Buku On The Origin of Species Charles Darwin Dianggap Sesat Gereja

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Charles Darwin terkenal sebagai Bapak Evolusi. Teorinya selalu mengundang perdebatan bahkan sampai sekarang. Salah satu karya terkenalnya adalah On The Origin of Species by Means of Natural Selection. Karyanya ini terbit pada 24 November 1859 dan langsung terjual habis. Hal ini karena banyak orang yang tertarik dengan teori yang memecahkan begitu banyak masalah evolusi kehidupan.

Dalam buku On the Origin of Species, Darwin berpendapat, organisme secara bertahap mengalami proses evolusi yaitu seleksi alam.

Dalam seleksi alam, organisme yang memiliki variasi genetik sesuai dengan lingkungan hidupnya cenderung mampu menghasilkan banyak keturunan. Hal ini berbeda dengan organisme dari spesies yang sama namun memiliki variasi yang lebih sedikit.

Menurut Darwin, ini merupakan pengaruh dari keseluruhan susunan genetik dari suatu spesies. Pemikiran Darwin karena terpengaruh naturalis Prancis Jean-Baptiste de Lamarck dan ekonom Inggris Thomas Malthus.

Ketika menyusun Origin of Species, Darwin mengoleksi sebagian besar bukti teori dari survei ekspedisi kapal HMS Beagle pada 1830-an. Selama lima tahun, Darwin mengunjungi beragam tempat di dunia. Salah satunya adalah Kepulauan Galapagos dan Selandia Baru. Dari perjalananannya tersebut, Darwin memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang flora, fauna, dan geologi dari berbagai negeri.

Informasi temuan Darwin ini beserta studinya mengenai variasi dan kawin silang terbukti sangat berharga dalam pengembangan teori evolusi organik. Pada dasarnya teori evolusi organik bukanlah ide baru. Sebelumnya ide tersebut sudah muncul dari kakek Darwin yakni Erasmus Darwin yang merupakan ilmuwan Inggris terkemuka.

Ide ini juga berasal dari Lamarck yang pada awal abad-19 menggambar diagram pertama tentang evolusi. Yaitu bagan dari organisme bersel satu berevolusi menjadi manusia. Namun, teori tersebut belum cukup populer. Sehingga teori milik Charles Darwin lah yang mencuat. Ia mempersembahkan teori fenomena evolusi dengan penjelasan yang praktis.

Darwin menformulasi teori seleksi alamnya pada 1844. Ia sempat khawatir untuk menerbitkan tesisnya ini pada publik. Hal ini karena teori Darwin jelas bertentangan dengan alkitab yang menjelaskan tentang penciptaan.

Pada 1858, Darwin masih memilih menyembunyikan penemuannya pada publik. Baru  setelah ilmuwan Inggris Alfred Russel Wallace menerbitkan sebuah makalah yang berisi ringkasan intisari teori Darwin, publik mulai mengenal Darwin.

Akhirnya karena tersebar di kalangan tertentu, Darwin dan Wallace kemudian bergabung dalam studi tentang evolusi. Hal ini terjadi sebelum Linnean Society of London atau organisasi ahli biologi terbentuk pada Juli 1858. Setelah perkumpulan ini terbentuk, barulah Darwin berani menerbitkan The Origin of Species by Means of Natural Selection.

The Origin of Species
The Origin of Species

Origin of Species pun terbit. Dunia geger dengan buku tersebut. Kebanyakan ilmuwan langsung takjub dan segera menganut teori evolusi Darwin tersebut. Mereka menganggap teori ini mampu memecahkan begitu banyak teka-teki ilmu biologi.

Sayangnya orang-orang Kristen ortodoks mengecam hasil kerja Darwin tersebut sebagai ajaran sesat. Kontroversi teori Darwin kemudian semakin melebar setelah ia menerbitkan buku The Descent of Man, and Selection in Relation to Sex (1871), yang isinya menyajikan bukti evolusi manusia dari kera.

Saat Darwin meninggal pada 1882 teorinya secara umum telah menyebar dan menjadi acuan di seluruh dunia. Namun sekarang ini, setelah perkembangan modern dalam bidang genetika dan biologi molekuler terjadi  perubahan pandangan dalam penerimaan teori evolusi Darwin. Namun tetap saja, teori ini tetap menjadi teori unggulan dalam studi evolusi.

Reporter: Desmonth Redemptus Flores So

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pencegahan TPPO di Jogja Diperkuat, Gugus Tugas Dibentuk Kurangi Kasus

Mata Indonesia, Yogyakarta - Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) semakin menjadi perhatian serius di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta. Korban TPPO seringkali berasal dari kalangan Pekerja Migran Indonesia (PMI), yang terjerat dalam kasus perdagangan manusia akibat berbagai faktor risiko.
- Advertisement -

Baca berita yang ini