Dipuja Bagaikan Dewa, Kim il-Sung Jadi Pimpinan Korut karena Rusia dan Nasib Baik

Baca Juga

MATA INDONESIA, PYONGYANG – Kenapa dua Korea hingga sekarang ini tak bisa akur seperti negara lainnya? Tanyalah pada pendiri Korea Utara Kim il-Sung.

Perseteruan dua bangsa ini ini berawal dari kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II. Dua kekuatan besar pemenang Perang Dunia II, Amerika Serikat dan Uni Soviet kemudian membagi Semenanjung Korea menjadi dua zona. Wilayah selatan berada di bawah pengaruh AS dan utara dikuasai Uni Soviet.

Tahun 1948, wilayah selatan mendeklarasikan berdirinya Republik Korea yang dipimpin seorang tokoh bernama Syngman Rhee. Ia dikenal sangat anti-komunis. Sementara di wilayah utara, Uni Soviet memilih seorang gerilyawan muda komunis Kim il-Sung untuk mendeklarasikan berdirinya Republik Rakyat Korea (DPRK). Sama-sama republik namun dengan pola dan model yang berbeda.

Pemerintah Korea Utara saat itu berbentuk Federasi yang terdiri atas berbagai fraksi. Sementara Kim il-Sung menjadi Perdana Menteri. Akhir 1972, Kim terpilih sebagai Presiden Korea Utara. Oleh warga Korea Utara ia dikenal sebagai Great Leader. Sementara dunia mengenalnya sebagai presiden abadi dan diktator. Kim il-Sung meninggal tahun 1994 dan posisinya digantikan oleh anaknya Kim Jong-il.

Kim il-Sung yang paling dihormati dari Dinasti Kim, dianggap memainkan peran kunci dalam kemerdekaan Korea. Dalam sejarah yang dibangun pemerintah, Kim adalah pahlawan yang berhasil membebaskan Korea dari jajahan Jepang (Korea dijajah Jepang dari 1910-1945).

Keluarga Guru

Kim il-Sung lahir pada 5 April 1912 di Mangyondae, dekat Pyongyang. Ayahnya seorang guru dan penatua di gereja. Pada 1920, Kim dan keluarganya mengungsi ke Manchuria untuk menghindari Jepang dan kelaparan. Manchuria berada di timur laut Tiongkok dekat perbatasan Soviet dan Korea. Ada yang menyebut nama aslinya Kim Song-ju, ada juga yang mencatat Kim Sung-kye.

Kim Il-sung
Kim Il-sung

Siapapun nama aslinya, Kim mulai bergabung dengan pasukan gerilya melawan Jepang pada 1935 saat ia berusia 23 tahun. Berbeda dengan pahlawan-pahlawan atau tokoh Korea lainnya yang terkenal karena jasa-jasanya, Kim kurang begitu terkenal. Satu-satunya momen terbesar Kim dalam sejarah Korea adalah saat 200 pasukan yang ia pimpin mengalahkan Jepang dan merebut sebuah kota kecil sekitar Juni 1937.

Namun pada 1940, tentara Jepang memukul mundur Kim dan pasukannya. Kim Il-sung terpaksa menyeberangi Sungai Amur menuju Uni Soviet. Di negara itu, Kim ditempatkan di pangkalan militer Soviet dekat Khabarovsk. Ia dilatih khusus oleh Soviet menjadi kapten di Red Army. Menurut Britannica, Red Army merupakan tentara Soviet yang diciptakan Leon Trotsky setelah Revolusi Bolshevik tahun 1917.

Red Army juga merekrut petani dan buruh untuk mengikuti wajib militer. Unit pertama Red Army bertempur melawan Jerman di Narva dan Pskov pada Februari 1918. Red Army terus berkembang hingga menjadi salah satu pasukan andalan Soviet. Pada 1945, Red Army memanfaatkan kekalahan Jepang dengan menginvasi Manchuria. Dari Manchuria, pasukan ini bergerak ke wilayah utara Semenanjung Korea. Red Army menguasai kota Pyongyang. Setelah Jepang meninggalkan Korea, Soviet mulai membahas calon potensial untuk memimpin Korea Utara. Letnan Kolonel Grigoriy Mekler menerima perintah untuk menemui Kim Il-sung, berbicara dengannya, dan melapor kepada Marsekal Kirill Meretskov. Kim memberi Mekler kesan yang sangat positif. Hal itu membuat Mekler memuji dan merekomendasikan Kim untuk menjadi piminan Korut kepada Sovyet. Laporan Mekler memainkan peran besar dalam proses berkuasanya Kim di Korea Utara.

Berkat Laporan Kamerad Sovyet

Menurut sejarawan Rusia, Gavriil Korotkov, setelah kekalahan Jepang, Red Army menyusun laporan untuk diajukan kepada Joseph Stalin (pemimpin Uni Soviet). Laporan itu terkait rekomendasi lima jenis kandidat potensial pemimpin Korea Utara, yakni mantan pekerja Komintern, nasionalis Korea di Cina, nasionalis Korea di Korea, campuran Soviet Korea, dan mantan partisan anti-Jepang.

Salah satu kandidat tentunya Kim Il-sung. Sembari menunggu keputusan Stalin, Red Army mempersiapkan beberapa kandidat cadangan. Namun Stalin cepat memberi keputusan dengan memilih Kim Il-sung. Awalnya Kim belum mengetahui bagaimana mengelola Korea Utara. Barulah saat mendapat gelar Pahlawan Nasional dan berbicara di depan ribuan warga di Pyongyang 14 Oktober 1945, saat itu ia mulai menikmati kekuasaan yang ia dapatkan dari Soviet.

Berkat dukungan Soviet, Kim memegang kekuatan politik, menguasai posisi strategis hingga memperkokoh posisinya dengan memimpin Partai Butuh Korea Utara pada 1946.

Kim juga menjadi ketua sidang Panitia Rakyak Korea Utara yang nantinya menjadi Badan Administratif di 5 provinsi. Pada pertemuan pertama Sidang Rakyat Tertinggi pada 2 September 1948, Kim meresmikan rancangan konstitusi nasional dan pengumuman pendirian Republik Rakyat Demokrasi Korea. Ia memilih sendiri sebagai pimpinan.

Media Korea Selatan seringkali sinis menilai bahwa Kim Il-sung mampu berkuasa di Korea Utara karena kombinasi dari pengaruh Rusia, manipulasi politik dan keberuntungan.

Saat Kim il-sung berkuasa dan menjadi pimpinan tertinggi Partai Komunis Korea Utara, ia mengorganisasi massa di bawah kendali ketatnya. Jumlah anggota partai meningkat dari 725.762 pada akhir Perang Korea menjadi 1.164.945, atau sekitar 12 persen dari total populasi Korea Utara pada tahun 1956.

Singkirkan Musuh

Kim menyingkirkan faksi lain, lawan politik, dan anggota Partai Buruh yang mengancam posisi politiknya. Sebagai pemimpin, Kim memastikan hanya ada satu partai politik yang berkuasa di Korea Utara. Pada sektor militer, Kim tidak fokus memperkuat kemampuan tempur. Perkuat indoktrinasi politik, menanamkan kesetiaan mutlak kepada Partai Komunis. Kim juga menghilangkan faksi dalam militer sehingga menghasilkan militer yang loyal. Semua tunduk kepadanya. Kim juga memperkenalkan filosofi Juche yang kemudian menjadi ideologi Korea Utara dengan mengusung semangat Chaju (penentuan nasib sendiri), Charip (kemandirian ekonomi), dan Chawi (menjaga kedaulatan negara).

Kim Il Sung bersama Presiden RI Soekarno
Kim Il Sung bersama Presiden RI Soekarno

Tak hanya itu, Kim il-Sung juga membangun kultus pribadi yang menjadi bagian dalam sistem propagandanya. Fotonya wajib ada di rumah penduduk. Hari lahirnya menjadi hari libur nasional (Day of the Sun).

Kim il-Sung bersama pasukan khusus partai juga selalu meneror dan mengingatkan warga Korea Utara bahwa ada kekuatan imperialis Jepang dan Amerika Serikat yang dapat menghancurkan hidup mereka. Kultus pribadi ini membuat semua perkataan dan tindakan Kim seperti sabda dalam kitab suci, hukumnya wajib. Stalin mungkin tidak pernah membayangkan bahwa orang yang dia anugerahkan sebuah negara akan menciptakan dinasti kekuasaan yang telah berlangsung lebih dari 70 tahun. Korea Utara menjelma menjadi negara dengan satu partai, kekuasaan tunggal, dan warisan keluarga.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sambut Hari HAM Ius Humanum Gelar Talk Show soal “Perlindungan Terhadap Pekerja Non Konvensional : Pekerja Rumah Tangga”

Mata Indonesia, Yogyakarta - Dalam rangka menyambut peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) yang jatuh pada 10 Desember 2024, kali ini Ius Humanum menyelenggarakan Talkshow dan Diskusi Film dengan Tema, "Perlindungan terhadap Pekerja Non-Konvensional : Pekerja Rumah Tangga" yang bertempat di Pusat Pastoral Mahasiswa Daerah Istimewa Yogyakarta (PPM DIY).
- Advertisement -

Baca berita yang ini