Cerita Warga Timor Leste yang Menyesal Pisah dari Indonesia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Nasi sudah menjadi bubur. Demikian pepatah yang mungkin layak disematkan kepada wilayah Timor Timur (TimTim) yang memutuskan untuk berpisah dari Indonesia pada tahun 1999 lalu.

Setelah hampir 21 tahun berpisah, ada selentingan yang beredar bahwa masyarakat di sana menyesal telah berpisah dari NKRI. Alasannya karena Timor Leste kini masuk dalam kategori negara termiskin di dunia.

Misalnya Fortunado D’Costa mengungkapkan bahwa dirinya merasa ditinggalkan pemerintah. “Bagi para veteran, mereka adalah pahlawan di masa lalu, tetapi sekarang mereka mengkhianati kami,” katanya, seperti diberitakan oleh Pos Kupang.

Ia juga mengungkapkan penyesalannya karena sudah berperang melawan Indonesia dengan harapan agar bisa merdeka dan hidup makmur. Namun, ternyata semua itu cuma isapan jempol semata.

“Kami mendukung gerakan perlawanan tetapi mereka yang mendukung pemerintah Indonesia masih hidup dengan baik,” ujarnya menyesal.

“Hari ini kami memiliki kemerdekaan tetapi kami tidak memiliki apa-apa lagi. Hanya perdamaian dan stabilitas,” tambahnya.

Bahkan saat ini ada sekitar 42 persen orang Timor hidup dalam garis kemiskinan. Bahkan ada yang sampai mengais-ngais sampah karena tak sanggup lagi membeli bahan makanan.

Tak hanya itu, Mantan Presiden Pertama Timor Leste Xanana Gusmao juga sempat mengungkapkan kekesalannya dengan sistem pemerintahan negaranya. Ia menuding buruknya perekonomian negaranya karena ulah Partai Fretilin yang dianggap telah membohongi rakyat terutama soal perjanjian pipa gas ke Timor Leste.

“Kami menghadapi demagogi yang hebat, dalam pernyataan pemimpin besar Fretilin, ketika dia mengatakan bahwa dia adalah orang pertama yang mempertahankan pipa gas ke Timor Leste, tetapi ekonomi memiliki aturan dan membutuhkan studi kelayakan yang menurutnya belum selesai,” kata Gusmao dikutip dari sapo.pt.

Gusmao juga meminta agar menyebut pemerintah Timor Leste harus jujur dan tidak menipu rakyatnya terus menerus. “Bertindak dengan tanggung jawab, kejujuran dan transparansi di hadapan rakyat,” ujarnya.

Melansir News Hub, cadangan minyak bumi dan gas utama Timor Leste diprediksi hampir habis. Sementara pemerintah negara itu terus melakukan pemborosan.

Pemerintah Timor Leste memompa tabungannya dalam skema infrastruktur besar yang menurut para kritikus hal itu sangat boros. Pemerintah telah menghabiskan sekitar 300 juta dollar AS (Rp4,4 triliun) untuk Proyek Tasi Mane proyek infrastruktur perminyakan di barat daya negara itu.

Selain Proyek Tasi Mane, pemerintah memompa ratusan juta untuk mengembangkan daerah kantong yang disebut Oecusse dan mengubahnya menjadi zona ekonomi khusus yang diharapkan dapat menarik investasi asing.

Seorang wartawan dari New Zealand, yang bekerja sama dengan Asia New Zealand Foundation Caitin McGee, pernah melakukan penyelidikan ke Ibu Kota Dili, Timor Leste tahun 2017.

Dia menggambarkan negara itu memiliki pegunungan terjal yang melingkari garis pantai yang masih asli, Timor Leste adalah salah satu keindahan alam dunia yang tak dikenal.

“Tetapi bagi orang-orang negara itu tinggal di daerah kumuh di sekitar ibu kota, membuatnya sama sekali tidak indah,” katanya.

Kemiskinan yang melanda wilayah di ujung timur Pulau Timor tersebut turut ditopang dengan rilis data United Nations Development Programme (UNDP), Timor Leste berada di peringkat 152 negara sebagai negara termiskin di dunia dari 162 negara.

PDB per kapita Timor Leste diperkirakan akan mencapai 2.356 dolar AS atau sekitar Rp 34,23 juta (kurs Rp 14.532) pada Desember 2020.

Masih di bawah pendapatan per kapita Indonesia pada tahun 2019 lalu sebesar 4.174,9 dolar AS atau sekitar Rp 60 juta.

Sejumlah sektor ekonomi Timor Leste sebenarnya masih sangat bergantung pada Australia dan Indonesia, terutama barang-barang impor.

Laman Heritage bahkan menyebutkan skor kebebasan ekonomi Timor Leste adalah 45,9. Skor tersebut menjadikan negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia tersebut menduduki peringkat 171 negara di dunia dalam indeks 2020.

Timor Leste sendiri masih mengandalkan pemasukan dari hasil minyak yang dikeolah oleh ConocoPhillips, namun diprediksi akan stop beroperasi pada tahun 2022 karena cadangan minyaknya hampir habis. Bahkan cadangan minyak di Selat Timor diprediksi akan mengering 10 tahun mendatang.

3 KOMENTAR

  1. Kita jangan bangga dulu, sebab rakyat Indonesia masih banyak yg hidupnya susah, siapa tahu kelak pemerintah Timur Leste dapat mensejahterakan rakyatnya yg berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Timor leste

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pusaran Konflik di Pantai Sanglen Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Berangkat dari penutupan akses masuk Pantai Sanglen, Kemadang, Gunungkidul, yang dilakukan oleh Kraton Yogyakarta dan Obelix. Warga setempat, yang selama ini memanfaatkan lahan Pantai Sanglen untuk bertani dan mencari nafkah, merasa terpinggirkan. Mereka khawatir pengembangan pariwisata berskala besar akan mengabaikan kesejahteraan masyarakat lokal dan merusak lingkungan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini