Ali Kalora, Pemimpin Kelompok Radikal Poso yang Tak Diperhitungkan

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Ali Kalora, kelompok militan Islam yang tersisa di Poso, Sulawesi Tengah, semenjak Santoso alias Abu Wardah tewas ketika aparat melakukan penyergapan tahun 2016.

Selain itu, Ali Kalora juga ditunjuk sebagai pemimpin kelompok setelah Basri alias Bagong, pemimpin Muhajidin Indonesia Timur (MIT) diringkus pada tahun yang sama.

Sejak dua tahun lalu, kelompok ini mengalami penyusutan jumlah anggotanya karena sebagian besar telah diringkus atau tewas dalam baku hantam dengan TNI-Polri dalam operasi Tinombala.

Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Ridlwan Habib menilai Ali Kalora tidak memiliki pengaruh besar seperti Santoso. Namun, namanya mulai diperhitungkan setelah temuan mayat tanpa kepala di Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Montong, Sulawesi Tengah. Lantas siapa sebenarnya sosok Ali Kalora?

Bukan Figur Kombatan

Ridlwan Habib menganggap Ali Kalora bukanlah orang yang ahli di medan konflik. Ia tidak memiliki keahlian apa pun, kemampuan gerilyanya sangat terbatas. Ali bahkan belum pernah terjun ke medan konflik.

Namun, kemampuannya bertahan hidup, dengan logistik yang terbatas, ia bisa menyamar menjadi warga lokal dan petani. Sosok Ali Kalora sangat berbeda dengan mantan pemimpin MIT, Santoso yang disebut memiliki keahlian propaganda.

Karena itulah, menurut Ridlwan, insiden baku tembak dan ditemukannya korban mutilasi akhir Desember 2018 adalah kebetulan belaka. Ridlwan juga meyakini bahwa MIT gagal setelah pemimpinnya tewas.

Semula Ridlwan menganggap Ali Kalora sudah menyerahkan diri kepada aparat kepolisian setelah istrinya ditangkap. Karena, kabarnya tak terdengar lagi di Poso selama 1,5 tahun, tapi ternyata Ali masih ada.

Menurut Al Chaidar, pengamat terorisme serta staf pengajar di Universiras Malikussaleh, Lhokseumawe, meyakini Ali adalah pemimpin MIT yang tersisa. Karena sepanjang 2018, kelompok tersebut tersisa empat orang, namun bertambah menjadi lima orang.

Ali Kalora memanfaatkan kedekatannya dengan kelompok militan Islam di Mindanau (Filipina) dan Bima (NTB).

Jumlah Pendukung Ali Kalora Bertambah

Karena itulah, Al Chaidar menduga bahwa kelompok yang dipimpin Ali telah bertambah menjadi belasan orang. Kepolisian juga sependapat mengenai hal itu. Menurut AKBP Hery Murwono, Kabid Humas Polda Sulteng, kelompok Ali memiliki teritori di sekitar pegunungan di wilayah Kabupaten Poso hingga Kabupaten Parigi Mouton.

Sejak Ali Kalora bergabung dalam kelompok ini tahun 2011, ia juga mengajak istrinya, Tini Susanti alias Umi Fadel dalam pelarian di belantara hutan Poso. Namun, sang istri tertangkap pada Oktober 2016 dalam keadaan hamil. Tini Susanti diduga pernah mengikuti latihan menembak yang diadakan oleh kelompok MIT.

Hingga saat ini, keberadaan Ali Kalora belum jelas, operasi keamanan yang digelar di wilayah Poso itu akan terus dilakukan hingga tangan kanan Santoso dan Basri itu tertangkap.

Reporter : Afif Ardiansyah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Di Era Pemerintahan Presiden Prabowo, Korban Judol Diberikan Perawatan Intensif di RSCM

Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat mengumumankan adanya inisiatif baru dalam upaya menangani dampak sosial dan psikologis...
- Advertisement -

Baca berita yang ini