Harla Syekh Yusuf, Jejak Juang Sang Putra Sulawesi Menuju Afrika

Baca Juga

MATAINDONESIA, JAKARTA – Syekh Yusuf Al Makassari, begitu nama ia terkenal dari Nusantara hingga Afrika. Dirinya adalah pahlawan, tak hanya bagi Indonesia, namun juga bagi perjuangan banga Afrika.

Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati, nama aslinya, telah mengjarkan bangsa Afrika bagaimana caranya berjuang melawan penindasan penjajah. Ia telah membangunkan jiwa pahlwanan besar Nelson Mandela untuk menentang politik Apartheid.

Dalam catatan sejarah, Syekh Yusuf lahir di Gowa, Sulawesi Selatan pada 3 Juli 1629, dan meninggal di Cape Town, Afrika Selatan pada 23 Mei 1966 dalam usia 72 tahun.

Ada dua versi mengenai pemakaman sosok ulama besar tersebut. Pertama, ada yang menyebut ia dimakamkan di Cape Town, sementara sumber lain menyebut jasad Syekh Yusuf dibawa ke kampung halamannya atas permintaan Sultan Gowa Abdul Tajil Tumenanga Ri Lakiung.

Syekh Yusuf tumbuh dan besar di era kejayaan Kerajaan Gowa di bawah kepemimpinan Sultan Alauddin. Saat dewasa, Syekh Yusuf harus menghadapi kenyataan bahwa Kerajaan Gowa kalah perang melawan Belanda. Ia pun akhirnya hijrah ke Banten dan hidup di sana sekitar 20 tahun lamanya.

Di Banten, Yusuf karena kedalaman ilmu agamanya, ia mendapat kehormatan tinggi. Sultan Ageng Tirtayasa mengangkatnya sebagai mufti besar, dari situlah ia mendapat gelar Syekh Yusuf Al Bantani.

Tak hanya Banten, Syekh Yusuf juga melakukan perjalanan ke Serambi Mekkah dan berhaji ke Mekkah, sekaligus menimba ilmu dari ulama-ulama besar Timur Tengah.

Saat Sultan Ageng mengalami kekalahan melawan VOC pada 1682, Syekh Yusuf ditangkap dan diasingkan ke Sri Lanka pada 1984. Dalam pengasingan pertamanya di luar Nusantara, Syekh Yusuf masih aktif mendakwahkan Islam, bahkan memiliki ratusan murid yang kebanyakan berasal dari India Selatan.

Karena VOC menanggap Syekh Yusuf masih terus berkomunikasi dengan pengikut-pengikutnya di Nusantara, ia kembali diasingkan lebih jauh lagi ke Afrika Selatan pada Juli 1693. Lagi-lagi, dalam pengasingannya, Syekh Yusuf tak pernah kehilangan pengaruh, ia masih memiliki banyak pengikut di Afrika Selatan.

Meski hanya hidup selama lima tahun di Afrika Selatan, Syekh Yusuf telah meninggalkan jasa besar yang diteruskan oleh para pengikutnya. Syekh Yusuf dianggap sebagai pengobar perlawanan Afrika Selatan melawan kebengisan VOC sebagai penjajah.

Di era Presiden Soeharto, Syekh Yusuf diberi gelar Pahlawan Nasional melalui SK Presiden: Keppres  No 071/TK/1995 pada 7 Agustus 1995. Pada tahun 2009, Syech Yusuf dianugerahi penghargaan Oliver Thambo, yaitu pemberian gelar Pahlawan Nasional Afrika Selatan oleh Presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki kepada ahli warisnya, disaksikan Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla.

Berita Terbaru

Danantara Dorong Kontribusi Program Swasembada Pangan

Oleh: Puteri Mahesa Widjaya*) Indonesia memasuki babak baru dalam upaya mewujudkan kemandirian pangannasional melalui langkah-langkah progresif yang digerakkan oleh Badan PengelolaInvestasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Lembaga ini tampil sebagai simboltransformasi pengelolaan aset negara yang bukan hanya efisien secara ekonomi, tetapijuga berpihak pada kebutuhan strategis bangsa. Dengan visi kuat dan strategi terukur, Danantara membuktikan diri sebagai motor penggerak utama program swasembadapangan. Langkah-langkahnya mencerminkan optimisme masa depan, di mana kekuatandomestik diolah menjadi sumber daya nasional yang berdaulat. Danantara hadir bukansekadar sebagai pengelola investasi, tetapi sebagai garda depan perubahan yang membawa harapan besar bagi terwujudnya kedaulatan pangan Indonesia. Komitmen Danantara terhadap program swasembada pangan mendapat apresiasi dariberbagai pihak, termasuk legislatif. Anggota Komisi VI DPR RI, Subardi, menyampaikan harapan besar agar Danantara dapat menjadi pemimpin dalam penguatan kedaulatanpangan nasional. Ia menegaskan bahwa Danantara memiliki kapasitas kelembagaanuntuk mengonsolidasikan aset-aset negara, termasuk lahan dan alat produksi yang belum terkelola secara maksimal. Menurutnya, banyak aset tanah milik negara, baikyang dikelola BUMN seperti PT Perkebunan Nusantara, Perhutani, maupun ID Food, yang dapat diberdayakan untuk mendukung ketahanan pangan. Dukungan ini menjadipenguat arah kebijakan Danantara dalam memanfaatkan kekuatan domestik gunamemenuhi kebutuhan strategis bangsa. Salah satu fokus utama Danantara dalam mewujudkan swasembada pangan adalahkonsolidasi aset-aset negara berupa lahan produktif. Melalui identifikasi dan pemetaanulang terhadap lahan-lahan yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal, Danantara mengambil langkah proaktif untuk menjadikannya sebagai basis produksipangan. Lahan milik negara yang berada di bawah pengelolaan berbagai BUMN kinidiarahkan untuk mendukung pertanian strategis, termasuk komoditas pangan pokokyang selama ini menjadi kebutuhan utama masyarakat. Hal ini sejalan dengan visijangka panjang pemerintah untuk menjadikan tanah sebagai sumber dayaberkelanjutan demi kesejahteraan rakyat. Tak hanya itu, Danantara juga mengedepankan revitalisasi pabrik dan alat produksiyang tersebar di berbagai wilayah. Dengan menghidupkan kembali fasilitas produksimilik negara, Danantara membangun fondasi industri pangan yang kuat dan efisien. Pabrik-pabrik yang telah dipulihkan akan difungsikan kembali sebagai pusat pengolahanhasil pertanian, gudang logistik, maupun sebagai pusat distribusi bahan pokok. Langkahini akan mempercepat rantai pasok, mengurangi biaya logistik, serta meningkatkandaya jangkau pangan ke seluruh penjuru nusantara. Dukungan Danantara terhadap ketahanan pangan juga ditunjukkan melalui konsolidasisektor pupuk. Chief Operating Officer BPI Danantara, Dony Oskaria, menjelaskan bahwadalam rencana kerja tahun 2025, industri pupuk menjadi salah satu prioritas utama. Konsolidasi ini mencakup pembangunan dan perbaikan pabrik, serta penyederhanaanproses bisnis agar produksi lebih efisien. Menurutnya, strategi ini bertujuan menurunkanbiaya produksi pupuk dan memastikan ketersediaannya bagi petani di seluruh wilayahIndonesia. Langkah tersebut menjadi bukti nyata bahwa Danantara tidak hanya fokuspada aspek korporasi, tetapi juga pada pelayanan terhadap kepentingan publik secaraluas. Dony juga menjabarkan bahwa Danantara telah menetapkan tiga klaster program utama: restrukturisasi, konsolidasi, dan pengembangan. Ketiga pilar ini menjadi fondasidalam optimalisasi sembilan sektor strategis BUMN, termasuk sektor pangan, pupuk, kawasan industri, dan hilirisasi komoditas. Program kerja ini mencerminkan keseriusanDanantara dalam membentuk sistem industri nasional yang tangguh dan efisien, dengan tujuan akhir mendukung kemandirian ekonomi dan ketahanan nasional. Untuk memastikan keberlanjutan seluruh inisiatif tersebut, Danantara juga menekankanpentingnya penguatan tata kelola kelembagaan, termasuk di bidang manajemen risiko, legalitas aset, sumber daya manusia, dan keuangan. Pendekatan ini menunjukkanbahwa transformasi yang dilakukan Danantara bukan semata-mata pada sisi fisik atauaset, tetapi juga menyangkut reformasi manajerial yang menyeluruh. Dalam konteks ini, Danantara hadir sebagai wajah baru dari pengelolaan investasi negara yang modern, efisien, dan berpihak pada kepentingan nasional jangka panjang. Langkah-langkah strategis Danantara juga didukung dengan kolaborasi lintas sektor, baik dengan kementerian teknis, pemerintah daerah, hingga pelaku usaha dankomunitas lokal. Kemitraan yang inklusif ini menjadi kekuatan penting dalammempercepat implementasi program swasembada pangan secara merata di berbagaiwilayah Indonesia. Dengan memperkuat sinergi, Danantara memastikan bahwa setiapelemen dalam rantai nilai pertanian, mulai dari produksi hingga distribusi, dapatberfungsi optimal. Dalam konteks pembangunan nasional, kehadiran Danantara menjadi representasi daritekad bangsa untuk berdiri di atas kaki sendiri. Pengelolaan aset negara yang diarahkanuntuk kebutuhan rakyat merupakan bentuk nyata dari ekonomi berdaulat. Melaluilangkah-langkah konkret yang dilakukan saat ini, Danantara tidak hanya memperkuatsektor pangan, tetapi juga meneguhkan peran strategis BUMN sebagai instrumenpembangunan nasional yang relevan dan berdampak langsung. Dengan arah yang jelas dan semangat kolaboratif yang tinggi, Danantara diyakini akanmenjadi lokomotif baru dalam mewujudkan swasembada pangan yang berdaulat, inklusif, dan berkelanjutan. Indonesia sedang bergerak menuju kemandirian pangan, dan Danantara berada di garda depan perjuangan ini, membawa harapan, solusi, danmasa depan yang lebih cerah bagi seluruh rakyat Indonesia. *Penulis merupakan Jurnalis Ekonomi dan Investasi
- Advertisement -

Baca berita yang ini