Badai Pasti Berlalu, Album Terlaris Sepanjang Masa di Indonesia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sampai saat ini, tak ada yang bisa menandingi kepopuleran soundtrack album film ‘Badai Pasti Berlalu’. Album kaset ini masih dicari sejumlah kolektor, meski bajakan maupun di Youtube, sejumlah lagunya mudah didapatkan.
Album ini menjadi masterpiece tonggak musik pop di Indonesia. Malah ‘Badai Pasti Berlalu’ masuk ke peringkat pertama, di dalam daftar “150 Album Indonesia Terbaik” yang dirilis majalah Rolling Stone Indonesia bulan Desember 2007.

Pembuatan album ini luar biasa menarik. Berawal dari tantangan sutradara Tegur Karya yang sedang membuat Film Kawin Lari yang dibintangi kakaknya Eros, Slamet Rahardjo dan Christine Hakim. Pada 1975, Eros, bersama Barong’s Band, mulai menggarap soundtrack untuk film Kawin Lari.

Album ini ada yang bergaya pop dan ada juga yang berwarna keroncong. Tantangan Teguh Karya dijawab Eros Djarot dengan penghargaan Piala Citra untuk “Penata Musik Terbaik” Film Kawin Lari dalam Festival Film Indonesia 1976.

Puas dengan karya Eros, Teguh Karya kembali menyerahkan urusan penata musik film berikutnya yang diangkat dari cerita bersambung di Harian Kompas, Badai Pasti Berlalu.

Membaca naskah film ini, Eros pun terpacu untuk membuat soundtrack yang lebih orisinil dan berkelas. Ia pun mencari nama-nama yang akan membantu dirinya menyelesaikan proses penggarapan soundtrack album ini.

Orang pertama yang dibidik Eros Djarot adalah Christian Rahadi atau sering dipanggil Chrisye. Pemain bass Guruh Gipsy ini ternyata punya suara yang berkarakter. Apalagi Chrisye juga baru saja memperoleh popularitas lewat lagu Lilin-Lilin Kecil, lagu karya James F Sundah di album Lomba Cipta Lagu Remaja 1977 Radio Prambors.

Dari Chrisye, Eros dikenalkan dengan mantan pemain kibor rock God Bless, Yockie Suryoprayogo. Saat itu Yockie adalah komposer-arranger jempolan yang punya banyak proyek musik.

Eros bersama Yockie kemudian mengajak penyanyi bersuara sopran, Berlian Hutauruk, drummer Fariz RM dan dua bersaudara Keenan dan Debby Nasution.

Tim ini kemudian membuat proyek rekaman soundtrack di studio sewaan yang berada di bilangan Pluit, Jakarta Utara. Awalnya, musik yang digarap hanyalah lagu untuk ilustrasi film dengan durasi yang bertumpu pada alur film. Ide kreatif mereka pun tak terbendung dan sepakat untuk merekamnya dalam format kaset.

Total, ada 13 lagu yang tercipta. Beberapa di antaranya yaitu “Angin Malam”, Khayalku”, “Cintaku”, “Badai Pasti Berlalu”, “Semusim”, “Pelangi”, hingga “Merepih Alam”. Semua aransemen lagu ini dikerjakan Eros, Chrisye, dan Yockie.

Teguh Karya sebagai sutradara film ini awalnya keberatan dengan nama Berlian Hutauruk. Agak janggal kalau film percintaan ini, lagunya diisi oleh penyanyi bersuara sopran dan cenderung tinggi. Teguh menyodorkan nama Anna Mathovani yang suaranya dikenal lembut.

Namun usulan ini ditolak oleh Eros dan Yockie. Eros menganggap suara Berlian punya karakter dengan nuansa aransemen musik yang dibangun dalam Badai Pasti Berlalu.

Pembuatan album ini memang bermasalah dan berlarut-larut. Setelah selesai dengan Teguh Karya, sekarang giliran siapa produser musik yang bersedia mengedarkan album ini. Beberapa produser keberatan dengan konsep album ini karena dinilainya terlalu berat untuk sekelas musik pop. Akhirnya, pemilik studio sewaan di Pluit bernama In Chung berani menjadi produser untuk mengedarkan album ini. Padahal, In Chung sendiri dikenal sebagai produser musik dangdut dan klenengan.

Album ini diedarkan setelah filmnya tayang di bioskop. Radio-radio banyak memutar lagu ‘Merepih Alam’. Apalagi filmnya juga laris di pasaran, membuat banyak orang penasaran dengan lagu-lagu di film ini.

Album Badai Pasti Berlalu pun laku di pasaran. Sayangnya, ternyata kemudian muncul masalah baru. Kali ini soal hak cipta dan royalti. Gara-gara album ini, hubungan antar personelnya menjadi memburuk hingga berbuntut ke pengadilan. Persoalannya sederhana, masing-masing personel tidak menerima royalti, melainkan sistem bayar putus. Ketika pekerjaan mereka selesai dan sudah menerima bayaran, tak ada lagi honor lanjutan dari royalti.

Meski sekarang album ini sudah diremake dengan penggarapan musik yang lebih bervariatif, tetap saja album orisinilnya masih tetap dicari orang.

Reporter: Fiolita Dwina Astari

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Di Era Pemerintahan Presiden Prabowo, Korban Judol Diberikan Perawatan Intensif di RSCM

Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat mengumumankan adanya inisiatif baru dalam upaya menangani dampak sosial dan psikologis...
- Advertisement -

Baca berita yang ini