MATA INDONESIA, JAKARTA–Sultan Sibori Amsterdam (SM 1654-w. 27 April 1690) adalah Sultan Ternate keduabelas di Kepulauan Maluku yang memerintah dari tahun 1675-1690.
Ia berpartisipasi dalam ledakan terakhir perlawanan bersenjata terhadap VOC pada tahun 1679 –1681, tetapi akhirnya dipaksa untuk menandatangani perjanjian baru yang mereduksi Ternate menjadi pengikut Kompeni semata.
Dengan cara itu ia adalah Sultan yang secara formal merdeka terakhir sebelum dimulainya kolonialisme Belanda awal-modern.
Kita saat ini tidak lagi bercerita mengenai alasan menandaatangani perjanjian Ternate tersebut, namun yang menarik mengenai nama belakang Sultan Sibori yakni Amsterdam.
Banyak orang bertanya-tanya apakah dirinya merupakan keturunan Belanda sehingga begitu akrab dengan panggilan tersebut. Diketahui berdasarkan kisahnya, Sultan Sibori merupakan putra tertua Sultan Mandar Syah dan permaisuri Lawa.
Saat itu sang ayah Sultan Mandar dapat berkuasa berkat intervensi VOC. Kendati dia dinilai bukan pemimpin yang populer dan memiliki karakter yang buruk, namun “pengabdiannya” kepada majikan Belanda-nya dikenal sangat maksimal.
“Untuk membuktikan pengabdiannya, Sultan Mandar memberi kedua puteranya sesuai nama kota di Belanda: Amsterdam dan Rotterdam…” tulis M.C.Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2008.
Menurut sejarawan Leonard Y. Andaya, keputusan Sultan Mandar memberi nama dua puteranya dengan nama Belanda merupakan sebuah pengakuan terhadap keunggulan mutlak VOC.
Saat beranjak dewasa dan telah diangkat menjadi sultan, hal itu malah ditegaskan oleh Amsterdam sendiri. “Jika ayah saya adalah setengah Belanda, saya pastinya adalah orang Belanda sepenuhnya.”
Begitu didapuk sebagai Sultan Ternate, Amsterdam telah memutuskan bahwa dia akan mengandalkan hubungan istimewanya dengan orang-orang Belanda. Selain sebagai upaya meningkatkan prestisenya, dia pun melakukan itu sebagai penegas kehendaknya kepada para pengikutnya yang mulai membandel.
Merasa belum lengkap dengan “kebelandaannya”, dia meminta kepada VOC untuk memberi beberapa pengawal dari kalangan serdadu Belanda totok.
Penegasan Ternate sebagai “anak” dari VOC semakin kuat, saat Sultan Amsterdam menamai dua cucunya (hasil pernikahan antara putrinya dengan putera Sultan Toloko) dengan nama “Batavia” dan “Outhoorn” (nama Gubernur Jenderal Belanda di Batavia kala itu). Bahkan untuk yang terakhir, kelahirannya dirayakan secara besar-besaran dan diingat orang-orang Ternate sebagai “yang paling mewah dalam kenangan hidup.”
Nah itu sedikit pengetahuan alasan kenapa Sultan Sibori bernama belakang Amsterdam.
Nambah pengetahuan dan wawasan lagi ini #KomenPositif