksi untuk mengunjungi bar gay,” tulisnya.
Salah satu sumber Martel mengatakan 80 persen pastor di Vatikan adalah gay, tetapi penulis Prancis tersebut tidak bisa secara independen mengkonfirmasi datanya.
Dia mengatakan menemukan bukti ribuan pastor menikmati gaya hidup yang mereka kecam saat misa. BBC telah menghubungi Vatikan untuk mendapatkan komentar terkait dengan tuduhan Martel tetapi tidak segera mendapatkan jawaban.
Tetapi seorang ahli teologi terkemuka James Martin mempertanyakan metodologi yang digunakan penulis Prancis tersebut untuk memeriksa informasi dari wawancaranya.
“Martel memang melakukan penyelidikan menakjubkan untuk bukunya dan memberikan sejumlah ide penting tentang kemunafikan dan homofobia di gereja,” katanya kepada BBC.
Tetapi idenya terkubur longsor insinuasi, gosip dan rumor yang dapat membingungkan pembaca dan mempersulit usaha membedakan fakta dengan fiksi. “Pelecehan seksual tidak berhubungan dengan homoseksualitas,” kata Martel. (AFP)
Pertemuan gereja untuk membicarakan pelecehan anak diminta Paus Fransiskus dan lebih dari 190 delegasi menghadirinya. Pada kelompok yang lebih ke kanan dari kongregasi, salah satu tuduhan yang paling sering dilontarkan terkait dengan pastor homoseksual.
Dua kardinal terkemuka dari Amerika Serikat dan Jerman mengirimkan surat ke Paus Fransiskus untuk mendesak pemimpin Katolik Roma guna mengakhiri “agenda homoseksual” dan meminta para uskup untuk mengadukan kasus pelecehan seksual.
Tetapi Martel, seorang pria gay, mengatakan masalah di dalam gereja bukanlah terkait dengan pilihan seksual pastor, tetapi “moral ganda” lembaga tersebut dalam hal seksualitas.
Pelecehan seksual tidak berhubungan dengan homoseksualitas dan dapat terjadi pada keluarga heteroseksual. Juga, kebanyakan korban di dunia adalah perempuan. Meskipun demikian, jika Anda mengkaji gereja, kebanyakan kasus terkait dengan pastor homoseksual.
Penulis itu mengatakan “budaya kerahasiaan” di dalam gereja menyebabkan ditutup-tutupinya kasus pelecehan.
Kebanyakan uskup gay dan mereka takut akan skandal, media dan bahkan diri mereka sendiri. Karena itulah mereka melindungi pelaku pelecehan, bukannya untuk melindungi para pelaku atau menutupi pelecehan, tetapi untuk menghindari pengungkapan diri mereka sendiri sebagai homoseksual.
Martel juga mengatakan banyak dari pastor tersebut mengecam homoseksualitas secara terbuka. “Saya menemukan pada banyak kasus bahwa semakin rapuh mereka terkait dengan homoseksualitas, semakin agresif kehidupan rahasia gay mereka,†katanya.
Martel mewawancara pekerja seks yang mengatakan telah disewa sejumlah kardinal terkenal Amerika Latin. Meskipun demikian para pengecamnya mengatakan penulis Prancis ini gagal memberikan bukti untuk menunjang tuduhannya.
Tetapi buku ini juga mendapatkan dukungan. Monsignor Stephen J. Rossetti, profesor di Catholic University of America, mengatakan hal ini mengungkapkan sebuah rahasia yang dapat mengubah struktur kuno Vatikan.
“Takhta Suci seharusnya menjadi panutan, termasuk dalam hal pemilihan dan pengawasan anggotanya. Pada saat ini hal itu tidak terjadi,” kata Rossetti.