MATA INDONESIA, JAKARTA – Mayer Amschel Rothschild atau yang bernama asli Mayer Amschel Baur adalah seorang bankir nomor satu di benua Eropa abad ke-18.
Menjadi orang terkaya, ia memiliki aturan bagi anak-anak dan keluarganya. Untuk menjaga harta, ia mengharuskan anak-anak dan keluarganya untuk melakukan pernikahan sedarah atau inces, tidak boleh dengan orang selain anggota keluarga.
Setelah Rothschild meninggal pada tahun 1812, bisnis perbankannya kemudian dilanjutkan oleh kelima anaknya. Keluarganya menjadi penguasa perekonomian Eropa kala itu.
Benarkah keluarga Rothschild mengendalikan sejumlah bank sentral di dunia?
“Hanya saya yang bisa menerbitkan dan mengendalikan uang di suatu negara, dan saya tidak peduli siapa yang menulis hukumnya.” – Mayer Amschel Rothschild.
Rothschild memulai bisnis perbankan di Hanover, Jerman. Di sana ia belajar tentang system perbankan dan sekaligus mengenai perdagangan luar negeri.
Ia memulai dengan bisnis komoditas dan perdaganan uang. Hubungan baiknya dengan para bangsawan juga menjadi jalur tersendiri menuju puncak kesuksesannya. Ia pernah diangkat sebagai agen pengadilan pada tahun 1796.
Ia banyak membuka peluang baru dengan memberikan pinjaman kepada bara bangsawan serta koleganya Pangeran Wilhem kala itu. Di lain sisi, dari mertuanya ia menerima banyak harta warisan yang membuatnya semakin bertambah kaya.
Rothschild memiliki 10 orang anak, lima laki-laki dan lima perempuan dari hasil pernikahannya dengan Gutle Schnapper. Strategi jitunya juga dijalankan bersama keluarganya. Rothschild mengirimkan lima anaknya untuk pindah ke berbagai kota besar di Eropa.
Kepindahan mereka memiliki tujuan untuk merebut sentral perekonomian di suatu negera. Anak-anaknya dikirim untuk menjadi bankir di berbagai kota besar di benua Eropa. Berkat itu, Rothschild telah menjadi senteral keuangan di Eropa. Bahkan, kekayaannya bertambah seiring perusahaan perbankannya semakin menggurita di Eropa.
Tatkala revolusi Perancis meletus, usahanya juga semakin diuntungkan. Selama perang, Rothschild memasok berbagai kebutuhan perang, seperti kuda, persenjataaan, dan makanan untuk para tentara.
Ia juga menyediakan pinjaman dana kepada kerajaan untuk membayar tentara bayaran selama peperangan berlangsung.
Ia menjadi orang yang paling dicari oleh kerajaan untuk membantu membiayai perang selama beberapa abad. Sehingga, perusahaannya menjadi sentralisasi bisnis yang membuatnya semakin maju dan menguasai perekonomian.
Selama 200 tahun, keluarga Rothschild telah banyak membiayai perang besar hingga pada perang dunia II. Keluarganya juga memberikan pinjaman ke berbagai negara untuk membangun kembali negara mereka setelah hancur karena perang.
Di tahun 1818, keluarga Rothschild melakukan pengendalian terhadap ekonomi Perancis. Mereka membeli sebagian besar surat utang atau obligasi dari pemerintah Perancis. Hal ini kemudian membuat nilai obligasi melonjak naik.
Beberapa hari kemudian, ia melakukan hal yang tak terduga. Tiba-tiba semua obligasi tersebut di jual di pasar bebas. Hal ini mendapat kecaman dari pemerintah karena membuat nilai obligasi tersebut turun secara drastis.
Hal ini tentu membuat kepanikan pemerintah Perancis. Aksinya ini bisa seketika membuat perekonomian Perancis runtuh. Akhirnya, targetnya tercapai dengan pemerintah Perancis berhutang besar kepada keluarga Rothschild.
Keturunan Rothschild sudah terlibat dalam bisnis perbankan di hamper semua negara di dunia. Mulai dari membiayai suatu perang dan memberikan utang kepada negara demi keuntungan bunga dari pinjaman yang telah diberikan.
Keluarga Rothschild terlibat besar dalam dunia perbankan, namun hanya untuk individu dengan kekayaan bersih yang memberikan berbagai layanan dalam dunia perbankan.
Sementara pemilih sebenarnya dari Bank Sentral atau Federal Reserve tidak diketahui. Keuntungan 6% dari Bank Sentral atau Federal Reserve tidak diketahui dikirim ke siapa.
Mayer Amschel Rothschild merupakan keturunan Yahudi yang tinggal di Jerman pada abad ke 18. Ia lahir pada 23 Februari 1744nei Frankurt, Jerman. Orang tuanya seorang pedagang kain dan bisnis penukaran uang, serta juga sering memberikan kredit atau pinjaman.
Kedua orang tua Rothschild ingin anaknya belajar agama Yahudi hingga bisa menjadi seorang Rabi. Tapi, ketika kedua orang tuanya wafat, ia mengganti namanya dan memutuskan untuk belajar di dunia bisnis. (Maropindra Bagas/R)