5 Alasan Kenapa Ibnu Khaldun Sangat Spesial di Dunia Akademik

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Dunia, khususnya umat Islam pernah memiliki salah satu pemikir terbesar sepanjang masa. Dia adalah Ibnu Khaldun, yang tentu saja namanya tak asing dalam dunia akademik, terutama ilmu sejarah dan sosiologi.

Bernama lengkap Abu Zayd ‘Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami, Ibnu Khaldun tercatat lahir di Tunisia pada 27 Mei 1332 dan wafat pada 19 Maret 1406, usia 73 tahun.

Ilmuwan di seluruh dunia sampai saat ini masih mengakui Ibnu Khaldun sebagai bapak pendiri ilmu historiografi, sosiologi dan ekonomi dengan karyanya yang paling termahsyur, ‘Muqaddimah’ atau Pendahuluan.

Penghafal Al Quran sejak dini, pakar politik, ekonomi, sejarah, sosiologi dan banyak lainnya adalah sederet pengakuan dunia atas sosok Ibnu Khaldun. Secara mendalam, ada beberapa alasan kenapa Ibn Khaldun menjadi satu dari sekian pemikir besar Muslim yang karya-karyanya diakui di dunia Barat sekalipun.

Berikut penjelasannya:

1. Anti Takhayul

Ibnu Khaldun sangat anti terhadap ‘takhayul’ yang digunakan untuk mengkaji data-data historis. Ia lebih suka pada sikap kritis yang membuatnya memperkenalkan banyak metode ilmiah pada ilmu-ilmu sosial. Ia juga menyusun metode historis yang lebih kuat dibanding takhayul untuk mengamati peran negara, komunikasi, propaganda dan bias sistematis dalam perkembangan historiografi.

2. Mengenalkan Konsep Asabiyyah

Istilah seperti Klanisme atau Tribalisme, yang pada masa modern kini kita kenal dengan nama Nasionalisme sebenarnya berasal dari konsep Ibnu Khaldun, yaitu konsep Asabiyyah. Konsep ini menggambarkan ikatan kohesi antara manusia dalam kelompok di semua tingkat peradaban mulai dari nomaden, negara hingga kekaisaran. Ia menjelaskan Asabiyyah ini terus berubah dalam siklus sejarah.

3. Teori Ekonomi dan Politik

Dalam karya utamanya, Muqaddimah, Ibnu Khaldun menulis konsep ekonomi dan politik yang terhubung dengan pemikirannya terkait Asabiyyah. Khaldun menciptakan konsep pertumbuhan yang tinggi merangsang penawaran dan permintaan. Dalam teori ini juga Ibnu Khaldun menyebut para pekerja adalah sumber nilai yang diperlukan untuk pendapatan serta akumulasi modal.

4. Laffer Curve

Istilah Laffer Curve artinya kenaikan tarif pajak pada awalnya akan menaikkan penerimaan negara, namun seiring berjalan waktu justru membuat penurunan pendapatan karena menghambat produsen dan perekonomian masyarakat. Pemikirannya ini dianggap sebagai lawan utama konsep pajak paksaan yang diterapkan banyak negara dan kerajaan-kerajaan monarki absolut.

5. Pelopor di Banyak Bidang

Pemikir Muslim serba bisa. Salah satu pujian terbesar untuknya adalah, ilmu sosial yang dipelajari hingga saat ini dianggap tak akan mencapai tingkat tertinggi tanpa bantuan Ibnu Khaldun.

 

 

Berita Terbaru

Adu Gagasan Debat Terakhir Pilkada Kudus 2024, Pengamat: Bellinda Lebih Visioner Ketimbang Hartopo

Kudus - Pasangan calon (paslon) Pilkada Kabupaten Kudus 2024 beradu gagasan dalam debat terbuka kedua yang digelar Komisi Pemilihan...
- Advertisement -

Baca berita yang ini