Fyodor Dostoyevsky, Sastrawan Rusia yang Nyaris Dihukum Mati

Baca Juga

MATA INDONESIA, MOSKOW–  Banyak warga Rusia yang membenci Fyodor Dostoyevsky, sastrawan yang karya-karyanya cenderung putus asa.

”Saya sudah membaca semua karya Dostoevsky. Dan saya tidak merasakan apa pun kecuali kebencian terhadap pria itu,” ujar politisi Rusia Anatoly Chubais dalam sebuah wawancara dengan Financial Times pada 2004.

Tentu saja Chubais tidak mewakili semua orang Rusia. Tetapi ia bukan satu-satunya orang yang menganggap Dostoyevsky sebagai racun dan berbahaya. Tapi ada apa dengan penulis hebat ini yang membuatnya begitu kontroversial?

Fyodor Dostoyevsky adalah sastrawan jenius. Ia pemikir, filsuf dan salah satu penulis Rusia paling terkenal. Penyair yang lahir pada 11 November 1821 telah memengaruhi sastra dunia lewat novel, cerita pendek, dan memoar.

Ia berjasa mengangkat nama Alexander Pushkin sebagai Bapak Sastra Rusia.  Itu terjadi lewat pidato bersejarah Dostoyevsky tentang Pushkin yang sangat fenomenal. Ia sampaikan pada pertemuan Masyarakat Pecinta Sastra Rusia di Moskwa, 20 Juni 1880. Naskah pidatonya lalu terbit pada 1 Agustus di tahun yang sama dengan judul Buku Harian Penulis.

Karya novel dan cerita pendek Dostoyevsky telah diterjemahkan ke lebih dari 170 bahasa. Kerap menjadi bacaan dan kajian favorit. Tak hanya untuk penalaran filosofis, penelitian, pentas teater, dan produksi film, tapi juga bagi orang asing yang tertarik belajar bahasa dan sastra Rusia.

Karya-karya terjemahan, antara lain

  • Movel Prestupleniye i Nakazaniye (Kejahatan dan Hukuman, 1866)
  • Idiot (Idiot, 1868)
  • Besy (Iblis, 1871-1872)
  • Podrostok (Remaja, 1875)
  • Brat’ya Karamazovy (Karamazov Bersaudara, 1879-1880).

Itu menunjukkan bahwa Dostoyevsky sudah menjadi bagian kesusastraan dunia.

Karya-karyanya  mengkhususkan diri dalam analisis keadaan pikiran patologis yang mengarah pada kegilaan, pembunuhan, dan bunuh diri. Inilah yang membuat Dostoyevsky banyak tidak disukai warga Rusia.

Nyaris Dihukum Mati

Kisah Dostoyevsky cukup menarik. Di masa mudanya, ia malah pernah hampir di eksekusi mati oleh pemerintah Rusia. Gara-garanya terlibat dalam kegiatan revolusioner melawan Tsar Nikolai I.

Hukuman mati terhadap penyair yang lahir pada 11 November 1821 itu 5 hari setelah hari ulang tahunnya yang ke-28 tahun.

Cara pengeksekusiannya dilakukan dengan cara tembak mati oleh regu tembak. Kala itu, mata Dostoyevsky sudah ditutup dan ia sudah berdiri di luar sambil menunggu gilirannya untuk ditembak mati.

Tiba-tiba Tsar Nikolai I berubah pikiran. Hukumannya batal. Sebagai gantinya, Dostoyevsky dikirim ke kamp penjara katorga di Omsk, Siberia untuk bekerja secara paksa di sana selama beberapa tahun.

Dostoyevsky tidak lahir dalam keluarga bangsawan. Ayah Dostoyevsky, seorang pensiunan ahli bedah militer. Dan  menjabat sebagai dokter di Mariinsky Hospital for the Poor di Moskow. Meskipun orang tua yang setia, ayah Dostoyevsky adalah pria yang keras, curiga, dan kaku. Sebaliknya, ibunya, seorang wanita dari keluarga pedagang, ramah dan memanjakan anaknya. Keterikatan seumur hidup Dostoyevsky pada agama awalnya karena keluarganya yang mendidiknya sebagai anak soleh.

Pada tahun 1828 ayah Dostoyevsky berhasil mendapatkan pangkat bangsawan. Dia membeli sebuah perkebunan pada tahun 1831. Hingga 1833 Dostoyevsky mendapat pendidikan di rumah, sebelum dikirim ke sekolah harian dan kemudian ke sekolah asrama. Ibu Dostoyevsky meninggal pada tahun 1837.

Pada saat itu, Dostoyevsky adalah seorang mahasiswa di Akademi Teknik Militer di St. Petersburg. Ayahnya sengaja menyiapkan karier sebagai insinyur militer.

Dostoyevsky jelas tidak cocok untuk pekerjaan seperti itu. Dia dan kakak laki-lakinya Mikhail, yang tetap menjadi teman dekatnya dan menjadi kolaboratornya dalam penerbitan jurnal, terpesona dengan sastra. Sebagai seorang anak dan sebagai mahasiswa, Dostoyevsky tertarik pada fiksi Romantis dan Gotik, terutama karya-karya Sir Walter Scott, Ann Radcliffe, Nikolay Karamzin, Friedrich Schiller, dan Aleksandr Pushkin.

Tidak lama setelah menyelesaikan gelarnya (1843) dan menjadi seorang subletnan, Dostoyevsky mengundurkan diri dari tugasnya untuk memulai karier yang berbahaya sebagai penulis yang hidup dari penanya.

Kemudian di tahun 1860, Dostoyevsky kembali ke St. Petersburg, kota tempatnya mengenyam pendidikan di Akademi Teknik Militer. Di kota tersebutlah ia bersama sang kakak, Mikhail, menulis sejumlah jurnal sastranya. Sayangnya gagal..

Tahun 1864 menjadi tahun yang paling berat bagi Dostoyevsky. Di tahun ini sang istri meninggal dunia. Setelah itu kakak yang juga mentornya, Mikhail meninggal. Ia juga terlibat hutang yang cukup besar. Dostoyevsky uga harus membiayai kehidupan kakak ipar dan keponakannya.

Hal inilah yang membuat Dostoyevsky depresi. Ia sering melampiaskan rasa depresinya dengan mengunjungi tempat berjudi. Namun rupanya ini adalah langkah yang salah dan malah makin membuatnya hancur.

Untuk menyiasatinya, akhirnya ia berusaha untuk menyelesaikan novelnya dengan tergesa-gesa demi mengejar uang muka dari penerbit. Kala itu juga Dostoyevsky juga terikat perjanjian dengan penerbit untuk menulis novel lainnya, jika Dostoyevsky tidak segera menyerahkan karangan novel baru tersebut, maka penerbit akan mengklaim hak cipta seluruh tulisan Dostoyevsky.

Untuk menghindari krediturnya, Dostoyevsky pun pergi ke Eropa Barat. Di sana ia menjalin kembali hubungan lamanya dengan seorang mahasiswi muda bernama Apollinaria Suslova. Namun sayangnya, Suslova menolak lamarannya.

Tak lama kemudian, Dostoyevsky kembali menjalin hubungan dengan seorang wanita bernama Anna Grigorevna, seorang penulis steno berusia 20 tahun. Hubungan asmaranya kali ini berhasil dan mereka pun menikah pada tahun 1867. Di masa-masa inilah ia mulai menulis buku-buku terbesarnya.

Dalam rentang waktu delapan tahun, terhitung sejak tahun 1873 – 1881 ia mulai bangkit dan membalas kegagalan karya jurnalistiknya dengan menerbitkan Buku Harian Pengarang yang berisi jurnal bulanan penuh dengan artikel tentang peristiwa hangat, cerita pendek, dan berbagai sketsa. Jurnal itu pun sukses besar.

Pada tahun 1877, Dostoyevsky menghadiri pemakaman penyair yang bernama Nekrasov, yang tak lain adalah sahabatnya. Di sana ia menyampaikan pidato pujian untuk mendiang sahabatnya. Sontak saja hal tersebut menuai kontroversi.

Pada 20 Juni 1880, ia juga menghadiri upacara peresmian monumen Pushkin di Moskwa dan menyampaikan pidato Pushkin, sebuah pidato yang berisi penghormatan kepada Alexander Pushkin, penyair asal Rusia.

Menjelang akhir hidupnya, Dostoyevsky menetap di resor Staraya Russa, sebuah resor yang lokasinya dekat dengan St Petersburg. Pada 28 Januari 1881, ia menghembuskan napas akibat pendarahan paru karena serangan epilepsi. Jenazah Dostoyevsky tersimpan di Pemakaman Tikhvin di Biara Alexander Nevsky, St. Petersburg, Rusia.

Reporter: Intan Nadhira Safitri

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Di Era Pemerintahan Presiden Prabowo, Korban Judol Diberikan Perawatan Intensif di RSCM

Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat mengumumankan adanya inisiatif baru dalam upaya menangani dampak sosial dan psikologis...
- Advertisement -

Baca berita yang ini