MATA INDONESIA, JAKARTA – Suami Bunga Citra Lestari, Ashraf Sinclair, meninggal dunia secara mendadak akibat serangan jantung pada 18 Januari 2020. Ashraf ditemukan sudah tidak bernyawa saat dibawa ke Rumah Sakit MMC, Jakarta. Namun apakah hanya serangan jantung saja yang berpotensi menyebabkan kematian mendadak?
Mengutip dari Journal of Emergency Medical Services, terdapat setidaknya lima penyakit akut yang dapat menyebabkan kematian mendadak. Penyakit ini bisa datang secara tiba-tiba dan mungkin terjadi tanpa adanya gejala pada pasien yang sebelumnya sehat. Berikut adalah lima penyakit yang dimaksud.
1. Aritmia
Aritmia adalah gangguan yang terjadi pada irama detak jantung. Penderita biasanya akan merasakan detak jantungnya tidak teratur seperti terlalu cepat atau terlalu lambat. Penyakit ini biasanya ditandai dengan nyeri dada, sesak napas, jantung berdebar, pusing, dan pingsan.
Terdapat beberapa faktor penyebab penyakit aritmia menjadi fatal, salah satu diantaranya yaitu kardiomiopati atau suatu kondisi disaat jantung memerlukan kerja keras untuk memompa darah karena otot jantung menebal, lemas, dan kaku. Selain itu, cacat bawaan seperti sindrom QT juga dapat menyebabkan penyakit ini menjadi berbahaya.
Namun Aritmia yang menyebabkan kematian mendadak biasanya disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit, seperti hiperkalemia yang terlihat pada pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir dan hipokalemia pada pasien yang menggunakan diuretik atau obat pendorong produksi air seni.
Di samping itu, potensi penyebab aritmia ganas lainnya yaitu konsumsi obat terlarang, konsumsi obat-obatan yang memperpanjang interval QT, perubahan pH akut, perburukan gagal jantung, Wolff -Parkinson-White syndrome dan commotio cordis setelah trauma dada.
2. Infark Miokard Akut (AMI)
Infark Miokard Akut (AMI) atau serangan jantung adalah gangguan jantung serius yang terjadi apabila otot jantung tidak mendapat aliran darah. Penyakit ini disebabkan oleh plak yang berkembang di dalam arteri dan mengalami kemajuan seiring waktu hingga akhirnya pecah dan menyumbat aliran darah.
Kurangnya oksigen yang dikirim ke jantung (iskemia) menimbulkan gejala angina atau nyeri dada yang sering dialami oleh sebagian besar pasien selama mengalami Sindrom Koroner Akut (ACS) atau serangan jantung ini.
Pengenalan dini pasien yang menderita AMI adalah suatu upaya untuk memastikan peluang melakukan intervensi dengan tepat dan tidak terlewatkan. Penyedia layanan medis harus mempertahankan indeks kecurigaan yang tinggi untuk AMI karena pasien sering tidak hadir dengan riwayat klasik.
3. Keadaan Darurat Intrakranial
Penyakit ini sering diabaikan sebagai penyebab kematian mendadak. Padahal tidak seperti jaringan lain dalam tubuh, otak memiliki kapasitas terbatas untuk mentolerir pengiriman oksigen rendah.
Setiap manusia memiliki tekanan di dalam rongga kepala yang disebut dengan tekanan Intrakranial. Pada saat-saat tertentu tekanan intrakranial dapat meningat hingga kondisi darurat dan ini adalah suatu masalah yang tidak boleh diremehkan.
Seperti penyebab kematian mendadak yang lain, pasien dengan keadaan darurat intrakranial mungkin tidak memiliki gejala sebelumnya. Namun, tanda dan gejala seperti sakit kepala baru atau lama, keluhan neurologis fokal dan penurunan status mental dapat dijadikan kewaspadaan terhadap penyakit ini.
4. Pulmonary Embolism (PE)
PE secara klasik lebih sering terjadi pada manula, pasien kanker, pasien yang baru menjalani operasi, pasien yang menggunakan obat-obatan mengandung estrogen, dan pasien yang sebelumnya memiliki trombosis vena dalam (DVT).
PE biasanya terjadi akibat tiga faktor utama yaitu, aliran darah statis, kondisi darah kental atau hiperkoagulabel, dan cedera pada pembuluh darah.
Meski begitu, PE kerap kali muncul pada pasien tanpa adanya faktor resiko atau gejala yang diketahui sebelumnya. Bahkan suatu penelitian menunjukkan bahwa terdapat sekitar 25 persen kematian mendadak diakibatkan oleh manifestasi dari penyakit ini.
Sejauh ini, dispnea dan nyeri dada adalah gejala yang paling dominan terjadi. Dispnea atau shortness of breath (SOB) merupakan sensasi yang dirasakan ketika bernafas tetapi rasanya tidak cukup. Dispnea harus sering dicurigai karena bisa pula disebabkan oleh adanya emboli, penyumbatan pembuluh darah oleh embolus, di paru-paru.
Apabila sudah ditemui gejala emboli paru akut seperti nyeri dada pleuritik, sinkop (pingsan), hipoksia, hipotensi, kecemasan, dan ketegangan jantung kanan terjadi, maka harus segera dilakukan diagnosis untuk mengetahui apakah penyakit tersebut termasuk Pulmonary Embolism atau bukan.
Dalam kasus Pulmonary Embolism, perawatan suportif dan transportasi yang tepat waktu tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga mencegah konsekuensi jangka panjang dari gagal jantung kanan dan hipertensi paru.
5. Aortic Catastrophe
Penyakit ini disebut pula dengan istilah Bencana Aorta. Bencana aorta akut seperti diseksi dan ruptur aneurisma dapat menyebabkan kematian mendadak pada penderitanya. Penyakit yang menyerang pembuluh darah ini seringkali terjadi akibat dari komorbiditas jangka panjang seperti hipertensi, kolesterol tinggi dan merokok.
Aliran darah yang bergolak di aorta dapat menyebabkan aneurisma atau pelebaran abnormal pada pembuluh nadi karena kondisi dinding pembuluh darah yang lemah. Meskipun awalnya tidak berbahaya, diameter aneurisma yang semakin meningkat selama bertahun-tahun, mereka menjadi semakin beresiko untuk pecah.
Pecahnya aorta akibat aneurisma ini mengharuskan praktisi yang bijaksana untuk pertama-tama mempertimbangkan diagnosis pada pasien dengan nyeri dada, nyeri pinggang, nyeri perut, atau kolaps mendadak. Hal ini terutama berlaku pada pasien usia lanjut dengan hipertensi. Dalam kasus lain, pasien Aortic Catastrophe juga mengalami nyeri punggung, panggul, atau perut. (Marizke/R)