Bono, Musisi atau Pejuang Kemanusiaan?

Baca Juga

MATA INDONESIA, DUBLIN – Bagi Paul David Hewson alias Bono, vokalis band asal Irlandia, U2, kacamata gelap yang sering dikenakannya itu bukan karena fesyen seorang bintang rock semata.

Pejuang kemanusiaan dan musisi ini menjadikan kacamata untuk membantunya menghadapi penyakit glaukoma selama bertahun-tahun. Ia menderita penyakit ini selama 20 tahun. Hingga sekarang, Bono menggunakan kacamata itu meski di dalam ruangan. Menurutnya, kacamata gelap itu membantunya mengatasi permasalahan penglihatannya. Maklum, glaukoma menyebabkan mata sensitif terhadap cahaya dan kacamata gelap dapat meringankan sensitivitas mata terhadap cahaya.

Lahir dan besar di Dublin, Irlandia dengan nama panggilan Paul. Ayahnya, Bob Hewson penganut Katolik Roma sementara ibunya Protestan. Sejak kecil, Bono mendapat pendidikan agama yang kuat sebagai anggota Gereja Irlandia. Anehnya ia tak pernah mengaku sebagai seorang Katolik maupun Protestan. Ia mengagumi ayahnya dan memuja ibunya.

Saat ia berusia 14 tahun, ibunya meninggal. Bono merasa kehilangan karena ia dekat dengan sang ibu. Banyak lagu U2, khususnya dari album-album yang pertama (I Will Follow, Out of Control, Tomorrow), menceritakan bagaimana ia kehilangan sosok ibunya.

Belajar di Mount Temple Comprehensive School, sebuah sekolah dengan agama campuran (Protestan dan Katolik) di Dublin. Di sekolah itulah, ia  mendapatkan nama julukan “Bono Vox Of O’Connell St.”

Awal pemberian nama itu saat ia bergabung dengan genk lokal “Lypton Village”. Dia berkenalan dengan Guggi dan Gavin Friday yang menjadi teman baiknya hingga sekarang. Gavin lah yang memberikan nama panggilan Bono Vox. Semula ia menolak, tapi setelah mengetahui nama itu berasal dari bahasa latin Bonavox diterjemahkan menjadi “good voice” dia mau menerimanya. Sejak itulah Paul Hewson terkenal dengan nama Bono. Bahkan istri dan teman-temannya di U2 memanggilnya dengan nama itu.

Saat remaja, ia mahir bermain gitar dan menyukai musik rock. Dan pada 1976 ia menjawab iklan yang dipasang oleh rekannya sesama siswa sekolah Larry Mullen, Jr. untuk membentuk sebuah band. Band ini mempertemukannya dengan Dave Evans (alias The Edge), adiknya Dik Evans (namun tak lama kemudian meninggalkan band itu), dan Adam Clayton.

Akhirnya keempatnya sepakat membentuk sebuah band yang namanya unik, Feedback. Lalu mengganti namanya menjadi The Hype. Dan entah kenapa akhirnya bertahan dengan nama U2.

Bono saat berusia 19 tahun
Bono saat berusia 19 tahun

Semula Bono bermain gitar dengan The Edge, menyadari temannya itu lebih jago, ia pun beralih menjadi vokalis. Pada 2006 Bono sempat belajar piano dari guru piano anaknya. Hal ini untuk meningkatkan kemampuannya menulis lagu.

Bono menjadi penulis utama lagu-lagu U2 yang kaya dengan tema sosial dan politik. Lagu-lagunya bikin kuping sebagian orang menjadi merah. Bahkan kelompok tentara Republik Irlandia (IRA) mengancam akan menculiknya. Para pendukung IRA juga menyerang kendaraan yang membawa personil U2.

Album ketiga U2, War yang dirilis pada 1983 penuh dengan aura protes atas kekerasan yang terjadi di Irlandia Utara. Lagu “Sunday Bloody Sunday” menceritakan tragedi penembakan yang dilakukan tentara Inggris yang menyebabkan tewasnya sejumlah aktivis HAM di Derry, Irlandia Utara pada hari Minggu 30 Januari 1972.

U2 juga sering membuat lagu yang dipersembahkan untuk para pejuang HAM. Salah satunya adalah “Pride (In the Name of Love)” dari album The Unforgettable Fire. Lagu tersebut didedikasikan untuk Martin Luther King Jr. Bono menulis lagu ini setelah membaca buku Stephen B. Oates berjudul “Let The Trumpet Sound: A Life of Martin Luther King, Jr.” dan biografi Malcolm X.

Sementara “Walk On” yang ada di album All That You Can’t Leave Behind adalah bentuk dukungan bagi perjuangan Aung San Suu Kyi menghadapi junta militer Burma. Adanya muatan politik di lagu ini membuat pemerintah Burma melarang warga memiliki album atau lagu itu. Mereka yang melanggar akan menghadapi ancaman penjara tiga hingga 20 tahun.

Pada tahun 1986 Bono mengunjungi El Salvador dan Nikaragua untuk melihat secara langsung dampak perang saudara di El Salvador. Semua yang dilihatnya itu terekam dalam album The Joshua Tree.

Hingga kini U2 sudah mengeluarkan 13 album yang terjual hingga lebih dari 150 juta keping. Mereka memperoleh 22 penghargaan Grammy, masuk museum Rock and Roll Hall of Fame dan majalah Roling Stone menempatkan U2 di urutan ke 22 dalam daftar 100 greatest artists of all time.

Sebagai anak muda yang saleh, Bono tak pernah macam-macam. Ia pacaran dengan pacarnya semasa di SMA, Alison Stewart dan kemudian menikahinya. Pasangan ini mempunyai empat orang anak – Jordan ( 1989), Memphis Eve (1991), Elijah Bob Patricius Guggi Q (1999) dan John Abraham (2001).

Aktivis Sosial

Band U2 sukses dan menjadi band legendaris di dunia. Namun nama Bono bukan hanya terkenal sebagai penyanyi dan musisi rock. Ia juga seorang aktivis sosial.  Bono menggunakan musiknya untuk menyampaikan pesan-pesan filantropi. Pada tahun 2002, Bono membantu mendirikan Debt, AIDS, Trade, Africa (DATA). Ia bertemu dengan presiden, perdana menteri, ilmuwan dan berbagai pemimpin dunia lain.

Status sebagai selebriti dunia menjadikan Bono membela rakyat kecil. Dia mampu menjalin kerjasama dengan kepala pemerintahan, tokoh agama, LSM, media massa dan pelaku bisnis dunia.

Pertengahan 80-an Bono dan U2 terlibat dalam proyek kemanusiaan Band Aid dan Live Aid. Bersama musisi Irlandia Bob Geldof, proyek ini bertujuan menggalang dana untuk masyarakat Ethiopia yang kelaparan.

Band Aid adalah kumpulan artis-artis ngetop di tahun 80-an seperti Duran Duran, Spandau Ballet, Wham, Culture Club. Sting hingga Phil Collins dari Genesis. Mereka merekam lagu “Do They Know It’s Christmas?” dan hasil penjualannya untuk rakyat Ethiopia.

Sejak 1999 Bono aktif pada usaha penghapusan utang negara-negara dunia ketiga dan peningkatan kepedulian pada masalah-masalah yang terjadi di Afrika, termasuk penyebaran AIDS di benua itu.

Bono berhasil membujuk Presiden Amerika Serikat George W Bush untuk menggelontorkan dana miliaran dolar bagi negara-negara Afrika di tahun 2002. Disaat yang sama dia mengkritik pemerintah Perdana Menteri Kanada Paul Martin karena lambat meningkatkan bantuan luar negerinya. Atas semua usahanya membela negara-negara miskin Bono masuk nominasi peraih Nobel 2003, 2005 dan 2006.

Pada 2004 dia mendapat mendali kehormatan Pablo Neruda dari pemerintah Chile. Majalah Time memasukkan namanya dalam 100 tokoh paling berpengaruh pada terbitan Mei 2004 dan 2006. Majalah yang sama juga menempatkan pria yang mahir main harmonika ini sebagai Person of The Year 2005 bersama Bill dan Melinda Gates.

Masih di tahun 2005 Bono mendapat penghargaan Order of Liberty dari pemerintah Portugal atas usaha-usaha kemanusiaannya. Pengakuan atas kerja keras Bono juga datang dari pemerintah Inggris yang memberi gelar kesatria Knight Commander of the Order of the British Empire. Pemberian gelar ini dalam sebuah acara di kediaman dubes Inggris untuk Irlandia pada 29 Maret 2007.

Saat menerima penghargaan Philadelphia Liberty Medal di tahun 2007 Bono mengatakan “Saat kamu terjebak dalam kemiskinan, maka kamu bukan manusia yang bebas. Saat undang undang perdagangan melarang kamu menjual hasil bumi yang kamu tanam sendiri, kamu bukan orang bebas.”

Bono juga sempat bertemu dengan Paus Yohanes Paulus II pada April 2005.  Di kesempatan lain Bono mengajak umat Kristen, Yahudi dan Islam untuk bersama membantu janda, anak yatim piatu serta orang asing yang kelaparan dan kesusahan.

Kesibukannya makin bertambah setelah mendirikan organisasi DATA (Debt, AIDS, Trade, Africa). Ia mengajak seorang aktivis sekaligus pengacara asal Amerika Serikat Bobby Shriver. Organisasi ini bertujuan menghapus kemiskinan dan HIV/AIDS di Afrika.

Bono juga mengajak istrinya Ali Hewson dan perancang busana Irlandia Rogan Gregory mendirikan perusahaan pakaian EDUN. Perusahaan ini hanya mau bekerja sama dengan pabrik-pabrik di Afrika, Amerika Latin dan India yang sudah menerapkan standar upah yang adil bagi pekerja dan memiliki etika bisnis yang baik sehingga bisa mengundang investor menanamkan modalnya di negara-negara berkembang.

Dia juga terlibat dalam One Campaign dan Product Red yang bertujuan meningkatkan bantuan global untuk memerangi AIDS, tuberkolosis dan Malaria.

Bono sepertinya tidak akan berhenti memperjuangkan keadilan bagi rakyat miskin yang ada di seluruh dunia. Dia terus menyuarakan keberpihakannya pada kaum lemah lewat lagu dan tindakan nyata.

Inilah penampilan terbaik Bono saat Live Aid 1985

Reporter : Alyaa

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Resmi Jadi Kader NasDem, Sutrisna Wibawa bakal Bersaing Ketat dengan Bupati Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sutrisna Wibawa, telah resmi bergabung sebagai kader Partai Nasional Demokrat (NasDem). Hal ini jelas memperkuat dinamika politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gunungkidul 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini